Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agoeng Widyatmoko
Jakarta: Media Kita, 2006
650.1 AGO s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan kajian adalah untuk menyusun suatu model aplikatif yang secara mudah dapat diimplementasikan dan direplikasikan bagi peningkatan nilai tambah usaha mikro/kecil melalui koperasi di sektor agribisnis/agroindustri dengan melakukan integrasi usahanya secara vertikal...."
330 IKB 5:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Augustin Rina Herawati
"UMKM secara signifikan menyumbang ekonomi suatu negara, baik dari sisi penyerapan tenaga kerjanya maupun dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Dalam perkembangannya, UMKM mengalami permasalahan. Permasalahan UMKM tersebut antara lain diatasi melalui program kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Namun demikian, implikasi dari hubungan kemitraan dalam organisasi, tentunya tidak terlepas dari adanya permasalahan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini dapat diringkas dalam pertanyaan umum sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan menggunakan model Systems Archetype ? 2. Bagaimanakah leverage dari masing-masing model Systems Archetype dalam UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah : menganalisis struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan menggunakan model Systems Archetype; dan menganalisis leverage dari masing-masing model Systems Archetype dalam UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori kemitraan dari Riane Eisler dan Alfonso Montuori (1998), yang menitikberatkan pada pendekatan sistem, dengan mempertimbangkan adanya pengaruh lingkungan organisasi dalam pertumbuhan organisasi. Stephen M. Dent (2006), memperkenalkan teori Partnership Relationship Management, yang mengemukakan adanya 4 (empat) keuntungan yang diperoleh bila menggunakan pola kemitraan dan aliansi, yaitu : Keterbukaan (openness); Kreativitas (creativity); Kecepatan (agility); dan Kelenturan (resiliency). Dalam penelitian ini dengan melihat berbagai aspek kemitraan maka sebagai acuan untuk menentukan perspektif dalam menganalisa UMKM Mitra, yaitu : a) Informasi Usaha, b) Kompetensi Usaha, dan c) Akses Usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah system dynamics. Teknik pem odelan yang digunakan adalah sistem archetypes. Sistem archetypes merupakan kombinasi umpan balik Reinforcing dan Balancing yang umum terjadi, terdiri dari dua atau lebih umpan balik. Terdapat 8 (delapan) model archetypes, namun dalam penelitian ini hanya memilih beberapa model archetypes. Hal ini dengan pertimbangan berdasarkan kondisi temuan penelitian di lapangan, dianalisis melalui tahapan : berdasarkan pengalaman (story line); identifikasi variabelvariabel kunci; grafik Behaviour Over Time; dan struktur causal loop diagram (CLD); diperoleh hasil 3 (tiga) pemodelan archetype yang sesuai, yaitu : Success to the Successful, Limit to Success, dan Growth and Under Investment.
