Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jerry Alphanto
"ABSTRAK
Sehubungan dengan makin berkurangnya proporsi ekspor migas seiring dengan meningkatnya Industrialisasi di Indonesia, terasa sekali bahwa peranan ekspor non-migas sebagai surnber devisa bagi negara Indonesia dimasa yang akan datang makin besar. Bila dibandingkan dengan penghasil devisa lainnya, ekspor non-migas boleh jadi adalah penghasil devisa yang mempunyai prospek yang paling baik bagi stabilitas ekonomi dan budaya nasional karena orientasinya adalah menjual produk buatan Indonesia kepada negara-negara di luar Indonesia. Sebab itulah pemerintah Indonesia dengan berbagai upaya mencoba terus meningkatkan ekspor non-migas.
Dengan berketnbangnya telekomunikasi dan komputerisasi yang menyebabkan ekonomi dunia tidak berbatas negara, hal ini berarti meningkatkan sarana ekspor dan irapor bagi para pelaku ekonomi di dalam perdagangan internasional. Indonesia sebagai negara kepulauan yang banyak menghasilkan bahan baku industri dan mempunyai jumlah tenaga kerja yang besar, memiliki potensi besar dalam berbagai industri yang dapat menunjang ekspor non-migas. Salah satu dari industri non-migas Indonesia yang mempunyai potensi yang cerah adalah industri furniture kayu dimana Indonesia mempunyai bahan baku yang berlimpah dari hasil hutan yang besar. Namun -demikian pangsa pasar ekspor furniture kayu Indonesia dalam pemasaran internasional terasa masih kecil bila dibandingkan dengan negara lain, walaupun Indonesia memiliki bahan baku yang berlimpah serta jumlah tenaga kerja yang besar. Da lam karya akhir ini karni mencoba menganalisa segmen-segrnen dan potensi-potensi pasar furniture kayu yang masih terbuka dan belum dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha Indonesia dalam meningkatkan pangsa pasar dalam pemasaran internasional pada umumnya dan di Jepang pada khususnya. Kami juga akan membahas Jepang, sebagai pasar yang besar tetapi merniliki kompleksitas yang tinggi serta rnempelajari bagaimana perusahaan-perusahaan furniture kayu Indonesia memasuki pasar Jepang.
Dalam menganalisis ekspor furniture kayu Indonesia ke Jepang, kami menggunakan beberapa analisis yang meliputi antara lain analisa kekuatan dan kelemahan furniture kayu Indonesia di pasar Jepang serta peluang dan ancamannya. Disamping itu juga hasil analisa lingkungan industri yang terdiri dari persaingan dalam industri, kekuatan pemasok, ancaman pendatang baru, kekuatan pembeli dan ancaman dari produk pengganti. Selain itu juga dilakukan analisa bauran pemasaran untuk menganalisa perangkat variabel pemasaran yang terdiri dari produk, distribusi, promosi dan harga.
Dari analisa-analisa tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kondisi ekspor furniture kayu Indonesia di Jepang yang merupakan salah satu andalan pemerintah Indonesia didalam menjaring devisa, adanya pengembangan peraturan berupa deregulasi ekspor yang diharapkan dapat memperbesar pangsa pasar furniture kayu Indonesia di Jepang yang baru mencapai 4,57% dari keseluruhan irapor Jepang untuk porduk furniture kayu. Disamping itu usaha pemanfaatan secara optimal keunggulan-keunggulan yang dimiliki Indonesia dibandingkan dengan sejumlah pesaing dari negara lain yaitu melimpahnya tenaga kerja dan tersedianya bahan baku yang cukup raemadai di Indonesia, usaha-usaha ini diharapkan dapat memacu perkembangan ekspor furniture kayu. Sedangkan saran-saran yang dapat diberikan antara lain adanya kebijakan Pemerintah guna menciptakan deregulasi yang menunjang industri furniture kayu agar menjadi kompetitif, peningkatan mutu produk, harga produk yang cukup bersaing dan usaha peningkatan distribusi serta promosi produk yang intensif merupakan strategi ekspor perabot kayu Indonesia mencapai peningkatan pangsa pasar di Jepang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andarini
"Karya Akhir ini ditulis beranjak dari permasalahan bahwa faktor ketidakpastian nilai tukar dan tingkat suku bunga menimbulkan risiko bisnis yang cukup tinggi pada transaksi yang dilakukan oleh Dealing Room, Banyak fakta mengungkapkan bahwa tidak sedikit bank yang collaps akibat transaksi yang dilaksanakan oleh Dealing Room. Untuk itu dibutuhkan suatu penghitungan risiko agar dapat mengantisipasi kerugian buruk yang mungkin terjadi. Salah satu metode yang digunakan untuk risiko adalah dengan Value af Risk (VaR).
