Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnamawati
"Pengasuhan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak dalam rangka 'membesarkan' mereka, sangat besar perannya terhadap tumbuh-kembang anak. Upaya ini meliputi upaya pemenuhan kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Di lain pihak, lingkungan merupakan faktor penentu proses tumbuh-kembang anak dan corak asuhnya. Secara garis besar lingkungan terdiri dari, faktor ibu sebagai tokoh utama ekosistem mikro, faktor sosial ekonomi, dan faktor pemukiman.
Di negara sedang berkembang, 45% dari populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun dan di antaranya 20% adalah balita. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tumbuh-kembang anak sebagai sumber potensi bangsa, adalah dengan meningkatkan kualitas corak asuhnya. Untuk itu diperlukan data mengenai corak asuh khususnya pada golongan sosial ekonomi rendah, karena anakanak dari golongan ini merupakan kelompok rawan dengan risiko tinggi terhadap timbulnya gangguan tumbuh-kembang.
Melihat kenyataan tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai corak asuh anak dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang pengasuhan dan kaitannya terhadap tumbuh-kembang anak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang corak asuh dan status tumbuh-kembang anak pada golongan sosial ekonomi rendah, serta gambaran mengenai faktor lingkungan yang berperan baik terhadap corak asuh maupun terhadap tumbuh-kembang anak.
Penelitian ini dilakukan selatna 8 bulan mulai Desember 1987 sampai Mei 1988, dengan mempergunakan disain cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi penelitian adalah bayi/anak berumur 6-24 bulan, berasal dari golongan sosial ekonomi rendah yang memanfaatkan sarana kesehatan RSCM. Selain pemeriksaan klinis telah dilakukan wawancara dan observasi langsung pada saat kunjungan rumah. Telah diteliti 111 sampel, di antaranya 61 anak laki-laki, dan 50 anak perempuan. Sejumlah 50 anak berumur 6-12 bulan, 41 anak berumur 13-18 bulan, dan 20 anak berumur 19-24 bulan.
Ketiga karakteristik lingkungan (ibu, sosial ekonomi, dan pemukiman), menggambarkan kondisi yang tidak baik. Ibu yang gambaran karakteristiknya baik sebanyak 29,7%-38,7%. Keadaan sosial ekonomi buruk karena yang baik hanya 6,3% - 11,7%, demikian pula halnya dengan pemukiman karena yang kondisinya baik hanya 7,9% - 13,8%.
Di lain pihak, kualitas corak asuh juga tidak baik. Dari ketiga komponen pengasuhan anak, komponen kasih sayang merupakan komponen yang terbaik Kualitas komponen pengasuhan kasih sayang yang baik berdasarkan tehnik inferens adalah, 54,1% - 72,1%. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pengasuhan kasih sayang adalah corak reproduksi ibu, keadaan fisik rumah, dan pendidikan ayah.
Upaya pemberian makan sebagai bagian dari pengasuhan biomedis, kondisinya tidak baik karena yang baik hanya 14,7%-30,3%. Sedangkan upaya perlindungan kesehatan (imunisasi), sebagai bagian kedua dari pengasuhan biomedis, kondisinya lebih baik karena sebanyak 42,1% - 60,7% menunjukkan pola imunisasi yang baik. Tetapi secara keseluruhan, kualitas upaya biomedis yang baik hanya 4,7%-15,1%. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan dengan pengasuhan biomedis.
Komponen pengasuhan yang ketiga yaitu upaya stimulasi, yang gambarannya baik hanya 13,9% - 29,3%. Terdapat hubungan yang bermakna antara beberapa karakteristik lingkungan yaitu corak reproduksi, pendidikan ibu, dan kepadatan lingkungan, dengan upaya ini.
Pada penelitian ini, status pertumbuhan fisik yang baik sebanyak 41,2% - 59,8%. Status pertumbuhan dipengaruhi oleh pengasuhan biomedis (imunisasi) dan stimulasi. Status perkembangan yang baik sebanyak 67,7%-83,7%. Perkembangan anak secara bermakna dipengaruhi oleh kualitas ibu, pendidikan ayah, dan pengasuhan stimulasi verbal.
Pada penelitian ini ternyata teknik sederhana untuk mengamati perkembangan anak, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik bila dibandingkan dengan DUST.
Berdasarkan penemuan yang diperoleh, terdapat 2 pemikiran yaitu,
1. Disamping faktor ibu sebagai tokoh utama pengasuhan anak, ayah yang lebih aktif berperan dalan pengasuhan anak, dapat meningkatkan kualitas perkembangan anak.
2. Penerapan teknik pengamatan sederhana dalam menilai perkembangan anak terutama yang berumur kurang dari 2 tahun oleh kadar masyarakat yang terlatih, akan menunjukkan tingkat kepekaan dan spesivisitas yang cukup tinggi dibandingkan dengan penerapan DDST oleh tenaga ahli.
