Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Vidya Destiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran evaluasi anatomis serta fungsional pasien pasca neovagina dengan graft membran amnion. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang deskriptif. Didapatkan 11 subyek dengan nilai minimum dan maksimum panjang vagina yaitu 7 dan 8 cm. Nilai minimum dan maksimum diameter vagina yaitu 3.5 dan 4.0 cm. Seluruh subyek mempunyai epitelisasi lengkap dan hasil histopatologi sesuai dengan epitel vagina serta tidak didapatkannya komplikasi. Total skor FSFI menunjukkan nilai minimum dan maksimum skor 27.2 dan 31.7, menunjukkan tidak didapatkan disfungsi seksual.

ABSTRACT
This study aims to provide an overview of anatomical and functional evaluation of patients post neovagina with amniotic membrane graft. This study was conducted with a descriptive cross-sectional design. Obtained 11 subjects with a minimum and maximum length of the vagina are 7 and 8 cm. The minimum and maximum diameter of the vagina are 3.5 and 4 cm. All subject had complete epithelialization, vaginal epithelium as histopathological result and no complications. Total FSFI score showed the minimum and a maximum score of 27.2 and 31.7, shows no sexual dysfunction."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Noor Sukarna
"Penelitian ini mengevalusai 20 situs web pemerintah berbasis mobile di indonesia berdasarkan kerangka kerja evaluasi yang terdiri dari empat aspek, yaitu karakteristil umum, konten elektronik, layanan elektronik dan partisipasi elektronik. dari hasil evaluasi, diketahui bahwa situs web pemerintah berbasis mobile fokus pada konten elektronik dan partisipasi elektronik. konten sudah diperbarui secara reguler khususnya tentang berita dan informasi, bagaimanapun nilai layanan elektronik rendah menyediakan bukti komunikasi satu arah. implementasi pemerintah mobile di indonesia sepertinya masih berada di tahap pertama. kebanyakan juga hanya bersifat memberikan informasi saja. direkomendasikan lebih lanjut untuk memcapai tingkat transaksi dimana semua layanan sudah terintegrasi"
Kementerian Komunikasi dan Informasi Ri, 2015
384 JPPKI 6:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Handojono
"The literature shows that leniency has negative impact on employee performance and firm
productivity. However, there has been limited empirical research of how to mitigate the bias. This
study examines if leniency is mitigateable by availability of subjective evaluation criteria and
group rater. Using experimental method with sixty-nine undergraduate students as subjects, we
find that process within group is effective to reduce individual subjective rating, even when there
was no subjective criteria. However, we find group rating does not have effect on rating accuracy.
Additionally, consistent with general assumption of leniency, we find that inflated rating is affected
by altruistic traits of raters. With the inherent limitations associated with experimental method,
our finding suggests that, in order to have subjective rating accurately, firm should promote sound
rating process by defining more relevant criteria to complement the evaluation process.
Abstrak
Literatur menunjukkan bahwa bias kemurahan hati berdampak negatif terhadap kinerja karyawan
dan produktivitas perusahaan. Meskipun demikian, hanya terdapat sedikit penelitian empiris
mengenai cara memitigasi bias ini. Penelitian ini menguji apakah bias kemurahan hati dapat
dimitigasi melalui ketersediaan kriteria evaluasi subjektif dan penggunaan grup penilai. Dengan
menggunakan pendekatan eksperimen yang diikuti oleh 69 mahasiswa S1 sebagai subjek, kami
menemukan bahwa proses yang terjadi dalam grup efektif untuk menurunkan penilaian kinerja
subjektif yang diberikan secara individual, bahkan ketika tidak tersedia kriteria subjektif. Namun,
kami juga menemukan bahwa kriteria subjektif tidak berpengaruh terhadap keakuratan penilaian
kinerja. Selain itu, konsisten dengan asumsi umum mengenai bias kemurahan hati, kami menemukan
bahwa penilaian kinerja yang ditinggikan dipengaruhi oleh kepribadian altruistis penilai. Dengan
berbagai keterbatasan yang melekat pada desain eksperimen, temuan kami menyarankan bahwa
untuk menghasilkan penilaian kinerja subjektif yang akurat, perusahaan harus mendorong proses
penilaian yang lebih baik melalui penetapan kriteria yang lebih relevan dalam mendukung proses
evaluasi kinerja."