Tujuan dan penulisan ini adalah mcnghitung risiko atas 5 transaktsi yang dilakukan Dealing Room BRL yaitu transaksi spot US Dollar terhadap rupiah, Call money Rupiah dan Call Money US Dollar dengan jangh waktu avemight dan satu minggu, menghitung dana penyangga yang dibutuhkan untuk dapat mengcover risiko yang ditimbulkan (Capital at Risk =CaR) yang dilanjutkan dengan penghitungan pengaruh terhadap CAR (Capilal Adequacy Raiio) serta mcnentukan strategi yang dapat dilakukan atas hasil VaR dan Ca.R yang diperoleh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Irwanto
"ABSTRAK
Permasalahan dalam tesis ini adalah mengenai keteraturan sosial dalam kehidupan pedagang buah-buahan di Pasar Induk Kramat Jati dalam upaya memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan usahanya.
Fokus dalam tesis ini adalah mengenai corak keteraturan sosial dalam kehidupan pedagangn buah-buahan dan pedoman-pedoman yang mereka gunakan dalam upaya memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan guna pemenuhan kebutuhan hidup serta mengembangkan usahanya. Keteraturan sosial yang ada pada kehidupan mereka dapat dilihat dari tindakan-tindakan berpola para pedagang tersebut dalam melakukan aktivitas-aktivitas perdagangannya sehari-hari sebagai sumber nafkah. Dimana keuntungan dari usaha perdagangan tersebut dipergunakan utuk pemenuhan kebutuhan hidupnya maupun pengembangan usahanya. "
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizal Purnama
"Untuk meningkatkan tingkat return dalam portofolio investasi syariah dibutuhkan informasi tentang efisiensi pasar saham syariah di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pasar saham syariah dikatakan efisien jika pergerakan harga saham syariah di pasar tersebut bergerak secara random. Dari titik tolak ini, peneliti menguji efisiensi bentuk lemah pada pasar saham syariah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian koefisien korelasi terhadap saham syariah, indeks JII dan indeks IHSG untuk melihat hubungan antara harga saham atau indeks hari ini dengan hari kemarin dengan menggunakan lag 1 hari.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis saham yang pergerakan harganya bersifat random dan terdapat beberapa jenis saham yang pergerakan harganya tidak bersifat random. Tetapi secara keseluruhan pasar saham syariah efisien. Pasar saham syariah tidak memiliki korelasi yang signifikan, sehingga pergerakan harga sagam syariah secara keseluruhan yang diwakili oelh indeks JII bersifat random. Berbeda dengan indeks IHSG yang memiliki hubungan korelasi yang nyata berbeda dengan nol pada level 1%, karenanya pasar saham secara keseluruhan di BEJ yang diwakili oleh indeks IHSG tidak efisien.

The information of market efficiency in Sharia market index in Jakarta Stock Exchange is needed for increasing return in Sharia portofolio investment. In an efficient market the movement of stock price is random. In this regard the researcher intend to conduct a weak form efficiency test for Sharia share including to the Jakarta Islamic Index (JII) and the Jakarta Islamic Index as a whole is also observe. The result from the observation ont the JII will be compare with the test on the Composite Index (IHSG). The correlation coefficient will be observed on the Sharia share and Jakarta Islamic index to realize the correlation between stock price today and its price on yesterday movement with 1 lag day.
