Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ery Damayanti
"Studi ini akan mengeksplorasi eksistensi dan bentuk institusi pengaturan kerja dan kesejahteraan kelompok nelayan kongsi di pulau Pramuka dengan menggunakan konsep kunci ekologi politik, institusi, teori kelompok, serta commons. Teori kelompok yang dibahas Olson (1965) juga akan diterapkan untuk menjelaskan perilaku individu dalam kelompok yang dipengaruhi dan mempengaruhi kelompok tersebut.
Studi ini mencoba mengungkap cara kerja institusi seperti yang diungkap Haller (2002: 10) bahwa cara institusi berevolusi dan berubah serta pengaruh yang dibawanya terhadap strategi ekonomi individu dan kelompok para aktornya, adalah isu yang diperdebatkan oleh berbagai teori berbeda dalam sejarah ekonomi, ilmu politik dan antropologi. Institusi yang dilihat di sini adalah aturan main yang formal dan informal, seperti hambatan, norma, nilai dan aturan. Semuanya memberi insentif pada kelompok dan individu, juga membangun struktur aksi dan interaksi manusia, khususnya dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, dalam aksi kolektif (collective action) dan dalam pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan.

The study tends to explore the existence and forms of institutions in which jobs and welfare are managed in kongsi fisher groups in Pramuka island using the key concept of political ecology, institution, theory of groups and commons. Theory of groups which has been written by Olson (1965) will be used to explain individual action within the group that is influenced by and to impact toward the group.
This study describes how institution works as Haller (2002: 10) wrote that the way institution evolves and change as well as impact it brings to the individual and group's economic strategy of its actors, which has been debatable issue discussed by different theories in history of economy, political science and anthropology. Institutions seen here as both formal and informal rules of the game, such as obstacles, norms, values and regulations. Those contribute to incentives that has been chased by groups and indivuals, as well as construct the structure of action and interaction of people, especially in economic activities, collective action and the use of sustainable resources."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24297
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Adisapoetra
"Volatilitas harga saham-saham BUMN dalam tiga tahun terakhir menunjukan bahwa terdapat risiko dalam berinvestasi di sektor BUMN. Salah satu informasi yang dapat diajukan untuk melihat tolok ukur keuntungan berinvestasi di sektor BUMN adalah indeks BUMN sebagai cerminan dari pergerakan harga saham-saham BUMN. Namun, efisiensi metode perhitungan indeks perlu dipertimbangkan dalam pemilihan model pembentukan indeks BUMN, sehingga pembentukan indeks BUMN dilakukan dengan menggunakan dua metode pembobotan yang berbeda yaitu cap-weighted Fisher Price index dan Fundamental Index.
Karya Akhir ini menunjukkan bahwa indeks Fundamental BUMN cocok untuk dijadikan acuan berinvestasi pada sektor BUMN karena indeks ini lebih mencerminkan risiko dan return dari pergerakan saham-saham BUMN daripada indeks Fisher BUMN. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kinerja indeks Fundamental BUMN lebih baik daripada kinerja indeks capweighted lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa indeks Fundamental BUMN dapat dikatakan lebih efisien daripada indeks lainnya, bahkan lebih efisien daripada indeks pasar saat ini yaitu IHSG.

For the past three years, state-owned stock prices volatility shows that there are risks when investing on state-owned sector. One of the information which may be used as a benchmark to see the advantage of investing on stateowned sector is BUMN index, as a reflection of state-owned stock prices movement. However, the efficiency of the index calculation method should be considered in the selection of indexing model. Thus, BUMN index is created using two different weightening methods, which are cap-weighted Fisher Price Index and Fundamental Index.