Hasil analisis terhadap struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan pemodelan Systems Archetype, adalah sebagai berikut : (a) Success to the Successful. Perspektif : Informasi Usaha. Struktur dasar : pelatihan ketrampilan; permodalan; dan promosi usaha. (b) Limit to Success. Perspektif : Kompetensi Usaha. Struktur Dasar : keberlangsungan produksi; monitoring dan evaluasi; peningkatan omset usaha; dan pemberian insentif. (c) Growth and Under Investment. Perspektif : Akses Usaha. Struktur Dasar : pengembangan pasar; mempertahankan hubungan; dan hubungan emosional. Sedangkan leverage dari masing-masing model Systems Archetype pada UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu : (a) Leverage dalam model Success to the Successful. Strategi yang mungkin dilakukan bagi UMKM Non Mitra adalah dengan memperluas sumber daya yang terbatas, yaitu melakukan kemitraan dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. (b) Leverage dalam model Limit to Success. Strategi yang mungkin dilakukan bagi PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan UMKM Mitra adalah dengan mengantisipasi unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber daya, tunggal terbatas. (c) Leverage dalam model Growth and Under Investment. Strategi yang diambil adalah meningkatkan kapasitas produksi yang ditanggung bersama oleh UMKM Mitra produk sejenis yang tergabung dalam Paguyuban. Paguyuban yang terbentuk memiliki standar kinerja yang mendukung peningkatan kapasitas produksi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : kemitraan yang dilakukan oleh UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills ini merupakan suatu investasi ? bukan cost ? dan dapat menghasilkan win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi masyarakat dan keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan. Kemitraan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip : komitmen, trust, transparansi, dan akuntabel, antara pihak-pihak yang bermitra dan dikembangkan secara rasional. Prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan azas kekeluargaan sebagaimana amanah dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1), yaitu Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

MsMes significantly contribute a country?s economy, both in terms of employment or economic growth and development. In its development, MSME experienced some problems. These problems can be solved by partnership program in helping each other, between MSMEs, or between MSMEs and major businessman inside or outside the country, to avoid the This research uses system dynamics method. The modeling technique is archetypes system. Archetypes system is a combination of Reinforcing and Balancing feedback which often happen. They insist of two or more feedbacks. There are 8 (eight) models of archetypes, but this research only chooses some of them. The consideration is because: based on research findings condition in the field, analyzed by several steps: based on experience (story line); key variables identification; Behaviour Over Time graphic; and causal loop diagram (CLD) structure; the appropriate archetype model has been obtained: Success to the Successful, Limit to Success, and Growth and Under Investment.
The analysis results about the inter-elements relationship structure which effects MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, with the System Archetype model, are as follow: (a) Success to the Successful. Perspective: Business Information. Basic structure: skills training; capital; and business promotion. (b) Limit to Success. Perspective: Business Competence. Basic structure: production sustainability; monitoring and evaluation; increase in business earnings; and incentive provision. (c) Growth and Under Investment. Perspective: Business Access. Basic Structure: market development; maintaining relationship; and emotional relationship.
Whereas the leverage from each Systems Archetype model on MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, are: (a) Leverage in the Success to the Successful model. The strategy that might be done by MSME Non Partner to increase a limited resource is by doing a partnership with PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division. (b) Leverage in the Limit to Success model. The strategy that might be done by PT ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division with MSME Partner is by anticipating the limitations that will come, and by monitoring and managing the system to reduce the impacts of limitations or changing the system so it does not depend on a limited, single resource. (c) Leverage in the Growth and Under Investment model. The strategy that can be taken is by increasing production capacity which is shared by MSME Partner in similar products which is incorporated in a community. The established communities have a standard performance which supports production capacity enhancement.
The conclusion of this research is: the partnership which is done by the MSME with PT ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division is an investment ? not a cost ? and can obtain a win-win solution or synergy that obtains justice for the community and security in doing business, and harmony with the environment. The partnership conducted is based on some principles, which is: commitment, trust, transparency, and accountable, between the partner parties and developed rationally. These principles is accordance with the kinship principle as mandated in UUD 1945 clause 33 subsection (1), the Economy is structured as a joint venture based on the kinship principle. occurrence of monopoly in business. However, the implication from partnership relationship in an organization cannot be separated from problems. According to these issues, the research problem can be summarized as follow: 1. How does the inter-element relationship structure interplays MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, using Systems Archetype model? 2. How is the leverage of each Systems Archetype model in MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division? Whereas the purpose of this research is: to analyze the inter-element relationship structure interplays MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, using Systems Archetype model; and to analyze the leverage of each Systems Archetype model in MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division.