Politeknik Negeri Ambon, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Thahir R.
"Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa cakrawala baru dalam sistem politik dan pemerintahan yang selama 32 (tiga puluh dua tahun) tidak berubah dan cenderung bersifat stagnan. Karena itu perubahan yang terjadi saat ini dipandang sebagai langkah baru menuju terciptanya Indonesia baru dimasa depan dengan dasar-dasar efesiensi dan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Demokratisasi menjadi pilihan wajib bagi kegiatan pemerintahan berdasarkan pertimbangan bahwa hanya pemerintahan yang demakratisiah yang dapat menempatkan manusia pada jati dirinya. Proses demokratisasi itu sendiri sedang berlangsung di Indonesia, dimana saluran-saluran yang dulunya dianggap menghambat demokratisasi telah dibuka secara lebar.
Pada masa kurun waktu Pemerintahan Orde Baru proses pelaksanaan sistem pemerintahan dinilai kurang berhasil. Hal ini terlihat dengan munculnya berbagai kondisi ketidakpuasan di daerah yang menuntut agar Pemerintah Pusat dapat lebih bijak dalam menyikapi permasalahan-parmasalahan di daerah. Ada tiga hal yang menyangkut pemerintahan daerah masa lalu yang dapat kita lihat. Pertama, selama masa tersebut (orde baru) penyelenggaraan pemerintahan di daerah terlalu menekankan prinsip sentralistik dalam pelaksanaannya. Dampak dari kondisi ini adalah banyak hal yang seharusnya bisa diputuskan didaerah, namun karena sistem tersebut harus menunggu persetujuan pusat yang tentunya saja harus melalui birokrasi yang panjang serta membuka kemungkinan korosi, kolusi dan nepotisme pada semua tingkatan. Kedua, akibat tingkat pengaturan yang sebegitu ketat dan kuat dari pusat, berakibat pada minimnya tingkat kreativitas daerah sehingga pemerintah di daerah hanya melaksanakan apa yang diperintahkan dan atas, dan banyak diantaranya yang tidak sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Ketiga, karena aspirasi-aspirasi dari daerah tidak pernah sampai kepusat, maka timbul ketidakpuasan didaerah-daerah yang lama-kelamaan akan menjadi semacam duri dalam daging yang apabila dibiarkan akan menimbulkan sikap berontak terhadap ketidakpuasan tersebut yang bermuara disintegrasi bangsa.
Permasalahan-permasalahan pada sistem pemerintahan yang terjadi pada masa orde baru tersebut merupakan salah satu penyebab lahirnya tuntutan perubahan. Perubahan ini ditandai dengan bergulirnya arus reformasi yang melahirkan otonomi daerah dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan-perubahan inilah yang selanjutnya akan menjadi dasar penelitian dalam penyusunan tesis ini.
Selanjutnya penelitian ini ditujukan untuk melihat implementasi otonomi daerah di Kota Palembang dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Adapun faktor-faktor dimaksud adalah faktor manusia sebagai pelaksana , faktor keuangan yang cukup , faktor peralatan serta factor organisasi yang baik. Namun dalam penelitian ini penulis akan membatasi tingkat penelitian dengan mengkaji faktor organisasi saja, khususnya dalam hal penataan kelembagaan perangkat daerah Kota Palembang .
Adapun yang menarik perhatian penulis untuk lebih mengkaji faktor tersebut adalah dengan melihat proses perubahan sistem pemerintah daerah yang terjadi saat ini, dimana salah satu akibat dari perubahan ini berdampak pada adanya kewenangan urusan pemerintahan yang begitu luas yang diberikan kepada daerah dalam rangka otonomi daerah. Kondisi ini pada satu sisi dapat merupakan berkat, namun pada sisi lain sekaligus merupakan beban yang pada gilirannya menuntut kesiapan dari daerah yang melaksanakannya. Artinya daerah tidak boleh bergembira dengan hadirnya kewenangan baru tersebut. Akan tetapi hams berfikir dan berusaha keras agar urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan rnmah tangga daerah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik atau malah sebaliknya.