Akhirnya, untuk kelengkapan penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian yang serupa dalam jangka panjang, serta melakukan pengujian analitik hubungan peran ayah dalam proses tumbuh-kembang anak. Sementara itu, ayah perlu dilibatkan sebagai obyek sasaran dalam program penyuluhan kesehatan anak. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pemantauan tumbuh-kembang anak (terutama batita) di Posyandu, maka perlu dilakukan pengujian penggunaan metode pengamatan sederhana perkembangan anak. Dan mengingat rendahnya mutu pengasuhan anak, maka harus dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pengasuhan anak terutama komponen biomedis dan stimulasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T5402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Demografi-FEUI, 1993
UI-MDI 20:39 (1993)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiati
"ABSTRAK
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus hepatitis B (VHB),
lebih dari 350 juta orang mengidap virus hepatitis B yang menyebar di seluruh
dunia, 78% diantaranya menetap di Asia Tenggara. Salah satu cara untuk
pemberantasan penyakit hepatits B adalah pencegahan dengan imunisasi. Cakupan
imunisasi hepatitis B Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 adalah 35,2%, di bawah
target yang telah ditetapkan (95%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada
bayi (0-11 bulan) di Puskesmas Pasar Kuok tahun 2011. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Pasar Kuok tahun 2010 terhadap 124 ibu rumah tangga yang
mempunyai bayi umur 0-11 bulan. Disain penelitian adalah metode cross sectional
dan bersifat deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan sebaran pemberian
imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) adalah sebesar 39,5%. Hasil analisis
bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian
imunisasi hepatitis B-0 pada bayi (0-11 bulan) dengan pengetahuan ibu, penolong
persalinan, kunjungan neonatal dan pemanfaatan keberadaan bidan di desa. Dinas
Kesehatan dapat membuat perencanaan kebutuhan dan distribusi vaksin hepatitis B-
0 ke sarana kesehatan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan petugas yang menolong
persalinan. Serta Bidan Membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi dengan baik
dan sejalan dengan laporan kunjungan neonatal.

ABSTRACT
Hepatitis B is an infectious disease caused by hepatitis B virus (HBV), more than
350 million people contracted hepatitis B virus that spreads around the world, 78%
of them settled in Southeast Asia. One way to fight against hepatitis B disese is
prevention using immunization. Immunization coverage of Hepatitis B Puskesmas
Pasar Kuok in 2010 is 35.2%, below the target set (95%). The purpose of this study
determine factors related to hepatitis B-0 immunization among babies (0-11 month)
at Puskesmas Pasar Kuok in 2011. This research was conducted in Puskesmas
Pasar Kuok in 2010 against 124 housewife of babies aged 0-11 months. The study
design was cross-sectional descriptive and analytic. The research result obtained
that immunization for hepatitis B-0 of 39,5% The result of bivariate analysis
showed a significant relationship between hepatitis B immunization in babies (0-11
months) with the mother knowledge, the helper of childbirth, the neonatal visits and
utilization of midwives in the village. Department of Health needs to make the
planning and distribution of hepatitis B-0 to health facilities, hospitals, maternity
hospitals and staff who helped deliver. Midwife in the village to spread its presence
so that known by the public and makes recording and reporting of immunization
with the good and in line with the monthly report requests neonates."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjahril Noerdin
"ABSTRAK
The birth of a baby with a cleft palate is usually unanticipated and the parents feel hurt, disappointed, even resentful and inadequate. The feeding of the infants with cleft palate is the first and most important concerns of the parents to survive. Dentists in the cleft medical team can help provide basic and more positive ones, so that parents are assured that they will be able to care and feed their infants. Feeding for the baby is very important for both parents. Feeding a cleft palate infant is best with bottle-fed or breast-fed. Feeding and swallowing patterns by the baby with a cleft palate are invariably altered and modified. With clefts, swallowing occurs without the assistance of compressive strength by pressure built up in the mouth. The feeding techniques need some modifications from the normal child. The dentist should participate as a team, to help and describe feeding procedures that have been utilized in infants with cleft palate and to encourage consultation and communication between parents and specialists."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trimulyaningsih
"Di negara berkembang penyakit diare merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada balita diperkirakan 1,8 juta setiap tahun. Prevalensi diare balita di Indonesia Tahun 2002-2003 terbanyak terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan dan di Propinsi Jawa Barat. Sedangkan prevalensi diare pada batita Tahun 2005 terbanyak di Propinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darusalam dan Jawa Barat. Berdasarkan pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap, diare merupakan penyakit terbanyak. l3eberapa hasil penelitian menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare pada batita. Faktor sanitasi lingkungan terutama sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan sampah dan kepadatan human sangat berperan dalam kejadian diare.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Survei Rumah Tangga Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun 2005. Besar sampel sebanyak 1893 bayi di bawah tiga tahun di Propinsi Jawa Barat. Analisis data yang digunakan adalah analisis multivariabel dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan pembobotan.
Hasil penelitian memperlihatkan kejadian diare pada batita di Propinsi Jawa Barat sebesar 28,5%. Dari analisis multivariabel dengan regresi logistik ganda didapatkan batita dari keluarga dengan sarana pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 1,5 kali menderita diare. Sedangkan batita dari keluarga dengan sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 2 kali menderita diare. Kejadian diare pada batita dari keluarga dengan status ekonomi rendah berisiko 2 kali dibandingkan batita dari keluarga status ekonomi tinggi. Batita dari ibu dengan pengetahuan rendah berisiko 2 kali dibanding batita dari ibu yang berpengetahuan tinggi. Begitu pula dengan kejadian diare pada batita dari ibu yang bersikap kurang balk berisiko 2 kali. Batita Bari ibu yang jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak dan menyediakan makanan, berisiko 2 kali menderita diare.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan selain penyediaan sarana sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, masyarakat juga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Terutama kebiasan mencuci tangan yang merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit diare, karena sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral.

In developing countries diarrhea is mortality and morbidity cause on infant estimated 1,8 million people per year. Infant diarrhea prevalence in Indonesia year 2002-2003 mostly found in South Celebes Province and West Java Province. While diarrhea prevalence on infant in 2005 mostly found in North Sumatra Province, NAD and West Java. Based on 10 diseases pattern mostly inpatient, diarrhea is the most disease. Some of research result suggested that environment is risk factor toward diarrhea in infant. Environment sanitation factor especially pure water means, waste disposal means, garbage disposal means, and resident density have a very important role in diarrhea cases.
This research was further analysis of Basic Human Services Baseline Household Survey in 2005. Samples are infants under three years in 1893 of West Java Province. Data analysis that used is multivariable analysis using multiple logistic regression.
Research result shows diarrhea cases on infant in West Java Province is 28,5%. From multivariable analysis with multiple logistic regression found infant from family with waste disposal means that not qualifying health risk is 1,5 times suffering diarrhea. While infant from family with garbage disposal means, that not qualifying health risk is 2 times suffering diarrhea. Diarrhea cases on infant from family with the lower economic status have 2 times risk compared to infant from high economic status. Diarrhea cases on infant from family with low knowledge have 2 times risk compared to infant from high knowledge mother. So also, diarrhea on infant of mother that has bad attitude got 2 times risk. Infant of mother who is rarely wash their hand with soap before feeding their children and providing food has 2 times risk of suffering diarrhea.
Based on research result, suggested besides providing environment sanitation means that qualified health requisite, public could also increasing hygiene life behavior and healthy. Especially washing hand behavior that is the most effective ways in preventing diarrhea, because most of infectious germ that cause diarrhea infecting through fecal oral line."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Elsevier, 2005
618.920 1 ASS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lauwers, Judith
Massachusetts: Jones and Bartlett, 2005
649.33 LAU c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wong, Donna L., 1948-
St. Louis: Mosby, 1995
618.92 WON w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ma`murotun
"Infant Incubator merupakan peralatan yang digunakan untuk menjaga suatu kondisi temperatur yang stabil dan dibutuhkan oleh bayi yang lahir secara prematur atau mempunyai cacat bawaan yang tidak memungkinkan bayi tersebut untuk jangka waktu yang singkat mampu beradaptasi dengan Iingkugan sekitarnya. Infan icubantor pada umumnya digunakan dirumah sakit atau Puskesmas bagian anak. Penulis membuat alat infant incubator dengan memanfaatkan teknologi mikrokontroler 8031 yang diaplikasikan sebagai pengendali suhu pada infan incubator. Dan juga IC RC 4151 sebagai pengubah tegangan frekwensi dimana basil tampilan suhu ruangan dan suhu pemilihan ditunjukkan pada Seven segmen.
Dari alat yang dibuat penulis menguji kehandalannya dengan melihat basil tampilan yang ada dan dibandingkan dengan thermometer, juga menggunakan osciloskope untuk mengetahui frekwensi yang dihasilkan. Dari basil uji tersebut apakah alat dapat berfungsi atau tidak kemudian mengadakan penganalisaan. Dari analisa tersebut penulis membuat kesimpulan bahwa untuk membuat alat infant incubator perlu dipilih komponen-komponen yang mempunyai karakteristik mendekati harga idiel karena perubahan suhu sekecil mungkin akan mempengaruhi rauangan yang telah diatur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshall, Richard E.
Philadelphia: Saunders, 1982
362.1 MAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>