This research uses partnership theoretical framework from Riane Eisler and Alfonso Montouri (1998), which focuses on a systems approach, taking into account the influence of organizational environment in the organization?s growth. Stephen M. Dent (2006) introduced the Partnership Relationship Management Theory, which claimed 4 (four) benefits that can be achieved if using the partnership and alliance pattern, that is: Openness; Creativity; Agility; and Resiliency. In this research, looking through several partnership aspects, then as a reference to decide a perspective to analyze the MSME partner are: a. Business information, b) Business competence, and c) Business access.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D1294
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taberian Susilo
"Tesis ini membahas tentang Output Produksi Usaha Mikro Kecil Menengah di Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah hasil Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) Tahun 2005 yang respondennya para pemilik usahanya. Analisis data menggunakan metode statistik regresi linier berganda. Data menunjukkan bahwa sektor usaha yang paling banyak setelah usaha perdagangan adalah kategori usaha I (transportasi pergudangan dan komunikasi), diantaranya para tukang ojek dan supir. Variabel pendidikan pemilik, jumlah jam kerja dan jumlah pekerja berpengaruh positif terhadap output. Dilihat dari jumlah pekerjanya, didominasi oleh pekerja satu orang. Variabel jenis kelamin pemilik berpengaruh negatif terhadap output. Seluruh sektor berpengaruh positif terhadap output, kecuali jasa tambang, jasa pendidikan dan jasa perorangan. Nilai tambah merupakan faktor yang paling besar mempengaruhi output. Menurut sektor usaha, faktor yang 'paling marupengaruhi output produksi yaitu kategori usaha H (penyodia makan minutu dan akomodasi). Jumlah UMKM yang telah mengalami pelatihan sangat sedikitf Pelatihau bexpengaruh positif terhadap output.

This thesis studies about Output Analysis For Small Medium Size Enterprises in Indonesia. Data source applied is result of Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) The year 2005 its (thc respondent owner of its(the business. Data analysis applies doubled linear regression statistical methods. Data indicates that business sector which at most after effort for commerce is category effort for 1 ( transportation-of warehousing and communications), between it of the workers ojek and driver. education variable of Owner, job(activity number of hours and number of workers influential positive to output. Seen liom its(the worker amounts, predominated by worker one. Gendervariablc onmer of influential negativity to output. All sector influential positive to output, except mine service, individual education service and service. Yaluc addeds isbiggest factor influences output. According to business sector, factor that is very influences output produce of that is category effort for H ( feeder eats drinking and accommodating). Number of SMEs which followed training activity to amount to small."
Depok : Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33893
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Yektiningsih
"ABSTRAK
Peran jender merupakan peran yang dilaksanakan oleh Iakl-lakl dan
perempuan karena jenis kelamin mereka berbeda, peran ini tidak sama sesuai
mlai dan norma sosial-budaya yang mengkonstrukslkannya.
Kebutuhan praktls jender adalah kebutuhan yang muncul dalam keseharfan,
sedangkan kebutuhan strategis jender merupakan upaya jangka panjang dan
berkaltan dengan upa ya memperbaiki posisi sosial perempuan.
Saat pendapafzn keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar,
maka perempuan akan bekerja untuk menambah keuangan keiuarga.
Perempuan berpendidikan tinggi akan bekerja di sektor fomral, sedangkan
perempuan yang berpendidikan relalif rendah akan terserap di selctor
informal. Penelitian ini akan melihat upaya peningkatan tzaraf hidup
pembatik tulis melalui peran jender yang berlaku dalam komunitas tensebut,
dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focused Group
Discussion, FGD) dan Pnoses Hirarki Analitik (Analyticai Hierarchy Process,
AHP).