Untuk melaksanakan kewenangan urusan pemerintah daerah yang cukup luas tersebut maka diperlukan suatu wadah berupa kelembagaan yang dapat digunakan untuk melaksanakan kewenangan-kewenangan yang dimaksud dengan baik. Untuk mencapai suatu bentuk kelembagaan yang dimaksud maka diperlukan suatu restrukturisasi kelembagaan dari sistem kelembagaan perangkat daerah yang lama yang selanjutnya akan diadakan perbaikan untuk menghasilkan sistem kelembagaan yang baik dan dapat mengakomodasi semua kenbutuhan masyarakat.
Restrukturisasi organisasi tersebut akan dibahas pada ruang lingkup perangkat daerah dalam hal penataan kelembagaan yang didasarkan pada kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewengangan-kewenangan ini akan diukur dengan melihat kewenagan yang harus dimilki oleh Pemerintah Daerah dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic services), potensi unggulan daerah (core competencies) dan kewenangan-kewenangan normative dan yang dibutuhkan oleh Pemerintah daerah Kota Palembang.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan terlihat bahwa Pertama, terjadi restrukt ulsasi lembaga perangkat daerah. Restrukturisasi ini merupakan jawaban dari konsekuensi perubahan yang dibawa oleh arus reformasi kearah globalisasi dan masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini masyarakat mulai kristis melihat rantai hirarki dalam organisasi pemerintah daerah yang terlalu panjang dan kadang menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih cepat (faster), lebih baik (better) dan lebih murah (cheaper). Kedua, secara garis besar lembaga perangkat daerah yang sudah terbentuk sudah sesuai dengan lembaga perangkat daerah hasil analisis yang akan direkomendasikan. Ketiga, terdapat beberapa lembaga perangkat daerah yang belum dibentuk berkaitan dengan fungsi lembaga perangkat daerah untuk melaksanakan kewenangan yang harus dimiliki oleh Pemerintah daerah Kota Palembang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahalik
"Mutu pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) salah satunya adalah ditentukan oleh kualitas para pengajarya (Dosen). Untuk menghasilkan dosen yang bermutu tinggi, periu dilakukan penilaian kinerja atas dosen tersebut. Sebanyak 303 dosen dinilai kinerjanya pada semester ganjil 2002/2003 di STIE Perbanas. Pihak-pihak yang menilai dosen tersebut adalah mahasiswa, dosen koordinator, jurusan, dan dosen-dosen di bawah koordinator. Tingkat kinerja dosen dinyatakan dalam Indeks Prestasi (IP) satu semester.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dosen. Sedangkan, sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 166 dosen. Adapun alatanalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS for Windows. Uji korelasi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah Analisis Korelasi Bivariate, Koefisien Korelasi Pearson ( r ), dan uji signifikansi dengan mengambil tingkat kepercayaan 95%.
Secara umum hasil penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dosen adalah kompensasi, masalah yang dihadapi dosen (berhubungan dengan stres karyawan), banyaknya waktu yang digunakan untuk up-grade ilmu (berhubungan dengan knowledge/skill), hubungan dengan mahasiswa dan karyawan (berhubungan dengan hubungan antarmanusia), dan usia.
Saran yang diajukan penulis adalah agar STIE Perbanas memperhatikan faktor kompensasi dalam kaitannya untuk meningkatkan kinerja dosen, dalam merekrut dosen tidak melihat usia dosen karena belum tentu usia yang lebih tua akan memiliki kinerja yang bagus pula, pemberian penghargaan bagi dosen yang berkinerja baik, melimpahkan SKS semester selanjutnya berdasarkan kinerja semester sebelumnya, dan pelaksanaan evaluasi dosen hendaknya dapat dilakukan tiap semester agar kinerja dosen dapat dipantau secara periodik serta diberikan umpan balik terhadapnya, STIE Perbanas sebaiknya menghimbau para penilai agar tidak cenderung sentral (rata-rata) dalam menilai dan tidak diiatarbelakangi perasaan pribadi, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung terciptanya hubungan yang selaras antara dosen dengan karyawan dan mahasiswa, dan yang terakhir memberikan fasilitas bagi para dosen untuk meng-upgrade ilmunya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliek Gajatri Hadinoto
"This research is done to find a more objective and comprehensive formula for performance evaluation of banks listed in Jakarta Stock Exchange. This is based on the statistical theory of how to find some key variables used to evaluate banks performance, and the finance/banking management theory to formulate the model and to further evaluate those key variables found. If we already have those variables which we get from the statistical evaluation, we do not have to consider all the financial ratios. All we can have is just those key variables. Hopefully, the findings can be applied for all banks in the Indonesian economy.
