Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarjudi Anwar
"Investor muslim yang akan melakukan investasi pada saham di pasar modal sekarang mi mempunyai sarana berupa saham-saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham-saham tersebut dikelompokkan dalam Jakarta Islamic Index (ill) yang berjumlah 30 saham. Investor muslim dapat membentuk portofolio optimal atas saham-saham syariah tersebut berdasarkan model indeks tunggal. Penelitian mi bertujuan untuk menenerapkan model indeks tunggal dalam pembentukan portofolio optimal atas saham-saham yang masuk kategori Jakarta Islamic Index. Periode penelitian mi adalah Januari 2004 - Desember 2006. Dari hasil penelitian, saham yang pernali masuk kategori Jill periode Januari 2004 s.d Desember 2006 berjumlah 48 saham. Kriteria saham Jill yang akan diteliti adalah saham yang pernah masuk JTI selama empat semester yaitu dihitung mundur mulai dari semester dua tahun 2006 sampai dengan Januari 2004. Saham-saham yang pemah masuk Jil yang memenuhi kriteria penelitian ada 24 saham. Saham-saham yang masuk kriteria tersebut selanjutnya dihitung nilai excess return to beta (ERB) untuk dipilih sebagai kandidat portofolio. Sahamsaham yang mempunyai nilai ERB positif terpilih sebagai kandidat portofolio ada 23 saham. Setelah dihitung cut off rate dan nilai cut off point diketahui maka saham yang mempunyai nilai ERB di atas cut off point dipilih sebagai portofolio yaitu saham BNBR, PGAS, AALI, INCO, LSIP, BLTA, PTBA, MEDC, IJNTR, ANTM. Komposisi proporsi dana saham terbesar adalah saham AALI sebesar 26.76% dan terendah saham BNBR sebesar 0.89%. Hasil pembentukan portofolio atas saham-saham Jakarta Islamic Index periode Januari 2004 s.d Desember 2006 dengan model index tunggal menghasilkan return bulanan sebesar 5.71%. Tingkat pengembalian portofolio mi lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian IHSG bulanan sebesar 2.59%. Hasil penelitian mi dapat dipergunakan sebagai panduan oleh investor muslim yang akan melakukan investasi saham-saham yang masuk Jil.

Moslem investors who want to invest in stocks could invest through Islamic stocks in the IndonesIan Stock Exchange. These stocks are grouped in the Jakarta Islamic Index (ill) where there are 30 stocks included. The Moslem investors could make the optimum portfolio of the ill by using the single index model. The purpose of this research is applying the single index model in the making of the optimum portfolio on the JIL. The research period is from January 2004 to December 2006. Total stocks included in the III in the period on January 2004 to December 2006 were 48 stocks. A first criterion for the stock to be included in the optimum portfolio is the stock was included in the ill for four semesters started from January 2004 until December 2006. Stocks that match the criteria are 24 stocks. Next, the excess return to beta (ERB) is calculated, with stocks with ERB value positive is chosen as the portfolio candidate. After ERB calculation, there are 23 stocks. And then, stocks with ERB value above cut off point is chosen to be included in the portfolio. The stocks are BNBR, PGAS, AALI, ENCO, LSIP, BLTA, PTBA, MEDC, UNTR, and ANTM. The largest fund allocation is in AALI stock of 26,76% and the lowest is in stock BNBR of 0,89%. This portfolio provides monthly return of 5,71%. The return of this portfolio is higher than monthly return from investing in Jakarta Composite Index of 2,59%. Results of this research can be utilized by the Moslem investor to make investment decision in stocks included in the Jil."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 23047
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lanang Trihardian