The result of the test indicates that some of the share categorized as Sharia share could prove to be random and the others not to be random. The comparison of the result of JII and IHSG found that the IHSG have correlation coefficient in the 1% level of confident that indicates JII is an efficient market.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Masrul
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T24347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Kirana Sulistijo
"Undang-Undang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Perimbangan Keuangan telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangga-nya sendiri termasuk dalam hal ini mengatur sumber keuangannya sendiri konsekwensi lahimya perundang-undangan tersebut membuat masing-masing pemerintah harus berusaha keras memaksimalkan potensi yang dimiliki daerahnya. Mengingat baik saat ini dan di masa mendatang pengadaan pinjaman dari negara asing/ lembaga donor dengan scheme bunga ringan tidak lagi mudah diperoleh serta disisi lain, pinjaman perbankan komersial dari luar negeri dengan denominasi mata uang asing (pada mnumnya USS), akan sulit disiapkan, karena tingginya risiko Indonesia, maka salah satu alternatif pembiayaan yang mungkin dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah dengan cara menerbitkan Obligasi Daerah. Agar suatu daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah beberapa ketentuan perundang-undangan khususnya berkaitan dengan pasar modal perlu disesuaikan serta perlu diciptakan mekanisme pengawasan pinjaman daerah oleh pemerintah pusat. Kendala serta penyesuaian yang perlu dilakukan disampaikan dalam penulisan ini (Surya Kirana Sulistijo. Aspek Hukum Prospek Penerbitan Obligasi Daerah Pada Pasar Modal Indonesia. 6502021l8l. Kelas A. Pascasarjana Fakultas Hukum. Universitas Indonesia).

Local Authonomy Law (Undang-Undang Otonomi Daerah) and Undang-Undang Perimbangan Keuangan has given the authority to the local govemment to manage its internal affairs including to manage its financial resources as the consequence of the promulgation of these laws the local govemment has to work hard in maximizing its potential resources. Having known that both at this time and in future the availability of the low interest loan given by foreign country or foreign donor may not be easy to obtain and on the other side foreign commercial bank with a foreign denomination funds (mostly USS) is hard to be prepared as the result of Indonesia being a high risk country, hence one of the altemative source of fund which may be conducted by the local govemment is by issuing a Municipal Bond. In order for a local govemment to be able to issue a Municipal Bond several laws and regulations especially in relation to the Capital Market need to be adjusted and it requires the establishment of supervision of local obligation (loan obligation) by the central government. The obstacle and adjustment required are set out on this academic writing (Surya Kirana Sulistijo. Aspek Hukum Prospek Penerbitan Obligasi Daerah Pada Pasar Modal Indonesia 650202l18l. Kelas A. Pascasarjana Fakultas Hukum. Universitas Indonesia)."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
T28534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frederik Priotomo
"Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh De Bondt dan Thaler (1985) dengan menggunakan data pasar modal Amerika Serikat (NYSE), telah menemukan suatu anomali baru yang bertentanggan dengan teori pasar efisiensi yang dikenal fenomena reaksi yang berlebihan (overreaction phenomenon). De Bondt dan Thaler menemukan bahwa saham­ saham yang menunjukkan tingkat pengembalian ekstrim positif (winner) atau negatif (loser) selama suatu periode akan mengalami pembalikan tingkat pengembalian (return) pada periode berikutnya atau return dari saham loser akan mengungguli saham winner.
Pada penelitian ini, penulis akan mencoba mengamati apakah keberadaan anomali overreaction terdapat di Bursa Efek Jakarta khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar produksi, dan perdagangan eceran selama tahun 200 I sampai dengan tahun 2003 serta melihat apakah anomali overreaction yang terdapat di BEJ merniliki ciri-ciri yang sama dengan anomali overreaction yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh De Bondt-Thaler.
Penelitian ini menggunakan data return saham yang terdapat pada industri tekstil, perdagangan besar produksi, dan perdagangan eceran sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang sama digunakan oleh De Bondt-Thaler yaitu menggunakan perhitungan saham-saham winner dan loser yaitu dengan menggunakan metode market adjusted excess returns dimana Oit - Rjt - Rmt, dimana winner dan loser portfolio dibentuk berdasarkan penerimaan return yang berlebihan dimasa lampau. Dengan membagi periode penelitian menjadi dua yaitu periode tiga bulanan dan periode tahunan untuk setiap periode pembentukan portofolio dan periode observasi portofolio. Proses selanjutnya adalah menguji tingkat pengembalian yang diamati dengan uji signifikansi t­student.
