Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Faisal Alamsyah
"ABSTRAK
Masjid agung Pondok Tinggi adalah salah satu masjid yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Masjid ini belum pemah diteliti secara khusus. Pada tahun 1998 SPSP Jambi, Sumsel, Bengkulu melakukan pemerian dan studi konservasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi, Kerinci sebagai masjid kuno juga untuk mengungkapkan percampuran budaya akulturasi antara budaya Islam dengan budaya lokal ( Kerinci ) dan budaya Minangkabau di dalam pembangunan Masjid Agung Pondok Tinggi.
Untuk mecapai tujuan di atas maka diperlukan langkah - langkah penelitian secara bertahap yang dapat mengidentifikasikan :a. Bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi secara menyeluruh sehingga dapat diketahui ciri khas yang dimiliki Masjid Agung Pondok Tinggi Sebagai masjid kuno. b.Ciri - ciri khas dari komponen - komponen bangunan masjid agar dapat diketahui ada tidaknya ciri - ciri yang asalnya bukan dari daerah Kerinci.
Dengan demikian tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur - unsur bangunan masjid yang meliputi : Pondasi dan denah, ruang utama, mihrab, tiang, ruang tempat adzan, atap, ragam hias, bedug, dan mimbar. Pada tingkat deskripsi/ analisa akan dilakukan perbandingan. Perbandingan dilakukan antara komponen - komponen tertentu dari masjid dengan literatur maupun bangunan dari berbagai daerah untuk membuktikan yang mana komponen asli dari daerah Kennel dan yang mana yang bukan. Perbandingan dilakukan dengan memperbandingan langsung komponen masjid seperti atap masjid dengan atap-atap bangunan tradisional kerinci maupun minangkabau. Pemilihan unsur - unsur tersebut didasari atas pertimbangan bahwa komponen tersebut merupakan satu kesatuan arsitektur bangunan masjid. Digunakannya sumber dari Minangkabau disebabkan oleh latar sejarah yang menyebutkan bahwa proses lslamisasi yang terjadi di Kerinci berasal dari Minangkabau. Pada tahap akhir adalah melakukan penjelasan terhadap data yang telah dianalisa, baik penjelasan berupa tulisan maupun gambar.
Dengan masuknya agama Islam ke dalam masyarakat Islam, tidak berarti semua unsur dalam kebudayaan Kerinci berubah. Salah satunya adalah arsitektur. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Masjid Agung Pondok Tinggi diketahui bahwa bentuk arsitektur dan ragam hiasnya sangat jelas memperlihatkan pengaruh arsitektur lokal yang kemudian menjadi ciri khas /keunikan dari masjid tersebut.

"
2001
S11835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Sutrisna
"Penelitian mengenai unsur-unsur arsitektur kolonial pada Masjid Agung Manonjaya adalah penelitian arsitektur dan ornamen bangunan yang bersangkutan. Arsitektur kolo_nial yang dimaksud adalah unsur arsitektur datang dari Eropa dalam hal ini adalah unsur arsitektur kolonial Belanda. Di samping unsur-unsur arsitektur lokal tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk menjelaskan dugaan terjadinya percampuran kedua unsur budaya tersebut di atas, maka digunakan konsep akulturasi dengan tujuan yaitu : (1) Mengetahui keberadaan unsur-unsur budaya lokal (tradisional) dan unsur-unsur budaya asing (kolonial) melalui pemerian gaya arsitektur dan ragam hias bangunan Masjid Agung Manonjaya. (2) Mengetahui seberapa jauh unsur-unsur kolonial mem-pengaruhi penampilan fisik bangunan Masjid Agung Manonjaya. Penelitian ini terbatas pada obyek utamanya yaitu Masjid Agung Manonjaya yang terletak di desa Karangnung_gal, kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya Jawa Barat yang didirikan pada awal abad ke-19. Masjid ini terbagi atas tiga bagian yaitu pondasi (kaki), tubuh, dan atap. Kompo_nen bangunan lainnya adalah menara, penampil serambi timur dan koridor menara. Bangunan yang disebut terakhir ini terletak di sebelah timur bangunan induk masjid. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yaitu : (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penaf_siran data. Tahap pengumpulan data meliputi studi kepusta_kaan dan studi lapangan. Tahap pengolahan data meliputi kegiatan analisis bentuk, gaya, bahan, dan ukuran melalui hasil deskripsi dalam tahap pengumpulan data. Di samping itu juga dilakukan perbandingan dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial. Dalam tahap penaf_siran data keseluruhan hasil dari tahap pengumpulan dan pengolahan data dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini yaitu : (1) Berdasarkan kajian perbandingan Masjid Agung Manonjaya dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial diketahui bahwa Masjid Agung Manon jaya mendapat pengaruh yang sangat dominan dari gaya arsitektur kolonial. (2) Pengaruh arsitektur lokalnya hanya terlihat pada bentuk atap yang berbentuk tumpang. Jadi masih meneruskan tradisi atap masjid tradisional Jawa. (3) Ragam hias Masjid Agung Manonjaya tidak semuanya mendapat pengaruh unsur ragam hias kolonial, tetapi masih tetap mempertahankan bentuk-bentuk ragam hias tradisi lama. Ragam hias asing walaupun ada tidaklah menghilangkan ragam hias yang sebelumnya telah ada melainkan turut menambah khasanah ragam hias masjid yang menyebabkan keragaman coraknya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat terbuka dan tidak menutup kemungkinan mendapat tanggapan dan saran lebih lanjut"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Islam masuk ke Indonesia sebelum abad ke 13 M telah banyak memberikan sumbangan pada kebudayaan Indonesia. Peninggalan yang penting bagi Arkeologi adalah berupa mesjid, Situs perkotaan, kompleks makam dan keraton. Dari beberapa makam kuno yang ada di Jawa dan Sumatera diketahui ada sebuah motif, yaitu motif Mihrab dengan lampu yang menggantung ditengahnya. Motif ini menghiasi bagian jirat dan juga nisan. Masalah dalam karya tulis ini adalah apakah ada fungsi atau makna tertentu dari motif ini, sehingga begitu banyak dipakai sebagai hiasan pada makam-makam.
Hasil penelitian ini mempérlihatkan bahwa mihrab dalam Islam memiliki peran yang sangat panting dan manjadi elemen yang paling istimewa pada setiap mesjid. Beberapa ahli berpendapat bahwa fungsi Mihrab adalah sebagai penunujuk arah Kiblat ketika melakukan Shalat. Sebagian lagi berbandapat Mihfab adalah lambang atau wakil dari penguasa atau kalifah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Mihrab adalah simbol dari kehadiran Nabi Muhammad S.A.W.
Apapun yang menjadi tafsiran para ahli, pada kenyataannya Mihrab yang berbentuk ralung menjadi sebuah motif yang sangat dikenal di dalam dunia Islam. Motif Mihrab dengan lampu yang menggantung di tengahnya oleh baberapa ahli diterjemahkan sebagai lambang dari Surah An-Nuur ayat 35, yaitu Surah yang berisi tentang Cahaya Illahi. Penggunaannya motif ini pada makam barangkali juga sabagai lambang penerang alam kubur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mus`ab`Abdu Asy Syahid
"[Arsitektur masjid di Indonesia terus mencari identitas bentuk dan gayanya mengikuti perkembangan modernitas desain arsitektur saat ini. Beberapa arsitek membebaskan desain karya dari kurungan tradisi salah satunya ialah Masjid Al Irsyad Satya Kota Baru Parahyangan Bandung. Modernisasi desain masjid Al Irsyad Satya diasumsikan dari adanya penerapan aspek aspek minimalisme mengacu pada terminologi minimalis rdquo ldquo sederhana atau kesederhanaan simplicity yang menjadi artikulasi dominan untuk menggambarkan karakteristik masjid pada berbagai ulasan desain dan karya ilmiah. Penulisan ini bertujuan menganalisis desain Masjid Al Irsyad Satya berdasarkan pada analisis historis faktor faktor yang terlibat pada pembangunan masjid serta pengukuran aspek minimalitas untuk menguji kesesuaiannya dengan asumsi di awal. Meskipun terdapat aspek kesederhanaan dan minimalitas diterapkan pada desainnya di sisi lain berbagai faktor seperti biaya perawatan dan hadirnya ekspresi personal si arsitek justru menunjukkan desain berada di posisi bertentangan dengan prinsip minimalisme sehingga Masjid Al Irsyad Satya bukanlah arsitektur masjid minimalis. Ditambah lagi preferensi si arsitek yang diduga mengambil kualitas desain yang mirip dengan bangunan arsitektur minimalis lain yang telah ada sehingga asumsi di awal mengenai masjid minimalis rdquo di awal menjadi wajar. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan praktisi arsitek untuk lebih memahami sejarah teori dan perkembangan gaya arsitektur masjid modern di Indonesia secara kritis dan menjadi salah satu referensi umum untuk mengeksplorasinya di masa mendatang.