FGD
Dari Hasil FGD, diketahui bahwa mayontas pembatik berpendidikan
rendah dan memiliki suami yang bekerja sebagai tukang/ buluh. Jika
sedang bekerja, pendapatan suami adalah Rp. 20.000,- perharinya. Tapi
seringkali suami terpaksa tinggai dlmmah selama berbulan-bulan karena
tidak mendapat pekerjaan. Jika suami tidak bekerja, maka pendapatan
kaum pembatik yang menjadi bantalan ekonomi keluarga. Padahal
produktivitas mereka terbatzs 3 lembar kain (tapih) perbulan dan harga jual
Rp. 70.000 - Rp 120.000, dengan demikian keuntungan bersih yang dicapai
tidak iebih dari 150.000,-
Beberapa pembatik mulai melakukan spesialisasi dengan
menyerahkan tahap-tahap bertentu dalam pengolahan kain batik untuk
dikerjakan oleh rekan sesama pembatik. Hasilnya cukup menggembimkan,
produktivitas meningkat hingga 60%, yaitu S lembar tapih perbulan. Meski
demikian penambahan produktivims ini belum dibarengi dengan
peningkatan permintaan. Akibatnya pembatik kurang termotivasi untuk
menekuni pekerjaannya.
Kecilnya skala usaha membuat pembatik tidak memisahkan
manajemen keuangan usaha dengan keuangan keluarga. Akibatnya saat
keluarga menghadapi kebutuhan mendesak, produksi terhenti karena dana
yang tersedia dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Jika
kekurangan modal, pembatik akan meminjam dan rekan sesama pembatik
ataupun sanak famili. Pilihan int dirasakan Iebih praktis, tanpa mengikut
sertakan lembaga keuangan yang dianggapnya memniki prosedur berbellt.
Sebagai mata pencahanan, IKRT Batik Tegalan masih dipandang
sebelah mat:a. Penyebabnya antara Iain tidak jelasnya a1okasi waktu dan
produktivitas yang menurun saat pembatik memiliki anak balita. Meski
pembatik tidak merasakan adanya beban ganda akibat beragam peran yang hams dllakukan, sikap ini dlsebabkan sistem sosial yang beriaku
menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab urusan rumah
tangga. Sama halnya dengan pekerjaan rumah tangga lain, batik dianggap
sebagai umsan perempuan.
Hubungan antar pembatik juga kurang harmonis. Hal ini terutama
disebabkan keberadaan kelompok dalam komunitas batik yang tidak banyak
berfungsi. Padahal jlka dimanfaalkan secara malcimal, kelompok dapat
menjadi jembatan informasi antar pembatik, antara pembatik dengan
pemennlah (berkaitan dengan berbagai program/ kebijakannya) dan antara
pembatik dengan konsumen. Menilik sisi psikologis perempuan yang nelatif
Iebih mudah bersosialisasi, maka manajemen kelompok yang balk akan
membuat pembatik dapat sallng memotlvasi.
AHP
Tahap selanjutnya, hasil FGD yang diperbandingkan dengan berbagai
penelitlan serupa kemudian menjadi input bagi hirarki backward pmcess
dalam tahap AHP. Hirarki backward proces dari peningkatan taraf hidup
perempuan pembatik terdiri alas lima level. Level Pertama mempakan
tujuan utama (GOAL) yang lngln dlcapal, adalah Penlngkatan Taraf Hidup
Perempuan Pembatik Tulis Tegalan melalul Pelan Jender. Level 2 adalah
Skenasio, ada 3 (tiga) altematif skenarlo (berupa pendekatan-pendekatan
atas peran jender para pembatik) yang yang dapat dilakukan untuk
mencapai GOAL, yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga, (2)
Melestarikarl budaya Iokal, (3) Pemberdayaan perempuan. Level 3 adalah
Kendala, ada 4 (empat) kendala besar dalam melaksanakan skenario
untuk mencapai tujuan, yaitu: (1) Keterbatasan modal, (2) 'l'ldak adanya
informasi pasar yang lebih Iuas, (3) Beban ganda penempuan, (4)
Manajemen kelcmpok yang tidak berfungsi. Level 4 adalah Pelaku, secara
garis besar ada 4 pelaku yang terlibat dalam proses ini, yaitu: (1)
Pemerintah Kota Tegal, (2) Lembaga Keuangan atau perbankan, (3)
Pembatjk, (4) Masyarakat. Level 5 adalah Kebijakan, ada 5 alternatif
kebijakan yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Pelatihan Teknls, (2) Membuka
akses ke pasar yang lebih Iuas, (3) Kemudahan plnjaman modal, (4)
Pelatihan manajernen usaha berbasis pola usaha perempuan, (5) Kemitraan
dengan designer.