Berdasarkan pada perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan periode tiga bulanan anomali overreaction tidak terjadi. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya hipotesis dari overreaction, dimana anomali overreaction terjadi apabila ACAR loser > 0 dan ACAR winner< 0, serta ACAR loser - ACAR winner>0, sedangkan berdasarkan perhitungan yang didapat pada akhir periode atau bulan ke-3 dari rata-rata replika pada akhir bulan ke-3 atau periode replika yang ada, nilai ACAR loser sebesar -0.07474 dan ACAR winner sebesar 0.022299, serta ACAR loser- ACAR winner sebesar -0.09704, dengan tingkat signifikasi setiap bulan atas nilai dan nilai selisih CAR loser dan winner dari seluruh replika yang ada yang sangat rendah dibawah nilai t-tabelnya sehingga pada periode ini anomali overreaction tidak tetjadi.
Lain halnya dengan basil perhitungan yang menggunakan periode penelitian tahunan, gejala overreaction terlihat atau terjadi secara keseluruhan dalam seluruh periode dari replika yang ada. Dimana secara rata­ rata selama tahun 200 I sampai dengan 2003 ACAR winner < 0 untuk seluruh periode atau bulan pada periode penelitian, dengan ACAR winner pada akhir periode replika (bulan ke-12 atau bulan Desember) sebesar -0.09947 atau -9,947% dan ACAR loser > 0 dengan nilai ACAR loser pada akhir periode replika sebesar 0.710259 atau 71,0259%, serta nilai ACAR loser - ACAR winner > 0 dengan nilai Selisih ACAR loser dan winner pada akhir periode sebesar 0.809733 atau 80,9733% dengan tingkat signifikasi atas selisih CAR loser dan winner yang ada sangat signifikan sebesar 8.29438 pada akhir periode replika yaitu pada bulan ke-12 atau bulan Desember, diatas nilai t-tabel dengan taraf nyata 10% sebesar 3.077685.
Maka hasil dari perhitungan dari dua rata-rata replika tersebut memenuhi hipotesis dari overreaction tetapi hanya pada hipotesis ketiga saja, dimana untuk hipotesis pertama dan kedua walaupun nilai ACAR winner< 0 dan ACAR loser> 0 tetapi tingkat signifikasinya dibawah nilai critical value-nya yaitu pada akhir tahun dengan tingkat signifikasi 10% tingkat signifikasi loser hanya sebesar 1.6792 < dari critical value-nya sebesar 1.886 dan signifikasi winner sebesar -0.1911 < dari critical value-nya sebesar -1.886, sehingga pada periode penelitian tahunan pun anomali overreaction tidak terjadi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fadhilah
"ABSTRAK
Timbulnya kesadaran bahwa setiap negara tidak dapat berdiri sendiri adalah salah satu faktor yang menyebabkan tren regionalisme semakin menguat. Dalam lingkup regionalisme, upaya kerjasama ekonomi di Asia Tenggara juga semakin ditingkatkan dengan dicetuskannya ide integrasi ekonomi ASEAN (ASEAN Vision) pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003, diantaranya menyepakati tercapainya ASEAN Economic Community (AEC), salah satunya adalah rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015. Adapun rencana penerapan tersebut tentu akan berdampak bagi persaingan usaha di negara anggota ASEAN, khususnya di Indonesia. Permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai perkembangan hukum persaingan usaha di negara anggota ASEAN dan dampak dari rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015 terhadap pengaturan hukum persaingan usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku dengan cara mencari data-data yang terdapat pada bahan-bahan pustaka. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai perkembangan pengaturan hukum persaingan usaha di negara anggota ASEAN yang memiliki perbedaan dalam pengaturannya. Ada juga beberapa negara yang belum memiliki pengaturan hukum persaingan usaha secara khusus dan lembaga pengawasnya. Sementara itu, beberapa negara yang sudah memiliki pengaturan hukum persaingan usaha tersebut, namun masih terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengaturannya di masing-masing negara. Dengan adanya rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015, maka negara anggota ASEAN akan mendapatkan dampak-dampak dari rencana tersebut terhadap hukum persaingan usaha, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai hukum persaingan usaha dan harus melakukan harmonisasi terhadap pengaturan tersebut di negara anggota ASEAN.