The mosques architecture in Indonesia is on progress for re searching its form identity and style following the design modernity development recently. Some of architects explore by freeing it from any limitating tradition e.g Al Irsyad Satya mosque Kota Baru Parahyangan located in Bandung. The modernisation of its design is assumpted from the implementation of minimalism aspects by such minimalist simple rdquo and ldquo simplicity terms become the dominating articulations to picture about Al Irsyad Satya mosque characteristics which are often stated in many design review and report. This research aims to analyze design style of Al Irsyad Satya based on historical analysis many factors involved during the mosque design develpoment to examine the assumption. Some of minimalism aspects simplicity and minimality are presented but combined together with architects personal expression and maintenance factors make its design a contradictory position with minimalism principles in other hand which results Al Irsyad Satya mosque is not precisely categorized to one of minimalist mosque architecture. In addition the design preference from the architect shows spatial quality aspects which assumpted commonly taken or referred from another built minimalist design thus matches with the assumption from the first place. This research is expected to facilitate both communities and practitioners to understand more about critical history theories and style development in modern mosque architecture in Indonesia and be one of reference to explore it in the future., The mosques architecture in Indonesia is on progress for re searching its form identity and style following the design modernity development recently Some of architects explore by freeing it from any limitating tradition e g Al Irsyad Satya mosque Kota Baru Parahyangan located in Bandung The modernisation of its design is assumpted from the implementation of minimalism aspects by such ldquo minimalist rdquo ldquo simple rdquo and ldquo simplicity rdquo terms become the dominating articulations to picture about Al Irsyad Satya mosque characteristics which are often stated in many design review and report This research aims to analyze design style of Al Irsyad Satya based on historical analysis many factors involved during the mosque design develpoment to examine the assumption Some of minimalism aspects simplicity and minimality are presented but combined together with architect rsquo s personal expression and maintenance factors make its design a contradictory position with minimalism principles in other hand which results Al Irsyad Satya mosque is not precisely categorized to one of ldquo minimalist mosque architecture rdquo In addition the design preference from the architect shows spatial quality aspects which assumpted commonly taken or referred from another built minimalist design thus matches with the assumption from the first place This research is expected to facilitate both communities and practitioners to understand more about critical history theories and style development in modern mosque architecture in Indonesia and be one of reference to explore it in the future ]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muhammad Armedi Eka Purdini
"Perkembangan seni bangunan di kota Bandung tidak terlepas dari campur tangan arsitek ternama asal Belanda, Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Ada sejumlah karya yang dihasilkan oleh Wolff Schoemaker, salah satunya adalah Masjid Besar Cipaganti. Masjid Besar Cipaganti merupakan salah satu bangunan yang dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1933 dan terletak di Jalan Raden AA Wiranatakusumah No 85, Bandung, Jawa Barat. Wolff Schoemaker membangun masjid ini dengan mengkombinasikan unsur seni bangunan khas Jawa Barat dan Belanda.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur seni bangunan Jawa Barat dan unsur seni bangunan Belanda yang terdapat pada Masjid Besar Cipaganti. Unsur seni bangunan Jawa Barat terdapat pada atap bangunan, tiang saka guru, dan ragam hias. Unsur seni bangunan Belanda pada masjid ini dapat terlihat dari bentuk bangunan, material bangunan, lampu gantung, dan sekat pada teras utama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

The development of art building design in Bandung never stray far from the involvement of a famous Dutch architect, Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Among many of Wolff Schoemaker’s notable works, Masjid Besar Cipaganti is one of them. Masjid Besar Cipaganti is one of the buildings constructed in Dutch colonization period in 1933 and is located in Jalan Raden AA Wiranatakusumah No 85, Bandung, West Java. Wolff Schoemaker built this mosque by combining traditional West Java architecture with Dutch styles.