"Dunia pasar modal Indonesia akhir-akhir mi menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Setelah sempat mengalami resesi karena dihantam krisis ekonomi pada tahun 1998- 1999, pasar modal Indonesia sekarang telah bangkit kembali, bahkan jauh lebih aktif dan bergairah dibandingkan dengan sebelum terkena krisis ekonomi. Indeks 1-larga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang telah menembus angka 2100 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah berdirinya BEJ. Situasi perekonomian dan politik yang relatif stabil telah membuat iklim investasi di Indonesia lebih kondusif, khususnya untuk investasi di sektor finansial. Karakter investor pasar modal Indonesia yang umumnya berinvestasi untuk jangka pendek membuat perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta memiliki tugas yang lebih berat dari pada perusahaan yang belum go public. Perusahaan tersebut hams selalu memantau harga sahamnya di bursa karena harga saham di bursa merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh investor untuk menilai kondisi yang sesungguhnya dari perusahaan. OIeh karena itu perusahaan akan mengambil tindakan atau strategi bila mereka menganggap harga saham di pasar tidak sesuai dengan nilai yang sesungguhnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan harga saham yaitu melalui reverse stock split atau konsolidasi saham. Dengan melakukan reverse stock split, perusahaan dapat dengan seketika mendongkrak harga sahamnya dengan konsekuensi mengurangi jumlah saham yang beredar. Reverse stock split sebenarnya hanya suatu corporate action yang menggabungkan beberapa lembar saham yang sudah beredar menjadi satu saham. Secara teori, seharusnya reverse stock split tidak memiliki dampak apapun terhadap tingkat pengembalian saham. Artinya tindakan tersebut tidak akan mengubah nilai fundamental dari perusahaan sehingga nilai equity dari perusahaan adalah tetap. Sebab reverse stock split hanya sebuah tindakan kosmetis yang tidak memiliki dampak apapun pada nilai perusahaan yang sesungguhnya. Namun dalam ilmu keuangan ada pendapat yang menyatakan bahwa reverse stock split memiliki kandungan informasi didalamnya. Tindakan tersebut dianggap oleh sebagian orang berisi signal dari manajemen perusahaan mengenai prospek perusahaan di masa depan. Kandungan informasi inilah yang dapat ditangkap oleh investor, yang kemudian akan mengubah penilaian mereka terhadap perusahaan yang melakukan reverse stock split. Penelitian mi berusaha untuk mengkaji apakah pada praktek di pasar modal Indonesia reverse stock split memang memiliki kandungan informasi atau tidak. Penelitian mi berusaha melihat apakah terdapat abnormal return dari saham yang melakukan reverse stock split. Sebab jika memang benar tindakan tersebut memiliki kandungan informasi didalamnya, maka seharusnya akan terjadi perubahan pada tingkat pengembalian dan saham tersebut. Selain itu penelitian mi juga akan menganalisa apakah terjadi perubahan likuiditas saham setelah dilakukannya reverse stock split. Metode yang digunakan dalam penelitian im adalah metode event study karena metode mi merupakan salah satu metode yang paling serinig digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu peristiwa ekonomi terhadap perdagangan suatu saham dan hasilnya juga relatif akurat. Sampel penelitian adalah saham yang mengalami reverse stock split di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian yang digunakan adalah tahun 2003-2005. Periode estimasi ditetapkan sepanjang 200 hari bursa, sedangkan periode peristiwa adalah mulai dan 10 han sebelum tanggal kejadian sampai dengan 10 han setelah kejadia Berdasarkan penel juan yang telah di lakukan, diperoleh beberapa kesimpulan. Pertarna, secara agregat, tidak ditemukan adanya abnormal return yang signifikan bagi pemegang saham yang sahamnya mengalami reverse stock split. Dilihat dari sisi saham individual, juga dapat dinyatakan tidak ditemukan adanya abnormal return yang signifikan bagi pemegang saham yang sahamnya mengalami reverse stock split. Kedua, untuk perbandingan antara abnormal return sebelum dengan abnormal return sesudah peristiwa reverse stock split, berdasarkan pengujian statistik, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Kesimpulan ketiga, hasil uji terhadap rata-rata Trading Volume Activity atau TVA sebelum dan TVA sesudah pelaksanaan reverse stock split memperlihatkan bahwa justru terjadi perbedaan rata-rata total volume aktivitas antara sebelum dengan sesudah peristiwa tersebut. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa teijadi penurunan rata-rata total volume aktivitas saham setelah pelaksanaan reverse stock split. Terjadi peningkatan TVA secara signifikan pada t-9 dan t-4 sebelum reverse stock split. Sedangkan sesudah reverse stock split hanya terjadi lonjakan TVA yang signifikan pada t+3 saja.