ABSTRACT
Timbulnya kesadaran bahwa setiap negara tidak dapat berdiri sendiri adalah salah satu faktor yang menyebabkan tren regionalisme semakin menguat. Dalam lingkup regionalisme, upaya kerjasama ekonomi di Asia Tenggara juga semakin ditingkatkan dengan dicetuskannya ide integrasi ekonomi ASEAN (ASEAN Vision) pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003, diantaranya menyepakati tercapainya ASEAN Economic Community (AEC), salah satunya adalah rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015. Adapun rencana penerapan tersebut tentu akan berdampak bagi persaingan usaha di negara anggota ASEAN, khususnya di Indonesia. Permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai perkembangan hukum persaingan usaha di negara anggota ASEAN dan dampak dari rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015 terhadap pengaturan hukum persaingan usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku dengan cara mencari data-data yang terdapat pada bahan-bahan pustaka. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil mengenai perkembangan pengaturan hukum persaingan usaha di negara anggota ASEAN yang memiliki perbedaan dalam pengaturannya. Ada juga beberapa negara yang belum memiliki pengaturan hukum persaingan usaha secara khusus dan lembaga pengawasnya. Sementara itu, beberapa negara yang sudah memiliki pengaturan hukum persaingan usaha tersebut, namun masih terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengaturannya di masing-masing negara. Dengan adanya rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN 2015, maka negara anggota ASEAN akan mendapatkan dampak-dampak dari rencana tersebut terhadap hukum persaingan usaha, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai hukum persaingan usaha dan harus melakukan harmonisasi terhadap pengaturan tersebut di negara anggota ASEAN."
2013
T35658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justarina Sinta Marisi Nalborhu; Suharwan Argadikusuma
"ABSTRAK
Sasaran pertumbuhan perekonomian Indonesia yang ditar
getkan dalam Pelita IV dan Repelita V adalah rata?rata 5 %
per tahun. Salah satu faktor yang. menunjang tingkat
pencapaian sasaran diatas adalah perlunya nilai investasi
dan masyarakat sebesar Rp 131,5 trilyun.
Bursa saham sebagai salah satu instrumen pasar modal
diharapkan dapat menggali potensi masyarakat dan swasta
untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, serta mengarah
kan dana masyarakat ke dalam sektor-sektor yang produktif
Keadaan pasar modal di Indonesia masih berada pada
tahapan perkembangan awal. Pada tingkat perkembangan mana
sangat dlbutuhkan pemantauan terhadap faktor?faktor yang
dapat menganggu efektifitas serta efisiensi pasar modal.
Tulisan ini bertujuan untuk melakukan studi. tentang
tingkat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pasar modal, untuk kemudian dapat memberikan saran saran
guna mengantisipasi masalah masalah yang akan
dihadapi.
Faktor?faktor tersebut dapat dikelompokkan dalarn fak
tor?faktor rasional dan irrasional. Besarnya pengaruh
faktor rasional menggambarkan suatu keadaan pasar yang
sangat efislen, dimana informasi sangat transparan dan
keputusan didasarkan atas perhitungan yang teliti. Dalam
keadaan ini peluang memperoleh keuntungan di pasar modal
sangat rendah. Besarnya pengaruh faktor Irrasional menggam
barkan keadaan pasar yang tidak efisien, dalam keadaan ini
peluang memperoleh keuntungan dan pasar modal sangat bersi
fat spekulatif. Penilaku pasar spekulatif cenderung kepada
keadaan hiperaktif, yang dikhawatirkan dalam jangka panjang
akan mempunyai dampak yang negatif terhadap perkembangan
pasar modal.
Sampai dengan tanggal 24 November 1989 baru 85 perusa
haan yang masuk ke pasar modal. Jumlah dana yang berhasil
dihimpun sebesar Rp 4.898,1 milyar, yang terdiri dari 65
perusahaan menerbitkan saham dengan nilai perdana sebesar Rp
3.402,9 milyar dan 21 perusahaan menerbitkan obligasi dengan
nilai perdana Rp 1.492,2 mflyar, serta 1 perusahaan mener
bitkan sekuritas dengan nilai perdana Rp 3 milyar.
Dalam Pasar Modal Indonesia terdapat empat golongan
pelaku, yaitu Investor (Pemodal); sektor bisnis/pencari
modal (Emiten); Badan Pemerintah dan Lembaga Penunjang Pasar
Modal yang terdiri atas, Underwriter, Akuntan Publik, Nota
ris, Konsultan Hukum, Perusahaan Penilai (Appraisal), Peran
tara Pedagang Efek (Broker) dan Pedagang Efek (Trader).