Most researches are merely univariate, so that they are quite subjective. In this research I try to eliminate eveything that is based on subjectivity. Although I still use financial ratios to find the key variables (as the independent variables), I also use three more variables to formulate the model (as the dependent variables). Those are the growth of the stock prices, the growth of the (quality) assets and the ratio of Non Interest Income to Total Asset (a measure of fee-based income). These three variables are used as the indicator of the bank performance. In other words, I would like to know whether the groupings which is based on the three performance variables is right and consistent. I also would like to know whether the ratios chosen can be used to describe the bank performance.
To find those key variables, I use data from the Jakarta Stock Exchange. There were twenty two banks listed from January to December 1996 and used as the models (the other two banks were not considered in the analysis because they were just listed on November dan December 1996). I then devided the banks into two groups, each of which consists of nine and thirteen members. The first group has a bad performance indicating that the members can not generate fee-based income and has a much lower growth of the stock prices compare to the growth of the asset. The second group has a good performance which means that the group has a higher level of fee-based income and has a little lower growth of the stock prices compare to the growth of the asset during the same period. (Cluster analysis is used in making the groupings).
By using a Multivariate Discriminant Analysis, I get three key variables succesfully. Then, I will say this function as The Alternative Model for Bank Performance Evaluation, and is expressed as :
A A A
Z=1.2188X1+0.8153X2+1.2721X3
X1 : Non Interest Income to Total Asset (NOIITA)
X2 : Loss Reserve to Total Loan (LRTL)
X3 : Loan to Deposit Ratio (LDR)
The results tells us the following points :
The formula can be applied to all bank in the economy for the performance evaluation as they find no misclassification in the groupings, and are supported by a good statistical test result.The banks have a tendency to operate outside their main business. The banks are also exposed to risk. They have given more loans to the public higher than their deposits and have more loss reserve in their operation. The banks performance is sensitive to LDR and then to NOI1TA, shown by the relatively high elasticity of LDR (1.2721) and NDIITA (1.2188). Any changes in those two variables will significantly affect the bank performance. Each bank has a relatively high growth of its asset compare to growth of its stock prices.
The only thing that will cause a little effort in applying this formula is the fact that the bank financial statements are not in good standard, so that people have to look thoroughly in those statements. This research can be followed by further research concerning extension of the period and extension to non-banks business operation. It might also be done to test the findings of any further situations such as whether the banks have a tendency to operate outside their main business (or not), whether the banks are likely to operate exceeding their maximum credit limit (or not), and whether the risk factor is dominant in the banking business (or not)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T2845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Primaputra
"Dengan puluhan merek yang beredar di pasaran, didesain secara berkelanjutan dengan teknologi terbaru, tinggi harganya, besar risikonya, tidak sering dibeli, menjadikan notebook sebagai produk yang kompleks.
Karena Notebook mempakan produk yang kompleks, pembeli akan membuat keputusan yang ekstensif, yang memerlukan upaya berarti untuk mengidentifikasi kriteria penilaian dan memilih bagaimana memanfaatkannya dalam pembelian (mengevaluasi dan memilih alternatif merek).
Dalam pembelian notebook, konsumen memilih alternatif merek dengan skema penilaian yang kompleks, membuat keputusan yang ekstensif, dan mempertimbangkan lebih banyak faktor guna menentukan merek yang diinginkan.
Oleh karena itu, penelitian untuk penulisan tesis ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana cara konsumen berpikir dan bertindak untuk mengevaluasi dan memilih alternatif merek dalam mengambil keputusan pembelian notebook.
Evaluasi merek yang berbeda, yang terhimpun dalam ingatan konsumen, berlangsung dalam dua tahapan, yaitu (1)konsumen memilih atribut (kriteria evaluatif) tertentu, dan (2)konsumen menentukan kaidah keputusan guna mengabungkan atribut (kriteria evaluatif) itu menjadi hanya satu pilihan.