This thesis shows that Fundamental BUMN index is suitable for giving risk and return information and also price movements when investing on state-owned sector, better than Fisher BUMN index. This thesis results also show that Fundamental BUMN index out-performs the cap-weighted indexes. This condition tells us that Fundamental BUMN index is more efficent than the other indexes, even more efficent than the market index, which is IHSG."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28216
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arvan Aulia Rachman
"Klasifikasi data kanker dilakukan untuk menemukan terapi yang tepat yaitu memaksimalkan efektivitas dan meminimalkan toksisitas. Pada umumnya, data kanker terdiri dari banyak fitur. Namun, tidak semua fitur tersebut informatif. Oleh karena itu, fitur-fitur tersebut akan diseleksi menggunakan metode Fisher's Ratio untuk memilih fitur-fitur yang paling informatif. Fitur-fitur terbaik akan dibentuk data baru. Data, sebelum dan setelah dilakukan pemilihan fitur, diklasifikasi menggunakan metode Fuzzy C-Means. Akurasi dari proses klasifikasinya akan dibandingkan. Hasilnya, tanpa melakukan pemilihan fitur, diperoleh rata-rata akurasi sebesar 82.92%. Setelah dilakukan pemilihan fitur, diperoleh akurasi terbaik dengan menggunakan 150 fitur dengan rata-rata akurasi sebesar 89.68%.

Classification of cancer data is done to find the right therapy that maximize efficacy and minimize toxicity. In general, cancer data consists of many features. However, not all of these features are informative. Therefore, these features will be selected using Fisher's Ratio to choose features that are most informative. The best features to be formed new data. Data, before and after feature selection, are classified using Fuzzy C-Means. The accuracy of the classification process will be compared. As a result, without doing feature selection, the accuracy is 82.92%. After doing feature selection, the best accuracy is obtained by using 150 features with the accuracy is 89.68%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsyad Kiat
"Latar Belakang: Sumbing bibir dan langit-langit merupakan kelainan kongenital yang paling banyak dijumpai di bidang bedah plastik. Terdapat beragam tekhnik operasi dalam sumbing bibir unilateral. Salah satu tekhnik operasi sumbing bibir unilateral yang umum digunakan dan dikenal luas di RSCM adalah tekhnik ldquo;rotation advancement rdquo; oleh Millard yang dimodifikasi oleh Gentur. Saat ini, tekhnik fisher juga mulai umum digunakan dalam operasi sumbing bibir. Tekhnik Fisher merupakan modifikasi yang berdasar pada aproksimasi tiap subunit anatomi bibir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan mengevaluasi secara objektif simetrisitas bibir dari kedua tekhnik tersebut.
Metode: Dua dokter bedah plastik menggunakan tekhnik operasi bibir sumbing unilateral yang berbeda, yaitu tekhik Gentur dan Fisher. Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan menganalisa sebelum dan sesudah operasi pasien yang dipilih secara random untuk menjalani operasi bibir sumbing unilateral pada tahun 2016. Dengan menggunakan kaliper, titik-titik pengukuran ditandai pada sisi sumbing maupun normal, termasuk di dalamnya tinggi dan simetrisitas Cupid rsquo;s bow rdquo;, lebar dan tinngi vestibula, tebal vermillion, serta posisi dasar alae. Rasio antara sisi cleft dan normal dari bibir diukur dan dihitung untuk standarisasi perbandingan diantara kedua tekhnik.
Hasil: Juli ndash;Oktober 2016, dilakukan operasi pada 14 pasien sebagai data preliminary. Dari analisa statistik didapatkan perbedaan bermakna pada lama desain dan operasi serta perbedaan ketebalan vermillion preoperatif, sedangkan rasio postoperatif secara statistik tidak bermakna.
Kesimpulan: Simetrisitas bibir pada tekhnik Gentur maupun Fisher memberikan hasil yang tidak berbeda.

Background: Cleft lip and palate are the most common congenital anomalies that found in plastic surgery. There are so many techniques for unilateral cleft lip repair. Rotation advancement method by Gentur based on Millard technique has become the most widely used in unilateral cleft lip repair in RSCM. The Fisher technique repair is a modified technique based on approximation of anatomical subunit of the lip. The purpose of this study is to objectively compare and evaluate the lip symmetry of these two techniques.
Methods: Two senior board certified surgeons will perform different surgical techniques for the unilateral cleft lip rotation advancement technique by Gentur and Fisher technique. This study prospectively analyzed preoperative and postoperative of randomized single blinded patients who underwent unilateral cleft lip repair performed by each surgeon in 2016. Using caliper, facial points on the cleft and non cleft sides were measured, including height and symmetry of Cupid's bow, width and height of the nasal vestibule, height of the vermilion, and alar base position. Ratios of cleft side to non cleft side measurements were calculated to standardize comparisons between patients.
Result: From July October 2016, 14 patients performed surgery as preliminary data, showed that there are statistically difference in length of design and surgery time. Preoperative, comparable of cupid's bow vermillion showed statistically difference. Although, we found no statistically difference in postoperative ratio.
Conclusion: Lip symmetry outcomes after cheiloplasty procedure is same between Gentur method and Fisher technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ekaria
"This research was aimed to examine the relevance of the Farmers? Term of Trade (FTT) formula (Modified Laspeyres) by comparing with the Modified Laspeyres Plus and the Fisher-WM formulas. The result presented that FTT of Food Crop applying Fisher-WM had nearly similar patterns with the Modified Laspeyres, while the Modified Laspeyres Plus tended to fluctuative patterns. The FTT Fisher-WM had similar pattern with share of nonfood expenditure, farmers? purchasing power, and farming cost. Foreasting of FTT (Fisher-WM) showed nearly similar result with FTT of BPS-Statistics Indonesia published in October and November 2013. The welfare quality of the food crop farmers in West Java, Banten, and DIY provinces was categorized as high welfare level; in Central and East Java provinces was categorized as middle welfare level; in Bali, West and East Nusa Tenggara provinces was categorized as low welfare level. Based on the results, the Modified Laspeyres formula has been still relevant to be applied, except in revealing the seasonal pattern of food crop production as shown by the Fisher-WM."
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS-Statistics Institute Jakarta, 2014
JASKS 6:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kelurahan Balohan Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Daerah Istimewa Aceh. Perhatian kepada kelompok masyarakat nelayan di wilayah ini penting dilakukan karena di samping memiliki potensi perikanan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, juga masih terdapat masyarakat nelayan yang relatif masih miskin.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di daerah yang berpotensi dengan cara meningkatkan nilai tambah produksinya melalui pembentukan dan pendayagunaan kelembagaan, mobilisasi sumber daya, serta jaringan kemitraan pengembangan usaha kecil sesuai kompetensi ekonomi lokal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan dalam pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap di lapangan, hambatan-hambatan, dan alternatif pemecahannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, wawancara mendalam (indept interview) dan observasi langsung dimana peneliti langsung berada di lapangan. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling selanjutnya informan lain ditelusuri dengan mengikuti prinsip teknik snow ball.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan Program PEL melalui pengadaan alat tangkap meliputi beberapa tahap, yaitu tahap sosialisasi program, tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pelestarian kegiatan. Sosialisasi program terdiri dari kegiatan penyebaran informasi dan pelatihan. Penyebaran informasi melalui mimbar ceramah di meunasah (surau) lebih efektif dari pada papan informasi dan brosur-brosur, hal ini disebabkan masyarakat setempat sangat patuh terhadap agama dan aturan adat. Papan informasi dan brosur-brosur ternyata kurang menarik minat kelompok sasaran, karena masih kurangnya kemampuan dan minat baca dari masyarakat, sehingga informasi tentang program hanya beredar dan dipahami oleh kalangan terbatas. Pertemuan diskusi kelompok sasaran melalui lembaga yang telah tumbuh dalam masyarakat menjadi sarana dalam penyampaian informasi. Dalam sosialisasi program juga dilaksanakan pelatihan manajemen keuangan dan industri bagi masyarakat pemanfaat serta sifat dari program tersebut.
Tahap persiapan pelaksanaan program meliputi pemilihan desa partisipasi, pembentukan kelompok, dan perumusan rencana kegiatan. Pemilihan desa partisipasi PEL dilaksanakan berdasarkan musyawarah, namun dalam hal ini terlihat adanya intervensi dimana forum musyawarah tersebut terlalu diarahkan oleh dikoordinator TPPK. Pembentukan, kelompok KMP masih dirasakan belum tepat sasaran yang mana keputusan lebih didominasi oleh pihak petugas dan begitu pula dengan perumusan rencana kerja masih terlihat kebutuhan yang diberikan belum mewakili dari kelompok masyarakat pemanfaat. Oleh karena itu persiapan pelaksanaan diharapkan dapat menjadi proses belajar bagi masyarakat, sehingga rencana program yang dibuat sesuai dengan kebutuhannya.
Pelaksanaan kegiatan meliputi tahap pengajuan dan pencairan dana, kegiatan kelompok sasaran, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. kegiatan pengajuan dan pencairan dana dilakukan berdasarkan rencana kegiatan (RK) yang telah dimusyawarahkan ditujukan kepada pimpinan proyek agar dana dicairkan ke rekening TPPK yang ada di bank lokal (BM), selanjutnya diajukan ke KPKN dengan dilengkapi tanda tangan ketua TPPK dan FK. Dalam pelaksanaan kegiatan PEL, keterlibatan kelompok sasaran belum memberikan masukan-masukan yang bersifat pemikiran, hal ini terlihat dari peralatan yang di berikan belum sesuai dengan kebutuhan KMP. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan hasil dilaksanakan oleh tim pelaksana dengan melibatkan warga masyarakat sehingga terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal, tetapi sayangnya kegiatan tersebut hanya dilakukan pada awal-awal program saja. Peningkatan pendapatan tidak disebabkan oleh kerjasama kelompok, akan tetapi penggunaan alat tangkap yang efektif.
Kemudian tahap pelestarian, dalam pelestarian program terlihat masih kurang berjalan karena tingkat kesadaran dari petugas masih kurang dalam mengarahkan dan memantau sistem perguliran dana, demikian juga dalam pemasaran, peran jaringan kemitraan dengan pihak swasta belum terlihat. Menurut pengamatan di lapangan terlihat bahwa terminasi yang dilakukan bukanlah karena masyarakat pemanfaat yang mandiri atau berhasil, melainkan karena habisnya waktu yang telah ditetapkan dalam proyek telah berakhir.
Beberapa kendala dalam pelaksanaan program antara lain: kurangnya peran tim pelaksana (fasilitator) dalam pelaksanaan program, sosialisasi program kurang berhasil, kurangnya motivasi dan partisipasi masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas masyarakat, minimnya tanggungjawab serta sikap malas (budaya malas) yang dimiliki oleh anggota kelompok sasaran, dengan demikian tingkat keberhasilan program rendah atau tidak mencapai tujuan.
Perbaikan yang perlu dilakukan agar pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap berjalan dengan efektif maka perlu meningkatkan peran serta tim pendamping (fasilitator) sehingga kehadirannya dapat menjadi motivator, perlu dilakukan penataan ulang perencanaan agar tercipta keserasian antara tujuan dengan kebutuhan kelompok sasaran dalam pelaksanaan program, Pemerintah secara konsisten mendorong masyarakat untuk menuntut ilmu, disamping itu juga perlu dilakukan persiapan sosial dengan mengedepankan metode participatory rural appraisal (PRA), dan mengadakan pendekatan non-direktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksono
"Tesis ini meneliti tentang faktor-faktor struktural yang menyebabkan kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan di Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu.
Propinsi Bengkulu memiliki garis pantai sepanjang ± 500 km dan memiliki potensi perikanan laut yang besar yaitu 46.145 ton/tahun (territorial 12 mil) dan yang dimanfaatkan baru 24.186, 6 ton (52,41%). Kondisi ini belum termasuk potensi lestari diperairan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil) sebesar 80.072 ton/tahun, oleh karena itu tingkat kesejahteraan nelayannya relatif miskin karena belum optimalnya pemanfaatan potensi yang ada. Perhatian pemerintah terhadap kehidupan nelayan selama ini sudah ada, namun kondisi nelayan masih belum mengalami peningkatan. Adapun tujuan penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui faktor-faktor struktural apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan terutama nelayan tradisional dan nelayan buruh di Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu, kedua untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan terutama nelayan tradisional dan nelayan buruh di Kelurahan Kandang. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, observasi langsung di mana peneliti langsung berada di lapangan, mengadakan wawancara mendalam tidak terstruktur. Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yaitu tiga nelayan tradisional, tiga orang nelayan buruh, dua orang pemilik kapal dan satu orang Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bengkulu.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa tingkat kesejahteraan nelayan di Kelurahan Kandang Kecamatan Selebar Kota Bengkulu relatif miskin. Adapun faktor yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat nelayan tersebut yaitu rendahnya tingkat penghasilan nelayan, rendahnya tingkat pendidikan nelayan, rendahnya pemanfaatan teknologi, rendahnya pemilikan modal, rendahnya akses nelayan kecil dalam memasarkan hasil tangkapan, adanya sistem bagi hasil yang kurang seimbang antara pemilik kapal dengan nelayan buruh, adanya ketimpangan pendapatan antara nelayan besar dengan nelayan kecil, tidak adanya akses nelayan kepada lembaga perbankan.
Adapun saran yang disampaikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan di Kelurahan Kandang yaitu nelayan hendaknya dapat mengelola dan mengembangkan bantuan dari pemerintah dengan baik, sehingga usaha yang dilakukan pemerintah tidak mubazir begitu saja dan bantuan tersebut dapat bergulir kepada nelayan miskin lainnya. Pemerintah hendaknya dapat memberikan jaminan kepastian harga ikan dan membuka akses nelayan kecil terhadap pasar. Pemerintah hendaknya dapat membuat aturan hukum tentang sistem bagi hasil yang lebih adil antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh. Pemerintah hendaknya membuka akses nelayan miskin terhadap lembaga perbankan, agar nelayan mudah mencari pinjaman ke lembaga perbankan. Program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah terhadap nelayan hendaknya dilaksanakan dengan cara memberikan kesadaran atau penjelasan kepada nelayan bahwa mereka sendirilah yang dapat membantu dirinya keluar dari kemiskinan sehingga diperlukan motivasi dari nelayan untuk bangkit mengatasi kesulitan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T7885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Permatasari
"

Tesis ini membahas mengenai penggunaan model tiga dimensi sebagai sarana belajar operasi sumbing bibir satu sisi dengan teknik fisher. Tujuan studi ini adalah mengevaluasi pengalaman membuat desain pra-operasi menggunakan model tiga dimensi dibandingkan dua dimensi. Dilakukan studi eksperimental menggunakan randomized sampling untuk menentukan akurasi anatomis dan kepuasan penggunaan model tersebut. Data menunjukkan bahwa penggunaan model tiga dimensi dapat menjadi sarana belajar tunggal untuk mencapai pemahaman dan persepsi dalam hal desain pra operasi. Penelitian lanjutan dapat mengevaluasi akurasi hasil pembelajaran pada pasien.


The focus of this study is on evaluating three dimensional model as a learning tool for unilateal labioplasty using fisher technique. This study aim to evaluate the experience in preoperative marking of unilateral cleft lip repair on three-dimensional model compared to two-dimensional model. An experimental study conducted using randomized sampling to measure the anatomical accuracy and satisfaction of pre operative marking of unilateral cleft lip repair  using fisher modification technique on three dimensional model over two dimensional model. Result shows that three dimensional model could be used as an efficient single learning tools to have the same level of perceptive and understanding of the design points. Further research should evaluate the effectivenes of this learning tool by assessing its accuracy result in real patients.

 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sidik
"Latar Belakang: Sebagai rumah sakit rujukan nasional, divisi bedah plastik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menangani banyak kasus anomali kongenital. Salah satu anomali bawaan yang paling umum adalah bibir sumbing dan langit-langit. Ada dua teknik yang paling banyak digunakan untuk mengoperasi pasien dengan bibir sumbing unilateral, yaitu teknik rotation-advancement oleh Gentur berdasarkan teknik Millard dan teknik Fisher. Penelitian ini akan membandingkan hasil estetika dari kedua teknik tersebut menggunakan sistem penilaian Asher McDade.
Metode: Tiga puluh dua pasien dengan bibir sumbing unilateral dioperasi oleh dua ahli bedah senior bersertifikat, menggunakan teknik rotation-advancement oleh Gentur atau teknik Fisher kemudian dilakukan pengambilan foto pasca operasi setidaknya 6 bulan setelah operasi. Empat penilai akan mengevaluasi pasien dengan sistem penilaian Asher-McDade untuk membandingkan hasil estetika dari kedua teknik operasi tersebut.
Hasil: Tidak ada perbedaan kelamin yang signifikan antara kelompok Gentur dan Fisher. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam usia saat operasi antara kedua metode (p = 0,032) dimana pada teknik Fisher, operasi lebih sering dilakukan pada pasien dengan usia 3-6 bulan. Keandalan intra-penilai untuk skor keseluruhan memiliki kesepakatan yang baik pada penilai 1 (ICC = 0,672), dan kesepakatan yang sangat baik untuk penilai 2, 3, dan 4 (ICC = 0,842; 0,828; 0,883 secara berurutan). Keandalan antar penilai dalam skor keseluruhan memiliki nilai kesepakatan yang baik (ICC = 0,668). Berdasarkan penilai 2, 3, dan 4, tidak ada perbedaan skor Asher McDade yang signifikan antara dua kelompok (p = 0,221; 0,144; 0,472 secara berurutan).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan kesepakatan yang baik hingga sangat baik dalam reliabilitas intra-penilai dan kesepakatan yang baik dalam reliabilitas antar-penilai dalam mengevaluasi hasil estetika dari pasien yang dilakukan operasi perbaikan bibir sumbing. Tidak ada perbedaan hasil estetika antara metode Gentur dan teknik Fisher dalam perbaikan bibir sumbing yang dievaluasi oleh sistem penilaian Asher McDade.

Background: As a national referral hospital, Cipto Mangunkusumo Hospital, the division of plastic surgery has been treating many congenital anomaly cases. One of the most common congenital anomalies that can be found in the plastic surgery division are cleft lip and palate. There are two mostly used technique to operate patient with unilateral cleft lip. Rotation-advancement method by Gentur based on Millard technique and The Fisher technique repair. This study will compare the aesthetic outcome of those techniques using Asher McDade scoring system.
Methods: Thirty two patients with unilateral cleft lip operated by two senior board-certified surgeons, using rotation-advancement technique by Gentur and Fisher technique then took postoperative photographs at least 6 months after the surgery. Four observers will evaluate the patient with Asher-McDade scoring system to compare aesthetic outcome of those operation techniques.
Results: There is no significant differences between Gentur and Fisher groups in gender. There is a significant difference in age at repair between both method (p=0,032) with the Fisher method is predominantly done in the patient with age 3-6 month old. The intra-rater reliability for overall score has good agreement for rater 1 (ICC = 0,672), and excellent agreement for rate 2, 3, and 4 (ICC = 0,842; 0,828; 0,883 accordingly). The inter-rater reliability in overall score are in a good agreement (ICC = 0,668). based on the rater 2, 3, and 4, there are no significant Asher McDade score differences between two groups (p = 0,221; 0,144; 0,472 respectively).
Conclusion: This study shows a good to excellent agreement in intra-rater reliability and good agreement in inter-rater reliability between the observer that assess the aesthetic outcome for the cleft lip repair patient. There is no aesthetic outcome difference between Gentur s method and Fisher technique in cleft lip repair evaluated by Asher McDade scoring system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>