Permasalahan yang secara kiasik dihadapi pasar modal
adalah perkiraan nilai harga saham, dan untuk itu dikenal 2
pendekatan teoritis yaitu pendekatan fundamental dan pende
katan teknis.
Penelitian mengenai tingkat harga saham serta
perilakunya telah banyak dilakukan. Diantaranya Menton H.
Miller and Franco Modigliani, yang menjelaskan hubungan
antara deviden, earning dan growth rate. Sebagai implemen
tasi dan teori tersebut, Volkert S. Whitbeck dan Manown
Kisor, Jr. melakukan analisis kombinasi terhadap perilaku
135 saham di bursa Amerika Serikat. Dengan menggunakan
pendekatan yang dilakukan oleh Volkert S. Whitbeck dan
Manown Kisor, Jr., studi ini berusaha melakukan pengamatan
terhadap perilaku pasar saham di Indonesia.
Pengamatan dilakukan dengan penerapan model Volkert
terhadap perilaku harga saham dan 24 saham perusahaan yang
go-public sebelum era deregulasi dan 20 buah saham perusa
haan yang go?public setelah era deregulasi.
Temuan yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain,
pasar modal di Indonesia sedarig menuju pada suatu bentuk
yang mengikuti mekanisme pasar. Hal ini terjadi sebagai
akibat dan diberlakukannya serangkaian deregulasi dalam
bidang keuangan dan perdagangari, sejak tahun 1987.
Dalam perjalanannya sejak tahun 1987, terdapat perilaku
pasar yang menarik untuk diamati yaitu bahwa sebelum deregu
lasi motivasi perdagangan saham lebìh berdasarkan perolehan
deviden. Motif perdagangan seperti ini memiliki waktu jual
beli yang relative lebih panjang, sedangkan jumlah saham
masih terbatas, sehingga mengakibatkan mutasi perdagangan
saham menjadì kurang dinamis dan mengakibatkan pula likuidi
tas pasar yang rendah.
Setelah diberlakukannya diregulasi, terdapat pergeseran
motif perdagangan saham dan motive perolehan deviden ke
motif perolehan capital gain. Motif perolehan capital gain
rnempunyai periode jual ? beli yang bersifat lebih berjangka
pendek, yang mendorong terjadinya mutasi perdagangan saham
yang dinamis sehingga likuiditas pasar menjadi lebih baik.
Harga saham 24 perusahaan lama yang dalam periode
1972?1987 tidak mempunyai kesempatan di?revalue? oleh pasar,
tetapi mekanisme pasar segera melakukan ?revaluasi? atas
harga 24 saham tersebut. Terjadinya mekanisme ? revaluasi ?
pasar tersebut telah menimbulkan permintaan yang sangat
meningkat terhadap ke-24 saham tersebut yang diikuti oleh
meningkatnya harga kedua puluh saham secara mengejutkan.
Kelebihan permintaan untuk saham saham tersebut telah
menimbulkan ?band wagon effect? yang dimanfaatkan oleh
beberapa emiten yang segera melemparkan saham saham perusa
haan baru.
Investor kurang menyadari bahwa terdapat pembedaan
perilaku harga saham antara kelompok ?lama? dan kelompok
?baru? dimana capital gain dan saham saham baru telah
dinikmati oleh pemilik perusahaan dalam bentuk ?agio?.
Pada akhirnya mekanisme pasar melakukan koreksi terha
dap saham saham baru sehingga tampak permintaan dan harga
dan saham saham baru cenderung menurun.
Dari hasil studi juga diidentifikasi kejadian kejadian
yang mempanguruhi faktor-faktor irasional yang antara lain
meningkat pada saat saat :
- Diberlakukannya peraturan pemerintah.
- Terjadi emisi saham baru.
Bagi para Investor disarankan untuk lebih memperhatikan
saham saham transisi, pasar trani, kiasifiasi serta jenis
jenis saham dan informasi perkembangan perusahaan, dan
pengaruhnya terhadap harga saham.
Bagi para emiten disarankan untuk mempertimbangkan
pemanfaatan momentum perilaku hiperaktif investor dalam
upaya memperoleh perolehan, tetapi harus mempertimbangkan
resiko citra perusahaan ?go?public?, karena citra ini dapat
membawa dampak akumulatip terhadap operasi perusahaan.
