Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Ihsan
"Bahasa Arab memiliki pola tertentu pada bentuk verba pasif. Berdasarkan segi pelakunya (agen), verba terbagi atas verba aktif atau /al-fi?lu al-ma?lum/ dan verba pasif atau /al-fi?lu al-majhu:l/. Pada kalimat dengan verba aktif atau /al-fi?lu al-ma?lum/ yaitu apabila pelaku perbuatan disebutkan dalam kalimat tersebut. Sedangkan pada kalimat dengan verba pasif atau /al-fi?lu al-majhu:l/ yaitu apabila pelaku tindakan tidak disebutkan dalam kalimat tersebut. Analisis Struktur dan Wacana Kalimat Verba Pasif menggunakan teori structural dan wacana yang dikemukakan Cantarino, Zainudin Mansur dan Eriyanto. Yang menjelaskan tentang perubahan kalimat verba pasif secara morfologis, kedudukan subjek kalimat pasif, dan alasan serta dampak dengan tidak dimunculkannya pelaku perbuatan dalam kalimat yang menggunakkan verba pasif. Melalui tahapan tersebut, diharapkan dapat diketahui sturktur dan fungsi kalimat verba pasif dalam al-Qur?an dan Hadis. Hasil dari analisis ini disimpulkan bahwa verba dengan konstruksi pasif melibatkan proses morfologis dengan vokalisasi internal stem. Konstruksi pasif tidak hanya melibatkan verba transitif tetapi juga ditransitif dengan catatan objek pertama, kalimat aktiflah yang dapat menjadi kalimat pasif yang dimarkahi dengan kasus nominatif, sedangkan objek kedua pada kalimat aktif tetap dimarkahi dengan kasus akusatif. Selain itu konstruksi pasif juga ditemukan pada kalimat dengan verba berpreposisi. Dari korpus data yang ditemukan alasan tidak dimunculkannya pelaku perbuatan dalam kalimat verba pasif terdiri atas: a) Tak perlu dimunculkan karena sudah diketahui siapa pelakunya b) Tak mungkin dijelaskan karena tidak tahu siapa pelakunya c) Untuk tujuan menyembunyikan d) Untuk menghormati pelakunya Pembentukkan kalimat berkonstruksi pasif mempunyai maksud tersendiri yang ingin disampaikan dari penutur atau penulis, yaitu untuk menekankan suatu berita pada diri objek atau pihak yang dikenai suatu tindakkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13256
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vandra Risky
"Skripsi ini membahas penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang terdapat di dalam rubrik-rubrik buletin Al-Arkhabil yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain analisis deskriptif. Pendekatan yang dilakukan terhadap terjemahan tersebut adalah critical review. Hasil analisis mengemukakan, bahwa terjemahan yang dihasilkan oleh tim penerjemah LIPIA sudah ekuivalen walaupun berorientasi kepada bahasa sumber (source language), baik hal ditinjau dari perspektif sintaksis ataupun semantiknya. Tinjauan kritis lainnya adalah penerjemah LIPIA kurang memperhatikan kaidah bahasa Indonesia baku dalam penerjemahannya, sehingga penulis juga menyertakan saran dan alternatif terjemahan dalam penulisan skripsi ini. Metode yang menjadi dasar penerjemahan buletin ini adalah transposisi dan modulasi.