Penulisan tesis bersifat deskriptif dengan pendekatan survei kuesioner. Sampel yang diambil menggunakan judgment sampling dan snowball sampling dengan 50 pembeli sekaligus pemakai notebook sebagai subjek penelitian.
Temuan yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa setiap responden menggunakan atribut notebook yang berbeda-beda dalam membandingkan alternatif merek notebook dengan prosesor, sistem memori, layar, grafik, keseluruhan kinerja sebagai atribut penentu; terdapat perbedaan kepentingan relatif terhadap setiap atribut dan standar kinerja minimum yang ditetapkan pada setiap atribut di antara responden dalam mengevaluasi dan memilih alternatif notebook; persentase penggunaan kaidah keputusan dalam memilih merek notebook terbaik, yaitu disjungtif 22%, simple-additive 18%, weighted-additive 14%, leksikografi 12%, eliminasi berdasarkan aspek 10%, konjungtif 6%, tanpa model keputusan 18%; penggunaan model penilaian kepentingan relatif terhadap setiap atribut dan penetapan standar kinerja minimum pada setiap atribut lebih banyak mendasari peinilihan alternatif merek notebook oleh responder dengan adanya kecenderungan kepada kaidah keputusan konjungtif.
Dari temuan tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui kemungkinan adanya penggunaan model keputusan lainnya yang tidak masuk ke dalam jangkauan pengukuran, misalnya affect-referral heuristic, effects of brand awareness, effects of mood states, frequency heuristic, impulse purchases, dan phased strategies; sedangkan implikasinya pada kebijakan pemasaran ialah bahwa produsen notebook perlu menfokuskan kegiatan pemasaran pada atribut prosesor, sistem memori, layar, grafik, dark keseluruhan kinerja, dengan menawarkan atribut yang setidaknya memenuhi standar kinerja minimum yang ditetapkan oleh konsumen baik dalam pengembangan produk pads masa mendatang maupun tindakan edukasi sehubungan dengan kelima atribut tersebut melalui periklanan.

With tens of brands on the market, designed continuously by high technology, expensive, risky, and purchased infrequently, it was caused notebook to be complex product.
Because there are so many brands available, and because notebook is complex product, consumer?s uses extensive decision-making involves significant effort in identifying criteria and choosing how to apply them to the purchase process.
However, in the making a notebook purchase decision, the process of deciding which notebook to purchase has become extremely difficult for consumers.
Therefore, this study describes how consumer thinks and acts to evaluating and selecting brand alternatives for making a notebook purchase decision.
The evaluation of different brands that make it into the consumer's evoked set occurs in two stages (1) the consumer selects certain evaluative criteria, and (2) the consumer establishes a decision rule to integrate those criteria into a choice.
This study used survey design. Sampling procedures used judgment sampling and snowball sampling with 50 notebook buyers and users as subjects.
Results achieved from this study shows that: (1) the usage of notebook attributes among subjects are difference; (2) processor, memory system (RAM), screen, graphic, and performance's overall as determinant attributes; (3) there is difference among subjects in the relative importance of each attribute; (4) there is difference among subjects in establishes the minimum required performance standards for each attribute; (5) 22 percent of the subject were found to use disjunctive decision rule for selecting a best notebook, 18 percent simple-additive, 14 percent weighted-additive, 12 percent lexicographic, 10 percent elimination-by aspects, 6 percent conjunctive, and there is no decision models resulted was 18 percent; (6) the usage of evaluative model in the importance assigned to attributes and establishes the minimum required performance standard for each attribute more becomes the basis for evaluation of brand alternatives; (7) there is preference in selecting brand alternatives to disjunctive decision rule.
The results suggest that marketer a need to focused on processor, memory system (RAM), screen, graphic, and overall performance as determinant attributes; and to focused on the importance assigned to attributes, and establishes the minimum required performance standard for each attribute as evaluative models they used. Marketer can try to influence the choice of goal consumers select to satisfy a need and the attributes they use as determinant attributes, and to provide detailed background information about those attributes. Marketer also attempts to influence decision rules consumers choose. Its importance for marketer to encourage consumers to apply a disjunctive decision rule. The results also suggest that there is a need to following studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B.Y. Hendro C.