This research aims to describe West Java art building elements and Dutch art building elements that contained in Masjid Besar Cipaganti. The characteristic of West Java art building upon Masjid Cipaganti Bandung can be identified through the roof, tiang saka guru, and decorative patterns. Whereas the elements of Dutch characteristics characteristics can be identified from its construction, construction material, chandelier, and the separator between the main terrace. This research using qualitative method with aims to elaborate any specific elements of art buildings that founded within.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"This paper is a report of the findings of a reseach on minarets of old mosques in Sumatera and Jawa done by means of survey method and library study. Thirteen minarets of old mosques were observed and analyzed. The thirteen minarets show similarities in terms of form and style. There is a basic pattern of relation between the mosque and minarets in terms of layout. In terms of the number of the minarets, the mosques generally have one minaret each although some of them have two or even four. The main function of minaret in a mosque is a place to enunciate the call to prayer and a sign for a Muslim community. The research found other functions, namely minarets are used for marriage ceremony and for women to sit when listening to sermon. In terms of architectural style, influence of local culture, or European cultures (Portuguese and Dutch), of Middle Eastern cultures (Arab and Persian), and of South Asian culture (Indian)."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahdini
"ABSTRAK
Bangunan masjid merupakan salah satu peninggalan masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki keberagaman dari segi bentuk dan ragam hias. Masjid-masjid kuna ini memperlihatkan adanya keselarasan antara adat dan agama Islam. Adat telah menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau dan juga menjadi identitas budaya bagi pengikutnya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari keempat masjid serta identitas budaya yang terepresentasikan pada bangunan masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar ini tercerminkan dua identitas budaya, yaitu identitas budaya Koto Piliang dan identitas budaya Bodi Caniago. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa identitas budaya yang terlihat pada masjid kuna tersebut memperlihatkan jenjang status sosial masyarakat, yaitu identitas dari seorang raja dan identitas seorang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa.

ABSTRACT
Old mosques is one of Minangkabau heritages in Tanah Dasar Regency that have various form and decoration. Old mosques shows the harmonious life of tradition and Islamic religion in this regency. Tradition has become guidance of life for Minangkabau society and also has become cultural identity for its disciple. This research focus on the physical forms of the four mosques and also the cultural identity that is represented by those old mosques in Tanah Datar Regency. This research resulting in indication of two distinct cultural identities, that is Koto Piliang culture and Bodi Caniago culture. The study also shows that cultural identity in those mosques indicating social ladder in society, which is identity of the king and identity of a leader from common folks.
"
2017
S68155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Fawanda
"Setiap kota di Indonesia memiliki rumah tradisional masing-masing dengan atap sebagai objek utama untuk memperlihatkan identitas daerah. Rancangan bangunan modern dengan penempelan atap gonjong menjadi cara yang umum digunakan di Kota Padang untuk memperlihatkan identitas tersebut. Skripsi ini merupakan studi untuk memahami lebih jauh tentang perancangan bersifat kedaerahan dalam arsitektur yaitu regionalisme. Untuk mengetahui apa urgensi penerapan teori regionalisme pada bangunan modern di daerah dan apa kaitan antara arsitektur modern pada bangunan studi kasus dengan teori regionalisme. Metode yang digunakan adalah menguji teori critical regionalism terhadap studi kasus Masjid Raya Sumatera Barat di Kota Padang pada konteks perancangan untuk menemukan penerapan regionalisme dalam arsitektur modern serta paradox.