Kuesioner' AHP dibagikan kepada 13 orang expert yang dipercaya
mengetahui permasalahan yang berkaltan dengan upaya peningkatan taraf
hidup pembatik Kota Tegal. Dalam penghitungan persepsi skala Iokal, total
expert dibagi menjadi empat unsur. Keempatnya memberikan jawaban balk
dengan tlngkat lnkonsistensi dibawah 0,1, yaltu unsur Pemerintah (0,02),
unsur Pembatik (0.02), unsur Lembaga Keuangan/ Perbankan (0.03) dan
unsur Masyarakat (0.05).
Dalam skala priorltas Iokal, rnasing-masing unsur memberikan
persepsi yang bervariasi. Unsur Pemerintah memprionlaskan skenario:
peningkalan kesejahtelaan keluarga (0.561), kendalaz keterbatasan modal
(0.486), pelaku: Pemkot Tegal (0.463) dan kebijakan: kemudahan
pinjaman modal (O.2S6). Unsur Pembatik memprlonlaskan skenario:
peningkamn kesejahteraan keluarga (0.561), kendala: liclak adanya
informasl pasar yang lebih Iuas (0362), pelaku: Pemkot Tegal (O.522) dan
kebijakan: pelalihan manajemen dan pola usaha perempuan (0.242). Unsur Lembaga Keuangan/ Perbanksan memprioritaslcan skenarlo: pemberdayaan
perempuan (0.653), kendala: tidak adanya informasi pasar yang Iebih luas
(0.353), pelaku: Pemkot Tegal (0.350) dan kebijakan: pelaljhan teknis
(0.281). Unsur Masyarakat memprioriliaskan skenario: peningkalian
kaejahteraan keluarga (O.593), kendala: keterbatasan modal (0.499),
pelaku: Pemkot Tegal (0.461) dan kebljakan: kemudahan plnjaman modal
(0.333).
Sedangkan dalam priodtas global dimana pemenntah sebagai
pengambil kebijakan memiliki bobot 20%, maka persepsi yang dihasilkan
memprioritaskan skenario: peningkatan kesejahteraan keluarga (0.S23),
kendala: keterbatasan modal (0.458), pelakuz Pemkot Tegal (0,474) dan
kebijakan: kemudahan plnjaman modal (0253). Persepsi global ini memlliki
tingkat inkonslstensi 0.03.
Kesirnpulan Penelitian
Secara umum, keberadaan komunltas pembaljk bukan hanya untuk
melestarikan tradisi lokal, namun yang Iebih penting Iagi, membatik
merupakan altematif pekerjaan bagi para perempuan yang tidak memillki
kesempalan untuk bekerja di sektor formal. Stagnasl usaha batik Tegalan
sesungguhnya tirnbul kanena kebljakan yang dlbuat tidak tepat sasaran.
Bebefapa kesimpulan yang clapat: diambil setelah melakukan
penelitjan adalah:
1. Pemerintah masih mempunyai porsi terbesar sebagai pihak yang
bertanggung jawab dan dapat meningkatkan taraf hidup pembatik
Tegalan. Meski Lembaga Keuangan/ Bank juga dapat berperan
dalam pengembangan IKRT Batik, namun patut dlpertlmbangkan
kondisi psikologis pembatik yang tidak terblasa berhubungan
dengan Perbankan.