Bagi Bapepam dan lembaga keuangan terkait lainnya,
disarankan untuk memperbaiki effisiensi market, meningkatkan
efektivitas, memperbaiki kualitas para pelaku pasar modal
seperti perantara, underwriter, akuntan publik dan penilai
antara lain derigan mendorong terwujudnya kode etik pro-fesi
dan usaha.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Rahardjo
"Fenomena Post-earning Announcement Drift (PAD) pertalna kali dikenali keberadannya di NYSE dan AMEX pada tahun 1968 oleh Ball dan Brown. Penelitian yang dilakukan oleh Ball dan Brown tersebut merupakan penelitian terhadap pergerakan return saharn disekitar pengumuman laba (laporan keuangan). Ball and Brown menemukan bahwa return saham ? saham perusahaan yang telah mengumumkan earning yang lebih besar dan perkiraan, returnnya cenderung untuk meningkat terus menerus selama beberapa waktu setelah pengumuman tersebut. Dan hal sebaliknya juga terjadi, yaitu return saham akan turun terus menerus selama beberapa waktu setelah pengumuman laporan keuangan yang mengumumkan laba lebih rendah dan perkiraan.
Studi ini meneliti tentang keberadaan fenomena PAD di Indonesia khususnya di BET. Penelitian yang dilakukan meliputi saham ? saham perusahaan yang telah tercatat di BEJ sejak tahun 1992 dan pengafliatan dilakukan atas sembilan puluh saham yang dipiih secara acak. Pengamatan terhadap return saham - saham dalam pengamatan dilakukan disekitar pengumUnlan laporan keuangan pertengahan dan akhir tahun dalam peniode tahun 1995 sampai dengan tahun 1997.
Unexpected earnings dihitung berdasarkan perkiraan dan time series of earning perusahaan - perusahaan tiap semesternya. Pengumuman laporan keuangan tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan pada besarnya standardized unexpected earnings (unexpected earnings per standard error of unexpected earnings), dari kelompok 1 (very bad news) hingga kelompok 5 (very good news). Abnormal return di sekitar pengumuman laporan keuangan dihitung berdasarkan return saham dikurangi dengan return portfolio yang terdiri dari saham - saham perusahaan dengan kelompok nilai kapitalisasi yang sama.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa bertambahnya abnormal return secara terus menerus untuk perusahaan yang mengumumkan "good news" laporan keuangan dan berkurangnya abnormal return bagi yang mengumumkan "bad news" terjadi di BEJ, tetapi tidak berarti secara statistik. Selain itu juga ditemukan bahwa perbedaan pergeseran antara kelompok "very good news" dan "very bad news", yaitu selisih CAR antara kedua kelompok tersebut semakin membesar secara berarti untuk beberapa periode pengamatan (terus bergeser pada arah yang berlawanan).
Pengelompokican saham - saham berdasarkan nilai kapitalisasinya menunjukkan bahwa untuk "very good news" laporan keuangan, harga saham bereaksi secara berarti tepat pada saat pengumuman laporan keuangan untuk perusahaan - perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar besar. Sedangkan untuk perusahaan - perusahaan dengan nilaial kapitalisasi pasar kecil, abnormal return justru bergerak negatif dimulal sebelum laporan keuangan tersebut diumumkan.
Untuk pengumuinan "very bad news" laporan keuangan, pergeseran abnormal return untuk saham perusahaan - perusahaan dengan kapitalisasi pasar kecil terjadi pada periode 1 hingga 10 hari setelah pengumuman. Sedangkan perusahaan - perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar, cumulative abnormal return saham ? saham tersebut bergerak secara berarti dan 40 han sebeluni hingga 20 han setelahnya.
Fenomena PAD teijadi di BE! secara lemah, yang berarti bertambahnya abnormal return disekitar pengumuman laporan kcuangan secara tenus menerus sangat kecil. Tetapi dari hal tersebut tidak dapat ditarik kesimpulan logis bahwa BEJ telah efisien dalam bentuk setengah kuat. Hal ini dapat dililiat dari arah dan besarnya respon dan pasar tepat pada saat tanggal pengumuman laporan keuangan, yang mana BEJ hanya memberikan respon dengan arah yang sesuai dan berarti secara statistik pada pengumuinan "very good news". Dua kemungkinan penyebab hal tersebut adalah laporan keuangan yang tidak dianggap sebagai informasi yang berarti bagi publik atau kelemahan dalam metodology penelitian PAD ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>