Indonesian capital market lately exhibits a strong growth. After experiencing recession in the economic crisis period in 1998-1999, Indonesian capital market has made a great come back, now even more active and lively than before the crisis. The Jakarta Composite Index, recently, has finally broken the 2100 level, which is an all-time high record. The economic and political stability has created a very conducive environment for investments in Indonesia, especially in the financial sector. Indonesian capital market investor's character, which is predominantly short-term investors, has made the job of listed companies a lot harder than private companies. Listed companies have to keep track of the price of their stocks in the market because stock price is the primary indicator used by investors to observe a company's fundamental condition. That is why companies will take action or strategy if they think that the price of their stocks in the market is too low and does not reflect their true value. One strategy a company might undertake to improve or increase their stock price is reverse stock split. By undertaking reverse stock split, a company can instantly boost the price of its stocks with the consequence of decreasing the total amount of shares. Reverse stock split is actually just a corporate action which combines several shares into just one share, effectively reducing the total number of shares. In theory, reverse stock split should not have any impact on a company's stock return. Reverse stock split does not alter the fundamental value of a company. Therefore, the equity value of that firm remains the same. Reverse stock split is basically just a cosmetic action, which have no impact on a company's true value. In finance, there is a proposition that there are information contents in reverse stock split. Some people think that the action contains signal from management concerning the company's future prospects. This information is then captured by investors. Investors then use that information to make revaluation of that company. This research is trying to observe whether reverse stock split in Indonesian capital market actually has information content or not. Moreover, this research is intending to discover whether stocks that experienced reverse stock split exhibit significant abnormal return. If reverse stock split really contains information, there should be a variation in the company's stock return. This research is also trying to find out whether there is an alteration in the stock's liquidity after reverse stock split. This research will use event study methodology, since it is commonly used to observe the impact of an economic event on stocks trading and is widely regarded as an accurate tool to measure the impact. The research samples are stocks that experienced reverse stock split in the period of 2003-2005. Estimation period is 200 bourse days and event period starts from 10 days before event day until 10 days after event. Based on the research results, there are several conclusions that can be inferred. Firstly, on aggregate, there is no significant abnormal return on a stock following a reverse stock split. There is also no significant abnormal return from the individual stock following a reverse stock split. Secondly, there is no significant change in abnormal return after a reverse stock split compared to before reverse stock split. The third conclusion is that, based on test of average Trading Volume Activity (TVA) before and after the reverse stock split, there is a reduction in average Trading Volume Activity after reverse stock split. There are significant increases of TVA in t-9 and t-4 before reverse stock split. And there is only one significant increase of TVA after reverse stock split, which occur in t+3."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulung Setiosuci Perbawani
"In Japan, manga—the infamous nickname for Japanese Comics—is a great deal of business. It became a core industry which fringes include multi-billion merchandise and copyright business, and is seriously taken care of by the government. Outside Japan, manga, has been a secretively massive and growing industry. In Indonesia, manga was introduced by Elex Media Komputindo through the release of Doraemon, the all-time favorite manga. So far, the comics only succeeded to penetrate into the children and teenagers market. There is still a lot of potential for a market expansion. Noticing the potential, lately PT Elex Media Komputindo had taken the business more seriously, and started to execute the expansion strategy to adult market through the release of its brand extension, Level Comics. Level Comics concentrates on adult-oriented titles, which contains stories with complicated plot twists that requires further comprehension, a bit more violence and less sensors. It also takes a different physical shape than the existing comic books; bigger in dimension, richer cover and higher price. The question is, "Does the strategy really works, or turns into double edged-sword against Elex Media Computindo by providing contribution to company profit through eating its predecessor's market?" This research is designed to answer the question. Through a questionnaire which distributed to the consumer of comics with certain criterias, the research led us to a conclusion which shows the symptoms of brand cannibalism. It was due to the result of consumer's preferences which tends to favor the newly arising Level Comics and its more favorable attributes, and also several others discovery concerning the Indonesian Manga marketplace and its consumer behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23481
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Dony R.