2. Ketidak sesuaian persepsi antara Pemerintah dan Masyarakat
menjadikan kebijakan yang diberikan tidak menyentuh akar
permasalahan. Pemerintah (clan institusi lain pendukungnya)
menganggap kendala terbesar adalah permodalan, maka
kebijakan yang muncul Iebih diprioritaskan pada pernberian modal
Pembatik justru menganggap kendala yang Iebih penting adalah
kurangnya lnformasi pasar, sehingga selain pelatihan manajemen
yang berbasis pola usaha perernpuan, kebijakan Iain yang
diharapkan adalah membuka pasar yang Iebih luas. Akibat ketidak
sesuaian ini, maka suntikan modal dari Pemerintah tidak
menambah output produksi. Penyebabnya, pembatik tidak
mengetahui pasar Iain untuk menyalurkan kelebihan produksinya.
Pemasaran terhenti, perputaran modalpun terhambat.
3. Prloritas kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Iebih difokuskan
pada sisi penawaran (supply side) akibatnya pembatik menjadi
obyek kebijakan karena skillnya dianggap kurang dan menjadi
penyebab tidak munculnya market clearing di pasar batik.
4. Sebaglan besar para pengrajin masih menganggap kegiatannya
hanya sebagai pengisi waktu luang, sehingga motlvasi untuk
mengembangkan usahanya sangat terbatas.
5. Apablla kebljakan yang ditempuh adalah bantuan/ kemudahan
permodalan, dalam-hal ini tentu saja pernberi kredit harus yakin bahwa membatik merupakan kegiatan yang bernilai ekonomis.
Aspek jender dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah dengan
memperhatikan kesulitan yang ?khas" perempuan seperti
kepemilikan kolateral dan pola usaha yang khas} sehingga kredit
yang diberlkan dapat sesuai dengan kondisi pengusaha IKRT Inl.
y 6. Upaya peningkatan taraf hidup perempuan pembatik seharusnya
benar-benar merupakan kebijakan yang bersifat partisipatif. Untuk
itu karakter pembatik yang tidak dapat dilepaskan dari kultur Iokal
harus difahami oleh para pembuat kebijakan.
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
1. Upaya melibatkan Lembaga Keuangan/ Bank sebaiknya difasilitasi
oleh Pemerlntah Kota Tegal, karena walau bagai mana pun
Perbankan tetap memillki orientasi keuntungan dalam menjalankan
usahanya. Dengan jaminan ataupun pengakuan pemerintah pada
Perbankan terhadap industri kerajinan batik, maka BUMD ini akan
dapat memberikan kredit Iunak yang sesual dengan karakteristik
sosial-budaya mereka.
2. Langkah awal menuju profesionalitas dapat dimulai dengan
pembukuan keuangan usaha yang terpisah dari keuangan keluarga.
Laporan ini dapat menjadi pertimbangan saat melakukan
perrnohonan kredit usaha kecil ke Perbankan. Sedangkan secara
umum beban ganda dapat dlatasi dengan kerja bersama dalam
kelompok.
3. Sisi penawaran yang selama ini menjadi fokus pengembangan IKRT
Batik sebaiknya juga diimbangi oleh sisi permintaannya (demand
side). Kerjasarna dengan designer dapat memecahkan masalah ini,
karena pembatik tidak hanya dapat mempelajari trend, tapi juga
mendapatkan pangsa pasar dan sarana promos! produk.
4. Bantuan modal, pelatihan teknls serta pelatihan manajemen yang
selama ini diadakan oleh Disperinclag Kota Tegal akan lebih baik
lagi jika mempertimbangkan pola usaha bersama/ kelompok,
dengan pertimbangan nllai budaya dan tradisi yang berlaku dalam
komunitas tersebut.
5. Membangun pengertian masyarakat di setiap kesempatan bahwa
batik rnemiliki misi budaya, sehingga tidak hanya menjadi
tanggung ja :ab perempuan saja.