Every city in Indonesia has its own traditional house with the roof as the main object to show the identity of the region. Modern buildings rsquo s design with gonjong roof became the common way used in Padang City to show that identity. This thesis is a kind of study to understand more about the regionalism in architectural design. To find out what the urgency of applying the theory of regionalism in modern regional buildings and what is the link between modern architecture in building of case study with the theory of regionalism. The method is to examine the theory toward Masjid Raya Sumatera Barat as selected case study in the context of design to find the correct application of regionalism also the architectural paradox."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyfitha Dea Khairunnisa
"ABSTRAK
Sistem penanggalan tradisional Cina telah digunakan oleh masyarakat Cina selama berabad-abad. Sistem penanggalan ini menggunakan sistem kalender lunisolar yang menggabungkan penghitungan fase bulan dan matahari. Seiring dengan meningkatnya interaksi antara Indonesia dan Cina pada masa lampau, budaya Cina turut masuk bersama para pendatang. Salah satu peninggalan budaya Cina yang ada adalah nisan tradisional Cina yang terdapat di Masjid Pecinan Tinggi di Banten Lama. Makalah ini akan membahas tentang sistem penanggalan tradisional Cina yang terdapat pada nisan di Masjid Pecinan Tinggi Banten Lama dan informasi yang bisa didapatkan dari penanggalan tersebut.

ABSTRACT
Chinese traditional calendar has been used by Chinese for centuries. This dating system is using lunisolar calendar system which indicates both moon phase and solar year. As the interactions between Indonesia and China increasing in the past, the Chinese came with their traditional cultures and values. One of the existing Chinese relics in Indonesia is a traditional Chinese gravestone located in Masjid Pecinan Tinggi in Banten Lama. This paper will discuss about Chinese traditional dating system on the gravestone and the information that can be obtained from the inscription."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Handayani Ramli
"ABSTRAK
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat aktivitas donasi uang yang tinggi dibandingkan negara lain, termaksud melalui lembaga amal atau nirlaba seperti masjid. Namun, institusi masjid masih memiliki banyak kelemahan dalam aspek manajerial dan kepercayaan dari masyarakat yang berpotensi mengurangi minat masyarakat dalam berdonasi uang ke masjid. Dengan menggunakan modifikasi pendekatan Theory of Planned Behaviour TPB, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor yang memengaruhi minat jemaah dalam berdonasi uang ke masjid di Kota Depok. Penelitian ini juga akan mengestimasi potensi serta kontribusi donasi uang masjid di Depok. Untuk itu, penelitian ini mengumpulkan data dari 235 jemaah masjid yang tersebar di 11 kecamatan di Kota Depok. Berdasarkan analisis Structural Equation Model SEM, variabel kepercayaan agama dan kepercayaan terhadap masjid memiliki pengaruh positif terhadap sikap dalam berdonasi uang ke masjid. Selain itu, kontrol perilaku perceived behavioural control, norma subjektif, dan perilaku masa lalu juga memiliki pengaruh positif terhadap minat jemaah masjid dalam berdonasi uang. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa kontribusi rata-rata donasi uang setiap jemaah masjid per pekannya mencapai Rp29.241, masih mencapai 51,71 dari potensi yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini bisa menjadi tambahan literatur terkait perilaku berdonasi jemaah masjid. Penelitin ini juga memberikan rekomendasi bagi manajemen masjid dan pemerintah untuk membangun standarisasi manajemen masjid serta peningkatan kualitas layanan.

ABSTRACT
It is undeniable that Indonesian people have higher level of donating activity compared to other countries either through charities or nonprofit organization, for example mosque instituion. However, the mosque institution still has many weaknesses in managerial and trust aspects from society that have potential to reduce public interest in donating money to the mosque. By using the extended Theory of Planned Behavior TPB , the research aims to find out which variables that have significant impact on the intentions of people in donating money to the mosque in Depok. This research also explains the potential and contribution of mosque based cash donation in Depok. Data was obtained for 235 people spreading in 11 districts in Depok. Based on Structural Equation Model SEM analysis, religious beliefs and institution trust have a positive effect on respondents rsquo attitude in donating money to the mosque. In addition, perceived behavioral control, subjective norms, and past behavior have also influenced positively to the intention of respondents in donating money. It is also known that the average contribution per week of mosque based cash donation in Depok reaches Rp29,241, still reaching 51.71 of the potential. Therefore, this research could be an additional literature about giving behavior of mosques congregations. The research also recommends government and mosque management to build standardized mosque management and to enhance the quality of services provided."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>