The focus of this study is the translation from Arabic language to Indonesian language in articles of Al-Arkhabil Bulletin published by LIPIA in Jakarta. This research is qualitative analysis descriptive. Method of this research is critical review. The researcher suggest that the translation which made by the translator of LIPIA is near to source language, although we look from syntaxys perspective and semantic field. The translator lack of to use the pure Indonesian language in the translation, advice and alternative translation available in this research. The principal procedur of Al-Arkhabi:l translation is tranposition and modulation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Asisi Datang
"Preposisi bahasa Indonesia selalu terdapat dalam konstruksi preposisional. Perilakunya dapat ditinjau secara morfologis, sintaktis dan semantis. Secara morfologis, ada sejumlah preposisi dasar, juga ada preposisi turunan pindahan kelas dan preposisi turunan gabungan, serta preposisi berkorelasi. Secara sintaktis, preposisi bahasa Indonesia berfungsi sebagai penanda Obyek tak Langsung, Pelengkap dan Keterangan, serta sebagai Pengungkap Predikat. Sedangkan secara semantis, preposisi berfungsi sebagai penanda peran tertentu dan sebagai Pengungkap Predikator. Berdasarkan perilaku semantis-sintaktis preposisi seperti itu, maka konstruksi preposisional bahasa Indonesia dibagi atas konstruksi preposisional praP+P+pascaP dan konstruksi preposisional P+pascaP. Konstruksi preposisional pertama dibagi lagi atas dua, berdasarkan sifat satuan semantis praP dan pascaP-nya, yaitu konstruksi preposisional praP+P+ pascaP Tipe A dan konstruksi preposisional praP+P+pascaP Tipe B. satuan semantis DWIPIHAK, TEMPATAN, PENERIMAAN, dan PENGGENAPAN dalam konstruksi preposisional praP+P+pascaP menentukan penggunaan preposisi tertentu dalam konstruksi preposisional praP+P+pascaP Tipe A; sedangkan dalam konstruksi preposisional praP+P+pascaP Tipe B tak ada satuan semantis seperti itu yang menentukan penggunaan preposisi, maka kedua satuan semantis (praP dan pascaP) sama-sama berpengaruh menentukan penggunaan preposisi dalam konstruksi preposisional. Oleh karena itu, yang menentukan penggunaan preposisi bahasa Indonesia sebenarnya bukan hanya tergantung pada jenis kata satuan semantis pascaP tetapi terutama terlebih dahulu ditentukan oleh sifat satuan semantis praP. Itulah perilaku unik preposisi bahasa Indonesia"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Lita S. Gunawan
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini saya membahas fungsi dan peran dalam Bahasa Indonesia, kemudian saya mengamati apakah ada hubungan timbal balik antara fungsi dan peran tersebut. Setelah memperhatikan teori atau pendapat mengenai fungsi dan peran dalam linguistik umum, maka saya papar_kan teori tentang fungsi dan peran yang disusun oleh Tim Fakultas Sastra Universitas Indonesia (kemudian disingkat Tim FSUI, 1986), Tatabahasa Deskriptif Bahasa Indonesia Sintaksis , bab Semantik dalam Tatabahasa (13 - 18) dan Klausa (228).Dalam skripsi ini data yang dipakai diambil dari naskah yang disusun oleh Zaidan Hendi, koran dan buku Legenda Suku Mentawai. Dari data ini akan dipastikan ada_kah hubungan timbal balik antara fungsi dan peran, serta dari data itu juga akan dipastikan jumlah fungsi dan peran yang ada dalam Bahasa Indonesia. Peran yang diperkenalkan oleh Tim FSUI ialah bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat sembilan belas macam peran. Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap teks narasi dan eksposisi serta naskah, ternyata hanya enam belas macam peran yang selalu muncul, baik pada fungsi subyek, obyek, pelengkap maupun keterangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S10974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Anita Handayani
"Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai perilaku sintaktis kategori fatis dalam bahasa Indonesia, khususnya kategori fatis bahasa Indonesia yang digunakan remaja sebagaimana yang digunakan dalam majalah Gadis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran perilaku sintaktis kategori fatis dalam rubrik Miss Gaul dan Kara Zodiak di Majalah Gadis bernomor ganjil tahun 2003. Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan (1) menentukan sumber data, yaitu majalah Gadis; (2) memilih kategori fatis yang dapat menduduki posisi di awal, tengah dan akhir kalimat, yaitu nih, ah, tuh, lha, kok, kan, dan ya yang akan digunakan dalam rubrik Miss Gaul dan Kata Zodiak; (3) mengolah data; (4) menganalisis data; dan (5) menarik simpulan. Hasil analisis sintaksis terhadap kategori fatis nih, ah, tuh, lho, kok, kan, dan ya menunjukkan (1) Kategori fatis tersebut dapat menjadi penegas untuk subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap berupa kata atau frase dari berbagai kelas kata dan juga dapat menjadi penegas untuk klausa atau seluruh kalimat. Kategori-kategori fatis yang menduduki posisi di akhir kalimat juga dapat langsung mendampingi sebuah kata atau frase yang merupakan satu-satunya unsur dalam suatu kalimat. Selain itu, kategori-kategori fatis tersebut juga dapat mengikuti atau mendahului suatu ungkapan. Kategori fatis kan, kok, ya, nih dan tuh dapat menjadi padanan dari kata tanya, demonstrative, dan verba dalam ragam nonformal; (2) Posisi kategori fails dalarn kalimat dapat menentukan jenis suatu kalimat; (3) Pendistribusian kategori fatis nih, tuh, ah, Iho, kan, kok, atau ya tidak dapat dilakukan jika kategori-kategori fatis tersebut memiliki fungsi khusus, seperti sebagai penentu jenis kalimat atau padanan sebuah kata; (4) Kategori fatis nih, tub, ah, !ho, kan, kok atau ya juga tidak dapat saling menggantikan jika kategori fatis tersebut memiliki fungsi khusus, seperti sebagai penentu jenis kalimat atau padanan sebuah kata; (5) Sifat tidak opsional kategori fatis ditentukan berdasarkan fungsi kategori fatis tersebut; (6) Terdapat kategori fatis gabungan dengan struktur berdampingan dan terbagi; (7) Kategori fatis dapat menduduki posisi di tengah dan akhir kalimat, sedangkan interjeksi selalu menduduki posisi di awal kalimat atau klausa. Posisi kategori fatis dan interjeksi tidak dapat dipertukarkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barut Junia Sandra
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis kalimat yang dominan dalam lagu populer kanak-kanak serta menentukan pola kalimatnya, dalam hal ini pola urutan fungsi sintaksisnya sehingga dapat diketahui bagaimana bahasa Indonesia dalam lagu populer kanak-kanak. Masalah tentang lagu populer kanak-kanak ini menarik karena penelitian tentang bahasa dalam lagu populer kanak-kanak belum banyak berkembang. Selain itu saya ingin melihat sejauh mane pola-pola kalimat yang mewarnai lagu-lagu populer kanak-kanak. Sumber data diambil dari lagu populer kanak-kanak terlaris yang beredar dari bulan Januari sampai dengan Juli tahun 1992. Hasil penelitian dengan menggunakan Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (1990) dari Harimurti Kridalaksana menunjukkan bahwa jenis kalimat yang banyak dijumpai dalam lagu populer kanak-kanak adalah kalimat tunggal dengan pola kalimat terbanyak adalah S P."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S10763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Julie Yunita
"Pertindihan kelas antara preposisi dan konjungsi ini membahas masalah preposisi dan konjungsi dalam bahasa Indonesia Adapun tujuan penulisan ini ialah untuk mengetahui dan melihat kaitan preposisi dan konjungsi Data penulisan diambil dari tajuk rencana Kompas, minggu pertama bulan Oktober 1995 hingga minggu kedua bulan November."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nening Sukesti