6. Pendekatan pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat
bagi pengembangan IKRT Batik karena masalah yang dihadapi
sangat spesifik dan kompleks. Langkah strategis yang perlu
dilakukan adalah melibatkan kaum perempuan dalam setiap proses
pengammtan kebijakan di Ilngkungan mereka, misalnya melalui
Musrenbangkel, bukan hanya sebagal wakll dari organisasi khas
perempuan seperti PKK, tapi sebagai pengusaha kecil yang
berpotensi.
7. Para pengambil kebijakan sebaiknya mengembangkan wawasan
dan pengetahuan mengenai pemberdayaan perempuan, khususnya
IKRT yang dijalankan oleh pengusaha perempuan. Pengembangan
wawasan bukan hanya bagi dinas atau kantor tertentu saja.

"
2006
T34542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Alkadly Kanedy
"Salah satu kegiatan utama yang dilakukan Bank umum adalah memberikan fasilitas berupa pinjaman kredit. Salah satu bentuk pinjaman kredit yang diberikan Bank umum adalah pinjaman kredit ke usaha mikro. Dalam memberikan fasilitas pinjaman dalam bentuk kredit Bank wajib mempunyai keyakinan yang berdasarkan analisa-analisa yang mendalam serta melihat kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk dapat melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Analisa-analisa yang mendalam inilah yang melahirkan prinsip kehati-hatian Bank dalam menyalurkan dana yang dihimpunnya dari masyrakat dalam bentuk kredit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Ruang lingkup prinsip kehati-hatian Bank dalam rangka pemberian kredit (2) penerpan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit oleh Bank umum kepada Usaha Mikro. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Obyek dalam penilitian ini adalah prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit kepada usaha mikro yang dilakukan oleh Bank “X”. Hasil penelitian adalah dalam UU perbankan mengatur mengenai prinsip kehati-hatian. Pengaturan tersebut terdapat dalam pasal 2,8, 29 ayat (2),(3), dan (4). Dalam melaksanakan kegiatan pemberian kredit terutama dalam pemberian kredit kepada usaha mikro Bank “X” telah berdasarkan ketentuan perundang-undangan serta sesuai dengan Pedoman Pemberian Kredit (PPK).

One of the main activities of commercial Banks is to provide facilities of loan credit. One of the loan credits facilities which given from commercial banks is loan credits to micro businesses. In giving a loan credits facility, the Bank must be sure about the result of deep analysis and saw the skills and capability of customers to settle the debt as it promised. This deep analysis will produce the prudential principle of bank in extending credits which gathered from people in the form of credits. The aimed of the research are to know : 1. The scope of the prudential principle of Bank within the framework of the provision of credits. 2. The application of the prudential principle in credit provision by commercial Banks to micro business. A method that used in this research is literature research with juridical normative character. The Object in the research is the prudential principle in the provision of credits to micro business by Bank “X”. The result of this research is in Banking laws, concerning about the prudential principle. This arrangement is inside section 2, 8, 29 subsection (2), (3) and (4). In held the provision of the credits activities mainly to the micro business, Bank “X” must be based on the provision of legislation, and based on the guidelines of the provision of credits (PPK)."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S52496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herischa Puspitaringga
"Skripsi ini membahas implementasi strategi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman bagi UMKM kerajinan bambu untuk menghadapi kompetitor-kompetitor daerah produksi produk kerajinan bambu yang ada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan studi dokumen. Teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini di antaranya teori pemerintah daerah, strategi, manajemen strategi, dan implementasi strategi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi strategi yang dilakukan, yang tertuang dalam 7 program yang dibedakan menjadi strategi internal dan eksternal, 5 dari 7 program yaitu program pemberian pelatihan usaha dan produksi, penyediaan bahan baku, keikutsertaan pameran, pembangunan jaringan, dan kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sleman dapat membantu UMKM kerajinan bambu Sleman untuk menghadapi kompetitornya. Sedangkan 2 program yaitu program penguatan modal dan pemberian bantuan alat kurang membantu UMKM kerajinan bambu Sleman untuk menghadapi kompetitornya.