"Untuk menjadi pemenang dalam persaingan pada pasar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap pelaku usaha, akan tetapi cara-cara yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut tidak boleh melanggar undang-undang. Salah satu larangan yang terdapat di dalam UU No. 5 Tahun 1999 ialah kegiatan penguasaan pasar, dimana ketentuan ini sangat berkaitan dengan kekuatan atau dominasi pasar yang dmiliki oleh suatu pelaku usaha. Pengawasan terhadap kegiatan penguasaan pasar yang dilakukan oleh KPPU sebagai lembaga kausi yudikatif yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999.
Dalam melakukan pengawasan kegiatan penguasaan pasar, KPPU cenderung membuktikan peristiwa-peristiwa yang terkait dugaan pelanggaran hanya didasarkan satu alat bukti,oleh karena itu belum memenuhi syarat pembuktian. Akan tetapi hal itu dapat dibenarkan karena dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak ada pengaturan mengenai minimal alat bukti dan keyakinan sebagaimana halnya dalam hukum politik
To be a winner in competition in the market is a goal that every business actor wants to achieve, but the methods used by these business actors must not violate the law. One of the prohibitions contained in Law no. 5 of 1999 is a market control activity, where this provision is closely related to the power or market dominance owned by a business actor. Supervision of market control activities carried out by KPPU as a judicial causation institution tasked with supervising the implementation of Law no. 5 of 1999.
In supervising market control activities, KPPU tends to prove that events related to alleged violations are based on only one piece of evidence, therefore they have not fulfilled the requirements of proof. However, it can be justified because in Law no. 5 of 1999 there is no regulation regarding minimum evidence and belief as is the case in political law.
"
Jakarta: Fakultas Hukum, 2008
T24255
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Produksi tahunan kopi dunia memperlihatkan kestabilan pada tingkat 117 juta kantong dengan rata-rata volume kantong sebesar 60 kg pada periode tahun 2004 - 2007 . Indonesia sebagai salah satu penghasil kopi dunia,mulai mengenal kopi sejak tahun 1690 -an...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tamunan
"Pengelolaan risiko dan kecukupan modal merupakan salah satu aktifitas manajemen risiko yang dilakukan oleh bank pada masa kini. Bank harus menyediakan modal yang cukup untuk menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. Pada karya akhir ini akan diperlihatkan bahwa metode pendekatan Basel II akan menghasilkan rasio kebutuhan modal yang berbeda dibandingkan rasio ketentuan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode Standardised Approach Basel II maka rasio kecukupan modal PT. Bank ABC Tbk akan lebih kecil.

To manage of risks and minimum capital is one of risk management activities in this era by banks. Banks have to have minimum capital to facing risks in their business. In this thesis was described Basel II approach method will result different minimum capital rasio from Bank Indonesia regulation. By applying standardised approach method of Basel II, the minimum capital rasio PT. Bank ABC Tbk will be lower."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25590
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jullysava Aziz
"Salah satu konsep pengukuran risiko di bidang industri keuangan adalah pengukuran yang mengacu pada probability-based risk yang dikenal dengan value at risk atau VaR. Dalam melakukan pengukuran VaR, digunakan metode historical simulation dan montecarlo simulation. Faktor risiko pasar yang menjadi obyek pengukuran VaR adalah harga saham dari beberapa emiten yang diperdagangkan pasar. Untuk menaksir nilai VaR yang dikehendaki, diambil data harga saham periode Januari 2006 sampai dengan 28 Desember 2007. Sementara itu, dalam suatu periode waktu tertentu, harga saham pasar dapat bergerak turun atau naik, sebagai dampak akibat kejadian yang luar biasa atau ekstrim dalam pasar keuangan. Model VaR tidak dapat menangkap situasi yang ekstrim ini, karena modal VaR hanya dapat digunakan dalam kondisi pasar yang normal. Untuk menghitung nilai VaR dalam situasi yang ekstrim ini, digunakan metode Stress Testing. Historical scenarios adalah salah satu teknik untuk menghitung VaR stress testing. Teknik ini berdasarkan kejadian-kejadian masa lampau (historical scenarios) yang dapat diaplikasikan pada kondisi sekarang.