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ciri-ciri lagu anak yang dikategorikan sebagai lagu abadi. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui ciri-ciri sintaksis. Dleh karena lagu ini adalah lagu untuk anak. Ciri-ciri sintaksis yang ditemukan akan dikaitkan juga dengan konsep-konsep perkembangan bahasa anak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kaset yang berjudul Kumpulan Lagu Abadi Taman Kanak kanak. Lagu-lagu yang dikategorikan sebagai lagu abadi yang diteliti di sini berjumlah 10 lirik lagu. Pemilihan 10 lirik lagu dilakukan secara simple random sampling. Dalam penelitian ini, dihasilkan kesimpulan bahwa ciri-ciri lagu anak yang dikategorikan sebagai lagu abadi adalah sebagai berikut. Sebagian besar jenis kalimatnya adalah kalimat tunggal. Jika ditemukan kalimat non-tunggal, kalimat tersebut muncul dengan pola-pola sejajar. Kalimat-kalimatnya pendek, yaitu sebagian besar terdiri atas 3 hingga 7 kata. Jika ditemukan kalimat-kalimat panjang, kalimat tersebut muncul dengan diikuti banyak jeda. Jenis frase yang digunakan adalah FN, FV, FA, FPrep, serta bentuk nominalisasi yang. Sebuah frase, sebagian besar, terdiri atas 2 hingga 3 kata. Kelas kata yang paling banyak muncul adalah kelas kata N, V, Pr, serta A. Sebagian besar lagu mempunyai rima akhir. Jumlah bait setiap lagu sedikit, yaitu 1 hingga 2 bait. Unsur-unsur yang ditemukan ini, ternyata, sesuai dengan kemampuan anak sebagai reseptor, dalam penelitian ini adalah anak-anak pada masa periode awal (early childhood)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saryanto
"Sing dalam bahasa Jawa disebut sebagai tembung sesulih, panggandheng, tembung panyilah atau pronomina rela_tif. Sing bersinonim dengan kang, dan ingkang, juga berpadanan dalam bahasa Indonesia dengan yang. Sebagai sebuah partikel, kata sing tidak pernah muncul sendiri dalam suatu kalimat. Kata tersebut harus berhubungan atau berga_bung dengan kata lainnya untuk dapat bermakna gramatikal. Pembicaraan mengenai proses pembentukan kata sing dengan kata lain yang memungkinkan bervalensi (bergabung) akan membentuk sebuah frase. Frase bentukan antara sing dengan kata lainnya akan menghasilkan frase nomina. Adapun kelas kata yang dapat bergabung dengan sing membentuk frase nomina adalah nomina, verba, ajektiva, pronomina, numeralia, preposisi dan adverbia. Konstruksi sing sebagai frase nomina merupakan pembicaraan bidang sintaksis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Chasanah
"ABSTRAK
Kelompok verba /kana naqis/ adalah kelompok verba yang tidak sempurna kalimatnya jika hanya diikuti oleh nomina yang berkasus nominatif, tetapi harus dilengkapi dengan nomina yang berkasus akusatif. Nomina berkasus akusatif itu kedudukannya bukan sebagai obyek, tetapi sebagai predikat dari kelompok verba itu. Sedangkan nomina yang berkasus nominatif menjadi subyeknya. Nomina yang berkasus nominatif dan akusatif itu, asalnya adalah konstruksi kalimat nominal yang terdiri dari mubtada' 'subyek' dan khabar 'predikat'. Keduanya berkasus nominatif. Tetapi setelah salah satu verba dari kelompok verbs /kana naqis/ memasuki konstruksi kalimat itu, maka terjadi perubahan kasus pada predikatnya, dari berkasus nominatif menjadi akusatif. Sedangkan subyeknya tetap berkasus nominatif. Selain berkaitan dengan kasus, kelompok verba ini berkaitan juga dengan kala, persona, jenis, dan jumlah. Untuk mengungkapkan perilaku tersebut, maka diterapkan teori yang berasal dari para ahli linguis Arab, baik yang berasal dari Timur Tengah, negara Barat, maupun Indonesia. Pembahasan kelompok verba/kana naqis/ berkaitan dengan berbagai bentuk verba dan jenis nomina yang mengisi gatra subyek dan predikat.

"
1989
S13394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library