This thesis discusses the implementation of the strategy by the Department of Industry, Trade and Cooperative Sleman District for SMEs bamboo crafts to face competitors of bamboo craft products in Indonesia. This research was conducted using qualitative approach with data collection techniques with in-depth interviews and document study. The theory used in this analysis is the local government theory, strategy, management strategy, and implementation strategies.
The results showed that the implementation of the strategy, contained in seven programs which can be divided into strategic internal and external, 5 of 7 program is a program providing business and production training, supply of raw materials, the participation of the exhibition, network development, and cooperation with the Department of Tourism and Culture of Sleman District can help SMEs bamboo crafts to face competitors. While the two programs, the capital strengthening program and giving less aid to help SMEs bamboo craft Sleman to face competitors.
"
2016
S61996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandi Pardian
"Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi beberapa komoditas unggulan agribisnis di Jawa Barat, namun tingkat pemanfaatan sebagian hasil produksi agribisnis sebagai bahan baku agroindustri melalui kegiatan mandiri wirausaha dari masyarakat petani yang masih kurang menjadi faktor yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Usaha mikro dan usaha kecil sudah terbukti mampu memberikan kontribusi yang signifikan kepada perekonomian nasional di Indonesia. Berdasarkan hal ini maka menjadi sebuah kepentingan untuk melakukan pelatihan pembinaan kepada para petani sebagai salah satu pelaku agribisnis dalam upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan mengenai manajemen praktis usaha mikro berbasis agroindustri dalam upaya menumbuhkan jiwa beriwrausaha, untuk membantu berkontribusi secara nyata bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan, pengetahuan manajemen praktis, serta pengetahuan dan keterampilan teknik pembuatan produk olahan hasil pertanian bagi para petani diantaranya wanita tani, serta mampu meningkatkan kemampuan manajemen bisnis usaha mikro di bidang agroindustri dan mengembangkan usaha produktif petani. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan metode integratif teoritis pengalaman praktis dan praktek mengenai pendekatan manajemen praktis manajemen produksi, manajemen keuangan manajemen pemasaran, manajemen usaha kecil mikro dan kewirausahaan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini menunjukkan bahwa petani terutama wanita tani di kedua desa yang menjadi sasaran perserta kegiatan sangat mengapresiasi dan antusias terhadap dilaksanakannya kegiatan ini. Peserta merasa masih belum terlalu banyak informasi yang langsung datang kepada mereka mengenai banyaknya peluang yang dapat diperoleh melalui kegiatan berwirausaha di bidang agroindustri yang disesuaikan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari di bidang agribisnis. Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala terutama yang dengan waktu dan biaya dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Sehingga diharapkan pada masa yang akan datang kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilakukan dengan lebih efisien sehingga memberikan aktivitas hasil yang efektif, produktif dan optimal."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Dhanthes
"ABSTRAK
UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. UMKM berkontribusi dalam perekonomian di Indonesia yang memiliki segmen pasar di dalam dan di luar negeri. Penelitian ini berfokus pada efektivitas pemajakan pada pelaku UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia dan langkah-langkah yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DJP untuk meningkatkan kepatuhan UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemajakan pada pelaku UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia belum sepenuhnya efektif. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan DJP untuk meningkatkan kepatuhan UMKM setelah penerapan kebijakan tax amnesty di Indonesia.

ABSTRACT
MSMEs is the largest business actor and spread all over Indonesia region. MSMEs contributed to the economy in Indonesia which domestic and overseas market. This study focuses on the effectiveness of taxation on MSME after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia and the steps undertaken by the Directorate General of Tax DGT to increase tax compliance of MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia. This research is a descriptive quantitative research. The results of this study stated that taxation on MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia has not been fully effective. Furthermore, this research shows the steps undertaken by the DGT to increase tax compliance of MSMEs after the implementation of tax amnesty policy in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T50735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>