One of the concepts of risk measurement method known as the "value at risk" or VaR. In VaR measurement, the historical simulation and the montecarlo simulation are exercised with the stock market index postulated as the market risk factor. To measure the desired VaR value, the stock market prices data for the period of January 2006 to December 2007 are employed. During the period, certain stock market prices showed increase or decrease movement as a result of financial extreme event in the global market system. VaR model can not capture this extreme financial event, because VaR should be use in normal market condition only. To calculate VaR value in the extreme financial events, stress testing method is employed. Historical scenarios is but one of the techniques to assess VaR stress testing . This technique is based on historical event (historical scenarios) and the calculation results may be applied to present condition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25761
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"A security defines as amarketable investment instrumen representing financial value. Securities are broadly categorized into debt securities, commercial bonds, stock, bound, equity, securities e.g comman stocks,future trading securities, and derivative securities...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Kusumadelia
"Pasar adalah sebuah tempat manusia untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kata pasar tidak akan terlepas dari kegiatan belanja. Manusia akan melakukan kegiatan belanja ketika datang ke pasar. Berbelanja adalah sebuah kegiatan konsumtif yang bertujuan untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya manusia yang berbelanja saja yang ada di dalam pasar. Dahulu, kegiatan belanja yang terjadi di dalam pasar melibatkan pihak pembeli dengan pihak penjual secara langsung. Selain itu, pada transaksinya juga terdapat proses tawar menawar. Dan, barang-barang yang dijual cenderung tidak tahan lama. Hal itulah yang membuat kegiatan belanja di dalam pasar cukup memakan waktu lama dan manusia harus lebih sering berbelanja. Sedangkan, manusia saat ini dapat dibilang tidak mempunyai banyak waktu untuk kegiatan tersebut.
Sesuai tuntutan zaman yang dilakukan oleh manusia-manusia modern, kegiatan berbelanja yang terjadi dalam sebuah pasar pun ikut berkembang. Kegiatan berbelanja kemudian berubah. Berbelanja saat ini dapat dilakukan secara cepat tanpa proses tawar menawar dengan pelayanan sendiri. Barang-barang yang ditawarkan juga berupa kemasan sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pola perilaku manusia yang terus berkembang menuntut segala kegiatan yang lebih cepat dan praktis. Hal ini yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia di setiap kegiatannya. Akibatnya, banyak penyesuaian yang dilakukan dan akan terus mengalami perubahan, dari tata cara manusia berbelanja yang diterapkan di pasar hingga ruang-ruang kegiatan di dalam pasar.
Penulis ingin membahas lebih jauh lagi, seberapa besar pengaruh perubahan gaya hidup manusia terhadap arsitektur pasar, baik fisik maupun nonfisik, yang terwujud akibat kegiatan-kegiatan manusia yang terjadi di dalamnya.

The market is a place for human to get their needs. The word market will not separated to shop activity. People usually do this activity when they come in to the market-place. Shopping is a consumptive activity with purpose to get the daily needs. Formerly, shopping in the market directly involve a buyer and a seller. There is also a negotiation between them in their transaction. And, the commodities are not be able to keep in storage for a long time. As a consequence, shopping in the market always take a long time and people have to spent a lot of time to get their needs. Even though, people at this period could be said that they don?t have much time for shopping.
According to the time demand with modern people, shopping activity is also change. Now, shopping can be done in few moments without the negotiation process. The sellers are offered their commodities wrapped up so it?s possible to keep their commodities for a long time and the buyers also can keep their needs for the long period of time.
Human behaviors will always growing to follow the time and it is require everything faster and practical. It will influence the human acting in their activities. And, the results of it, many things inside the market, as a human place, are changed, from the shopping system until the space-activities in the marketplace.
I want to study this case further, so we will know how far the humanlifestyle influence market architecture, either physical or non-physical, that realized from human activities in the market.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48406
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover