Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Kurniawati
"Maternal mortality rate and infant mortality rate in Indonesia are currently
high. One of factors causing the high risk of maternal and infant mortality is
too short birth intervals. This study aimed to learn determinants of birth intervals
among multiparous women in Indonesia. This study used data from
the Indonesia Demographic and Health Survey 2012 with 9,945 multiparous
women. The data was analyzed using Mann Whitney, Kruskal Wallis and logistic
regression tests. Median of birth intervals was 62 months and 22.8%
women had birth interval less than three years. Results showed that determinants
of birth intervals included maternal education, the last age of childbirth,
ideal family size, the use of contraception, infant mortality records and
survival of preceding child (p value < 0.05). The age of childbirth was a major
risk factor of too short birth intervals. It needs the improvement of communication,
information and education regarding maturation of age for marriage,
ideal number of children as well as the increase of contraceptive use in order to increase optimum birth intervals.
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya risiko kematian pada ibu
dan bayi adalah kelahiran terlalu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
determinan jarak antarkelahiran pada perempuan multipara di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia tahun 2012 pada 9.945 perempuan multipara. Analisis data
menggunakan uji Mann Whitney, Kruskal Wallis, dan regresi logistik. Median
jarak antarkelahiran sebesar 62 bulan dan 22,8% perempuan memiliki jarak
antarkelahiran kurang dari tiga tahun. Hasil menunjukkan determinan jarak
antarkelahiran pendek meliputi pendidikan ibu, usia terakhir melahirkan,
ukuran ideal keluarga, pemakaian kontrasepsi, riwayat kematian anak, dan kelangsungan hidup anak sebelumnya (nilai p < 0,05). Usia melahirkan
merupakan faktor yang paling berisiko terhadap jarak kelahiran terlalu
dekat. Diperlukan peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pendewasaan usia pernikahan, jumlah anak ideal serta peningkatan pemakaian kontrasepsi dalam upaya meningkatkan jarak antarkelahiran optimum."
Budi kemuliaan hospital, jakarta, indonesia, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kusharisupeni Djokosujono
"Bayi lahir di Indramayu, ditimbang berat lahir dan diukur panjang badan lahirnya serta panjang badan pada umur 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. Studi kohor selama 2 tahun ini mendapatkan 720 bayi yang dapat diukur pada saat lahir, 408 bayi hingga umur 6 bulan dan 271 bayi hingga umur 12 bulan. Dari 720 bayi lahir, didapat 516 bayi genap bulan, 63 prematur dan 141 IUGR. Indeks Ponderal Rohrer dihitung untuk setiap bayi IUGR dan ditentukan cut off pointnya. Studi ini mengkonfirmasikan bahwa Indeks Ponderal Rohrer berguna untuk mengkategorikan bayi lahir IUGR ke dalam IUGR LPI dan IUGR API.

Evaluation of nutritional status using rohrer ponderal index. Newborns in Indramayu were examined for their birth weight and length and their subsequent length: at the age of 3 months, 6 months, 9 months and 12 month. This 2 years cohort study included 720 newborn who were able to be measured at birth, 534 newborns up to 3 months of age, 408 newborns up to 6 months of age and 271 newborn up to 12 months of age. Out of 720 newborn, there were 516 normal babies, 63 preterm and 141 IUGR. Rohrer Ponderal Index was calculated for each IUGR newborn and cut of point was determined. This study suggested that Rohrer ponderal index was worth to categorize IUGR infant into IUGR LPI and IUGR API."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Pratiwi
"Latar Belakang: Insufisiensi vitamin D mengenai hampir 50% populasi seluruh dunia. Dua penyebab paling utama defisiensi adalah kurangnya paparan sinar matahari dan asupan nutrisi vitamin D tidak adekuat. Mulai usia 6 bulan, ASI tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi termasuk juga vitamin D. Penelitian yang mendukung angka kejadian defisiensi dan insufisiensi vitamin D serta mengetahui paparan sinar matahari yang adekuat untuk mencukupi kebutuhan vitamin D harian belum banyak dilakukan di Indonesia, terutama usia 7-12 bulan.
Tujuan: Membuktikan pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar vitamin D bayi usia 7-12 bulan.
Metode: Uji acak terkontrol dilakukan terhadap 109 subjek berusia 7-12 bulan di Puskesmas wilayah Semarang pada bulan Februari sampai Mei 2019. Dibagi menjadi kelompok intervensi (54 subjek) dan kontrol (55 subjek) dengan kriteria inklusi: tidak memiliki kelainan kongenital maupun penyakit kronik dan orangtua bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi: memiliki status gizi kurang dan gizi buruk, warna kulit selain kuning langsat dan sawo matang, defisiensi vitamin D berat dengan gejala klinis dan mendapat suplementasi vitamin D. Intervensi: paparan sinar matahari selama 5 menit pada pukul 10.00-14.00 tiga kali seminggu selama 2 bulan. Dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D awal dan akhir serta food recall.
Hasil: Didapatkan hasil angka defisiensi vitamin D sebesar 8,9%. Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk kadar vitamin D awal pada kedua kelompok dengan rerata kadar vitamin D 39,1±14,9 ng/ml pada kelompok intervensi dan 38,6±15,4 ng/ml pada kontrol. Setelah 2 bulan, terdapat perbedaan bermakna dengan p=0,005 pada kadar vitamin D kedua kelompok dengan rerata kelompok intervensi 47,9±21,9 ng/ml dan 36,6±13,7 ng/ml pada kontrol. Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk asupan vitamin D pada kedua kelompok.
Kesimpulan: Paparan sinar matahari pukul 10.00-14.00 selama 5 menit pada 50% luas permukaan badan berpengaruh terhadap peningkatan kadar vitamin D bayi berusia 7-12 bulan.

Background: Vitamin D insufficiency found in almost 50% of world population. Two main causes of deficiency were less sun exposure and inadequate vitamin D intake. Since 6 months, breastmilk couldnt fulfilled infant s nutrient need including vitamin D. Study supported vitamin D deficiency and insufficiency prevalence and also information about adequate sun exposure needed to maintain daily vitamin D had not been done much in Indonesia, especially aged 7-12 months.
Objective: To prove effect of sun exposure on vitamin D levels of infants aged 7-12 months
Method: Randomised controlled trial was done to 109 subjects aged 7-12 months in Primary Health care around Semarang city on February until May 2019. Divided to intervention group (54 subjects) and control (55 subjects) with inclusion criteria: no congenital or chronic disease, parents agreed to join the study. Exclusion criteria: moderate or severe malnutrition, skin tone other than yellow or brown, severe vitamin D deficiency with clinical manifestation and received vitamin D supplementation. Intervention : sun exposure for 5 minutes from 10.00-14.00 three times a week for 2 months. Vitamin D level measurement and food recall were done before and after.
Results: It is shown that prevalence of deficiency was 8.9%. No significant difference on pre vitamin D levels for intervention group (mean 39.1±14.9 ng/ml) and control (mean 38.6±15.4 ng/ml). After 2 months, there was significant difference between intervention group (mean 47.9±21.9 ng/ml) and control (mean 36.6±13.7 ng/ml) with p=0.005. There was no significant difference for vitamin D intake between two groups.
Conclusion: Sun exposure of 50% body surface area at 10.00-14.00 for 5 minutes has an effect to increase vitamin D level of infants aged 7-12 months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arra Rosaleha Valerie
"ABSTRAK
Implementasi Pendaftaran Calon Bayi dari PBPU PBP dalam Program JKN di BPJS Kesehatan bertujuan untuk mendapatkan Universal Health Coverage 2019. Implementasi menunjukan isi kebijakan yang berubah-ubah membuat kendala dalam pendaftaran dan pembayaran iuran calon bayi peserta JKN. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran implementasi kebijakan pendaftaran calon bayi sebagai peserta JKN di BPJS Kesehatan kabupaten Bogor dilihat dari aspek struktur birokrasi, sumber daya, disposisi, komunikasi, kondisi geografis sosial ekonomi peserta dan hambatan yang dialami dalam implementasi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam dan penelaahan dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pelayanan pendaftaran calon bayi program JKN oleh BPJS Kesehatan kabupaten Bogor, maupun pelayanan kesehatan yang diberikan dari fasilitas kesehatan sudah baik meskipun ada hambatan yang dialami. Aspek yang perlu diperbaiki : sumber daya dikarenakan kurangnya petugas dalam pelayanan pendaftaran serta penyaluran informasi kebijakan yang tidak merata. Kesimpulan penelitian ini adalah hambatan yang muncul dalam implementasi kebijakan di beberapa aspek seperti sumber daya dan komunikasi tidak menimbulkan kesulitan yang berarti dalam pelayanan program JKN di kabupaten Bogor. Namun, dikhawatirkan akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelayanan dan pencapaian Universal Health Coverage 2019.

ABSTRACT
Implementation of Infant Candidate Registration from PBPU PBP in JKN Program at BPJS Kesehatan aims to obtain Universal Health Coverage 2019. Implementation shows the content of changing policy making obstacles in registration and payment of contribution of baby candidates JKN participants. The purpose of this study is to find out the description of the implementation of infant candidates registration policy as JKN participants in BPJS Kesehatan Bogor regency seen from the aspects of bureaucracy structure, resources, disposition, communication, social economic condition of participants and obstacles experienced in implementation. The research method used is descriptive qualitative study. The data in this study were obtained from in depth interviews and document review. The results showed that the provision of baby infant registration service program of JKN by BPJS Kesehatan Bogor regency, as well as health services provided from health facilities have been good despite any obstacles experienced. Aspects that need to be improved the resources are due to the lack of officers in the registration service as well as the uneven distribution of policy information. The conclusion of this study is the obstacles that arise in the implementation of policies in some aspects such as resources and communication does not cause significant difficulties in the service of JKN program in Bogor regency. However, it is feared it will take longer in service and achievement of Universal Health Coverage 2019."
2017
S69899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Part of the Pediatric Practice series, Pediatric Practice: Ophthalmology is filled with practical, clinically relevant guidance on the successful diagnosis and management of children with ophthalmic symptoms and diseases. The care of the patient forms the core of this book, which also provides perspectives on epidemiology, pathophysiology, and diagnosis that every pediatrician, pediatric resident, and nurse should be familiar with. Over 600 full-color clinical images and illustrations highlight the techniques, diseases, and disorders discussed throughout the book. The book is logically divided into three parts: the first section describes the examination techniques, instruments, and ancillary tests used for evaluation of pediatric eye disorders. The second section on symptoms provides a straightforward how-to approach based on specific clinical presentations allowing pediatricians to quickly evaluate and accurately diagnose a patient in the office. The third section on diseases follows the style of traditional medical textbooks, offering greater detail on treatment of disease while maintaining the book?s easy-to-absorb presentation."
New York: McGraw-Hill Medical, 2011
618.920 97 PED
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eddy Susanto
"Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang ada anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan risiko terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Keadaan BBLR ini merupakan masalah yang sangat serius didalam penanganannya, oleh karena bayi dengan BBLR disamping berakibat pada cacat fisik maupun mental, serta berakibat tingginya angka kematian neonatal. Sehingga Para ahli menyatakan bahwa proporsi BBLR dapat dipergunakan sebagai prediktor angka kematian neonatal disebabkan oleh BBLR.
Anemia dalam kehamilan bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya BBLR, tetapi terdapat variabel lain yang mempunyai hubungan untuk terjadinya BBLR meliputi: jarak kelahiran, umur ibu, paritas, kurang energi kronis pemeriksaan antenatal BB, TB tekanan darah dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan anemia ibu hamil sebagai variabel independen utama dan faktor lain dengan kejadian BBLR sebagai variabel dependen dengan dikontrol oleh variabel independen lainnya meliputi umur, jarak kelahiran, riwayat kehamilan (prematur/abortus), paritas dan pemeriksaan antenatal.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah data selama satu tahun dimulai pada bulan Januari - Desember tahun 2000 pada bagian Rekam Medik RSUP Mohammad Hoesin Palembang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 6 Maret sampai 4 April tahun 2001.
Desain studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 503 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan rincian 97 responder lahir dengan BBLR (kasus) dan 291 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan berat bayi lahir normal sebagai kontrol.
Hasil penelitian disajikan secara naratif, deskriptif dan analitik, dan didapatkan data bahwa dari ibu yang melahirkan spontan sebanyak 97 BBLR dan ibu hamil yang terkena anemia sebanyak 392 orang dan 6 orang tidak terdata. Dari hasil analisis bivariat diperoleh adanya hubungan secara statistik antara jarak kelahiran (p = 0,039), anemia (p = 0,014), dan riwayat kehamilan prematur (p = 0,000) dengan BBLR. Pada analisis multivariat terdapat 6 variabel independen yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam uji regresi logistik ganda (p<0,25), yaitu anemia., jarak kelahiran, riwayat prematur, riwayat abortus, paritas, dan pemeriksaan antenatal sebagai model awal. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode enter dan setelah dilakukan uji interaksi, mendapatkan adanya variabel dominan yang berhubungan dengan BBLR, yaitu riwayat prematur (p = 0,000; OR = 9,994) setelah dikontrol oleh Anemia/Hb.
Oleh karena riwayat prematur yang paling besar hubungannya terhadap kejadian BBLR, maka perlu ditingkatkannya informasi dalam bentuk KIE melalui program PKMRS MH Palembang kepada Ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya di Rumah sakit terutama bagi ibu bamil yang pernah mempunyai riwayat prematur mengingat ibu tersebut berpeluang besar (10 kali lipat) untuk melahirkan BBLR pada bayi berikutnya.

Relationship between Anemia in Pregnant Mothers and Other Factors with the Occurrence of Low Birth Weight Infant (LBW) at Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang Year 2000Based on the theory and the result of previous research, anemia in pregnant mothers could result in LBW. This is serious problem because those babies with low birth weight could increase neonatal mortality rate.
Anemia during pregnancy was not the only cause of LBW. There were other factors related to the occurrence of LBW which include birth space, age of mother, parity, inadequate of body weight, body height as well as blood pressure.
The purpose of this research was to know relationship between anemia in pregnant mothers and other factors which include age of mother, birth space, pregnancy record (premature/abortion), parity and antenatal examination, with the occurrence of LBW.
This research used secondary data which taken by analyzing the data for a year, since January to December 2000 at medical record of Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang. The research used case control design with 503 samples. Samples were those mothers with single and spontaneous deliveries which consists of 97 respondents which LBW (cases) and 291 respondents with normal birth weight (control).
According to the result of the research it was known that there were 97 cases with LBW, 392 cases with anemia while 6 cases were not recorded. From bivariat analysis it was known that there were significant relationship between birth space (p = 0,039), having anemia (p = 0,014), premature delivery (p = 0,000) with the occurrence of LBW. Based on multiple logistic regression by using enter method and after conducted interaction test, it was known that the most dominant variable to the occurrence of LBW was premature delivery record (p = 0,000; OR = 9,994) after controlled by anemia/Hb level.
In order to succeed the prevention and solving program of anemia in pregnant mothers, it was suggested to intensity KIE program (communication, information and education) to the community especially to pregnant mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khouw Loanita Theresiana
"Jendela paling kritis kurang gizi terletak pada usia 6-12 bulan karena air susu ibu (ASI) saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga diperlukan makanan pelengkap ASI yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI). Praktek pemberian MP-ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain faktor biologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan banyak permasalahan dalam praktek pemberian MP-ASI tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI pada bayi 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang / cross sectional pada bayi umur 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, di mana pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2002. Sebagai sampel adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 4-11 bulan yang diambil sesuai dengan metode survei cepat (Ariawan, 1996), menggunakan rancangan cluster dengan cara probability proportional to size (pps), sehingga didapat jumlah sampel sebesar 300 responden, dan pada waktu pelaksanaan ternyata 1 responden sudah pindah sehingga akhirnya diperoleh data dari 299 orang ibu yang mempunyai bayi 4-11 bulan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 6 orang alumni Akademi Gizi Jakarta yang telah dilatih lebih dahulu. Variabel dependen yaitu praktek pemberian MP-ASI dan variabel independen adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Untuk melengkapi data pada variabel praktek pemberian MP-ASI, juga dilaksanakan diskusi kelompok terarah di 2 desa cluster yang masing-masing dihadiri oleh ± 10 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader posyandu. Sedangkan untuk variabel peran petugas kesehatan dilengkapi dengan wawancara langsung terhadap 29 oang pembina desa di lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi 59,2% praktek pemberian MP-ASI yang baik dan 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang balk. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan peran petugas kesehatan (p < 0,005), sedangkan variabel umur ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI (p > 0,005). Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI adalah peran petugas kesehatan dengan OR 3,6 yang berarti ibu yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan mempunyai peluang 3,5697 kali untuk praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik dibandingkan dengan ibu yang mendapat peran petugas kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pemberian MP-ASI di Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih ada 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik. Untuk itu disarankan adanya dukungan langsung dari pembuat kebijakan dengan lintas sektor terkait untuk meningkatkan pendidikan, adanya tempat penitipan bayi di sekitar tempat kerja, meningkatkan pemeliharaan ternak di tingkat keluarga. Untuk instansi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan , Puskesmas dan Organisasi Profesi didalamnya seperti IDI, IBI agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan motivasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar. Untuk peneliti lain agar dapat dilanjutkan dengan penelitian kohort mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fisiologi pengeluaran ASI pada hari-hari pertama yang menyebabkan tingginya pemberian makanan prelakteal.

The most critical window of malnourished is on age 6-12 months, since the only breast-feeding is not enough to complete the nutrition need of infant. So it is need food complete the breast-feeding, that is food for complementary feeding. The practice in giving complementary feeding is influenced some factors, among others biology, economy, social culture, technology and health service, so raise a lot of problem in practice of giving the complementary feeding. The objective of this study was to obtain the information on the practice in giving complementary feeding and the factors that related to the practice of giving complementary feeding on infant age 4-11 months in Tangerang District.
This study design was cross-sectional on infant age 4-11 months in Tangerang District, Banten Province, where the data was conducted on March 2002. The sample was the mothers having infant age 4-11 months that taken based on rapid survey method (Ariawan, 1996), using cluster design by probability proportional to size (pps), so it obtained the number of sample was 300 respondents. On the implementation, the fact that 1 respondent had moved, so finally it obtained 299 mothers having infant age 4-11 months.
The data was collected by 6 alumnus of Nutrition Academy of Jakarta, which trained in advance. Dependent variable was the practice of giving complementary feeding and independent variable were mother's age, mother's education, mother's occupation, the knowledge of mother's nutrition, the number of family, family income and role of health provider. To complete the date on practice in giving complementary feeding variable, it also conducted the Focus Group Discussion at 2 cluster villages, where in each village attended by ± 10 community leaders, religion leaders and cadre. While for variable on the role of health provider it completed with in-depth interview to 29 village referrals at the study location. The analysis that conducted was univariate, bivariate and multivariate by logistic regression.
The result of this study showed that the proportion was 59.2% having good practice in giving complementary feeding and 40,8% was not good in practice in giving complementary feeding. Based on bivariate analysis known that the variable that having significant relationship with the practice in giving complementary feeding was mother's education, mother's occupation, number of family member, and the role of health worker (p<0.005). While the variable of mother's age, the knowledge on nutrition and family income have not significant relationship with practice in giving complementary feeding (p>0.005). The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that the most dominant having relationship with practice in giving complementary feeding was the role of health provider with OR 3,5697. It means that the mother who had not get the role of health provider having tendency as 3.5697 times for practice in giving complementary feeding that was not good compared with mother whose obtain the role of good health provider.
Based on this study, it can be concluded that the practice in giving complementary feeding at Tangerang District is not optimal yet, since there is still 40,8% with practice in giving complementary feeding not good. It is recommended the availability of direct role from policy maker by related cross sector to improve education, the availability of day-care for infant at around the working place, and improving animal care at the family level. For health Institution, i.e. Local Health Service, Health Center and profession organization such as Association of Indonesia Medical Doctors, Association of Indonesian Midwives in order to improve their knowledge, skill and motivation on the practice in giving MP-ASI correctly and timely. For other researchers should continue cohort study on the factors that related to physiology breast-feeding expenses on the first day that caused to the high in giving the pre-lactation food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwi Hastuti
"Angka kematian bayi dan anak usia dibawah dua tahun (baduta) merupakan indikator kualitas hidup suatu bangsa. Salah satu upaya yang ditetapkan untuk mencegah kematian bayi dan baduta adalah melalui program peningkatan pemberian ASI. Namun tampaknya praktik pemberian ASI belum menunjukkan perubahan yang nyata. Antara lain, inisiasi ASI tidak segera diberikan oleh sebagian besar ibu yang baru melahirkan. Paling tidak 50% dari ibu-ibu yang baru melahirkan tidak segera memberikan ASI kepada bayinya dalam waktu 1 jam setelah persalinan (SDKI 1991, 1994 dan 1997).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inisiasi ASI dan faktor faktor lainnya di wilayah Jawa Bali dengan menggunakan data SDKI 1997. Populasi penelitian ini adalah baduta yang pernah mendapat ASI. Jumlah sampel yang ada untuk analisis Inisiasi ASI adalah 1979 baduta, sedangkan jumlah sampel yang ada untuk analisis Lama Menyusui adalah 534 baduta. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (X 2) sedangkan analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (54,01%) ibu segera menyusui bayinya dalam waktu 1 jam setelah lahir (inisiasi ASI cepat) dan sebesar 45, 99% ibu tidak segera menyusui bayinya (inisiasi ASI lambat). Sebesar 22, 10 % ibu menyusui bayinya cukup lama ³ 2 tahun/24 bulan. Dan 77, 90.% ibu menyusukan bayinya kurang dari 2 tahun/24 bulan.
Dari analisis bivariat variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan inisiasi ASI adalah pekerjaan ibu dan tempat tinggal (rural/urban), sedangkan yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan Lama Menyusui adalah tempat persalinan, penolong persalinan dan tempat tinggal (rural/urban).
Analisis multivariat menunjukkan tiga variabel independen yang menjadi faktor yang mempengaruhi Lama Menyusui adalah tempat persalinan dan pendidikan SLTA, SLTP dan SD. Ibu yang melahirkan di bukan fasilitas kesehatan berpeluang menyusui selama ³ 2 tahun/24 bulan 2,53 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Ibu yang berpendidikan SLTA, SLTP dan SD, berturut-turut berpeluang menyusui selama ³ 2 tahun/24 bulan 11 kali, 7 kali dan 8 kali dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan universitas. Sementara itu Inisiasi ASI tidak mempengaruhi Lama Menyusui secara bermakna. Dari ketiganya yang paling dominan adalah faktor pekerjaan. Variabel independen yang mempengaruhi Inisiasi ASI adalah pekerjaan ibu dan umur ibu yang berusia lebih dari 30 tahun. Ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk memulai inisiasi ASI dini 0,58 kali dibanding ibu yang tidak bekerja, dipihak lain ibu yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai peluang memulai inisiasi ASI 0,80 kali dibanding ibu yang berumur kurang dari 30 tahun. Faktor yang paling dominan adalah pekerjaan ibu.
Dalam rangka meningkatkan pemberian ASI perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan mengenai ASI dan cara melakukan penyuluhan atau konseling yang baik, melalui pelatihan penyegaran. Pemantauan terhadap pelaksanaan program peningkatan pemberian ASI dan pembinaan secara intensif terhadap petugas kesehatan perlu dilakukan sebagai bagian dari program peningkatan praktik pemberian ASI.

Mortality rates of infant and under two years old children are indicators of life quality of a nation. Breastfeeding is an effort launched to prevent infant and under two mortalities. Based on SDKI 1991, 1994, and 1997, increased percentage of breastfeeding within the first day was followed by the increase of duration of breastfeeding. This study aimed to know the association between breastfeeding initiation and breastfeeding duration in Jawa and Bali islands and factors related to both practices in the SDKI 1997 data.
This study is secondary data analysis of SDKI 1997 data that was cross-sectional study. The population of the study is under two children who ever breastfeed. Number of sample for breastfeeding initiation is 1979 under two children and number of sample for breastfeeding duration is 534 under two children.
Bivariate analysis was conducted using chi square test, multivariate analysis using logistic regression analysis. The study shows that more than half of the mothers immediately breastfeed their infant (54.01%). Mothers with long breastfeeding duration is 22.10%, and 77.90% breastfeed their infant only for a short duration. Bivariate analyses shows that variables related significantly with breastfeeding initiation are mother's type of work and mother's living area (rural/urban) and variables related significantly with breastfeeding duration are place of delivery, helper of delivery and place of home (rural/urban).
Multivariate analyses showed three independent variables that influenced the duration of breastfeeding, that is mother's status of work, place of delivery, and living area (rural/urban). The most dominant factor for breastfeeding initiation is mother's status of work and for breastfeeding duration is place of delivery.
To improve breastfeeding practices, the health personnel should be trained both in breastfeeding mechanism and in counseling skills. It is also important to intensively monitor the health personnel regarding their practices to encourage mother's breastfeeding practices.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kodiat Juarsa
"Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh keadaan gizi masyarakat, terutama status gizi anak balita. Prevalensi gizi kurang anak balita di wilayah I kabupaten Pandeglang sebesar 21,4%. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita dapat dilakukan di posyandu. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2003 masih rendah 51,40%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, dan melihat faktor paling dominan terhadap cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2004. Rancangan penelitian cross-sectional, dilaksanakan di wilayah I kabupaten Pandeglang. Sampel posyandu sebagai unit analisis sebanyak 64 posyandu. Untuk mendapatkan data karakteristik posyandu, setiap posyandu diambil sampel ibu balita sebanyak 7 responden dan semua kader aktif sesuai kriteria. Sehingga jumlah sampel keseluruhan 448 responden ibu balita dan 160 responden kader posyandu aktif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, kecuali kader aktif diambil seluruhnya. Data karakteristik posyandu merupakan agregat dari seluruh responden (ibu balita dan kader) tiap posyandu. Data yang dikumpulkan adalah cakupan penimbangan posyandu, faktor kader (umur, pendidikan, rasa kerja, pengetahuan, penghargaan, proses penunjukkan dan pelatihan), supervisi petugas kesehatan, pembinaan desa, faktor ibu balita (pengetahuan, pendidikan, jumlah anak balita), dukungan tokoh masyarakat dan faktor posyandu (jangkauan, jadwal dan PMTPenyuluhan). Analisis dilakukan secara deskriptif, uji Chi-Square dan Regresi Logistik.
Rata-rata cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang 57,6%. Hasil uji Chi-Square didapatkan 6 variabel babas yang berhubungan bermakna yaitu faktor kader (masa kerja, pengetahuan dan pelatihan), pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-penyuluhan. Dengan uji regresi logistik terdapat 5 variabel yang berhubungan secara bermakna yaitu masa kerja kader, pelatihan kader, pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-Penyuluhan, sedangkan faktor paling dominan adalah variabel pelatihan kader.
Untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu perlu dibuat kebijakan dari kepala daerah tentang pelaksanaan pelatihan kader yang dilaksanakan bersamaan dengan pembinaan desa. Pelatihan kader dilaksanakan 3 bulan sekali di tingkat desa, yang sebelumnya belum pernah diselenggarakan secara berkala di tingkat desa. Pelaksanaannya bersamaan dengan pertemuan desa dengan materi yang disesuaikan kebutuhan dan waktu pelaksanaan hanya dalam sehari. PMT-Penyuluhan diadakan setiap bulan, dikelola oleh masyarakat dan sumber dana dari masyarakat yang potensial sebagai donatur, dengan dukungan yang baik dari tokoh masyarakat yang ada di wilayah posyandu.

Factors Related To Coverage Of Weighing Of Underfive Children In Posyandus In Area I Of Pandeglang District Year 2004The quality of human resources is determined by, among others, the situation of community nutrition status, particularly of the underfives. Prevalence of undernourished children in Area I Pandeglang District was quite high, i.e. 21.4%. Monitoring of growth and development of underfives could be conducted in posyandu (integrated health post). Coverage of weighing (DIS) in posyandus in Area I Pandeglang District year 2003 was considered low, i.e. 51.40%.
This study aimed to describe factors related to the coverage of underfives weighing in Posyandus in Area I Pandeglang District year 2004. Design of the study was cross-sectional, study conducted in Area I of Pandeglang District with number of samples (posyandu) as unit of analysis of 64 posyandus. To obtain data on posyandu characteristics, 7 mothers for each posyandu were randomly selected as respondents as well as all active cadres. Thus, there were 448 mother respondents and 160 cadres respondents in total. Data on posyandu characteristics was aggregate of all respondents including coverage of weighing, cadres factors (age, education, length of work, knowledge, rewards, recruitment process, and training), supervision from health worker, support from village, mother factors (knowledge, education, number of underfive children), support from informal leader, and posyandu factors (distance, schedule, and food supplementation program). Analyses were conducted descriptively, chi-square test, and logistic regression.
The average coverage of weighing was 57.6%. The Chi-Square test found six independent variables with statistically significant association, i.e. cadre factors (length of work, knowledge, and training), mother's knowledge, informal leader support, and food supplementation program. Logistic regression test showed 5 significant variables, i.e. cadre's length of work, cadre's training, mother's knowledge, informal leader's support, and food supplementation program, with cadre's training as the most dominant factor.
To improve the .weighing coverage in posyandu, it is recommended to develop policy from local government on cadre's training which could be implemented simultaneously with village meeting. It is suggested to conduct short cadre's training once in three month at village level with various adjustable substances. Food supplementation program is suggested to be implemented monthly, organized by community, funded by economically potential community members, supported by community informal leader.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>