"ABSTRAK
Dewasa ini, dimana tingkat persaingan semakin tinggi serta lingkungan usaha
yang berubah semakin cepat membutuhkan penilaian penilaian kinerja yang bukan
hanya faktor keuangan saja tetapi juga faktor non keuangan.
Konsep Balanced Scorecard merupakan konsep yang relatif baru yang
dikembangkan oleh Robert S Kaplan dan Norton David P sebagai perfonnance
management suatu perusahaan. Konsep ini bukan hanya mempertimbangkan
faktor keuangan saja, tetapi juga faktor non-keuangan dan suatu perusahaan yaitu
perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta tumbuh dan belajar.
Dengan cakupan perspektif yang diniilikinya maka konsep ini menjadi menarik
untuk dipelajari.
PT X yang merupakan market leader di dalam bisnis kontraktor pertambangan
merasakan kebutuhan untuk mengimplementasikan konsep ini kedalam
performance management perusahaan tersebut. Untuk itu PT X berusaha untuk
mengaplikasikan konsep tersebut dengan cara mengembangkan konsep ini ke
dalam sistem penilaian kinerjanya.
Pada saat ini, penilaian kinerja yang ada pada PT X belum memakai konsep
Balanced Scorecard. Meskipun demikian PT X telah mengembangkan penilaian
kinerja berdasarkan Key Performance Indikator sebagal kontraktor pertambangan
Untuk mengimplementasi konsep Balanced Scorecard tersebut, PT. X
membagi pengembang tersebut menjadi tahap-tahap pelaksanaan yaitu
pembuatan penilaian kineija secara makro yang merupakan dashboard bagi PT X
tersebut. Pada tahap ini dikembangkan dengan cara membuat penilaian kinerja
berdasar analisis sebab akibat dan dalam empat perspektif yang ada.
Tahap selanjutnya adaiah membuat cascade berdasarkan area yang ada yang
merupakan divisi dan PT X. Turunan dan tahap ini adalah sampai dengan level
Group Leader di distrik yang ada di PT X. Pada tahap ini, penurunan yang ada
tidak dibagi secara eksplisit ke dalam ke empat perspektif tetapi lebih berdasarkan
kebutuhan akan performance measurement setiap level serta berdasar diagram
pohon dan divisi tersebut.
Pada akhirnya adalah penentuan performance measurement per level dan target
dan performance measurement yang ada.
Tahapan benikut yang ingin dicapai oleh PT X adalah mengembangi konsep
Balanced Scorecard ini berbasis teknologi informasi sehingga konsep ini lebih
berdaya guna sesuai dengan bisnis PT X.
Pada akhir penulisan ini, kesimpulan yang didapat di dalam analisa dan
pembahasan serta saran yang dirasa perlu untuk PT X dalam menyempurnakan
konsep penilaian kinerjanya.
"
2001
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Priyanto Hartadi
"Sebagai ibu kota serta pusat pemerintahan di Indonesia, Kota Jakarta berkembang cukup pesat menjadi kota yang cukup padat dan sibuk dengan tingginya aktivitas perjalanan orang. Lebih dari 300 mobil baru setiap harinya didaftarkan di DKI Jakarta jika rata-rata panjang mobil 3 meter, dalam sehari saja barisan mobil di jalanan Jakarta bertambah hampir satu kilometer. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dalam setahun mencapai 10 persen, sementara penambahan panjang jalan di Jakarta kurang dari 1 persen tiap tahunnya. Maka tidaklah mengherankan bila kemacetan di Jakarta semakin parah dari waktu ke waktu, bahkan diprediksikan dengan tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor saat ini, Jakarta akan macet total pada tahun 2014.
Kondisi ini menyebabkan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta semakin intensif membangun sejumlah moda transportasi umum, diantaranya Bus Rapid Transit (BRT) atau lebih dikenal dengan "busway" yang diluncurkan pertama kalinya pada tanggal 15 Januari 2004, dimana saat ini baru beroperasi untuk 3 koridor dari 15 koridor yang direncanakan. Tujuan proyek busway ini selain untuk menekan penggunaan mobil pribadi, busway juga diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pengguna angkutan umum. Sebab sebelum ini angkutan umum yang nyaman, terjadwal, cepat dan tepat waktu merupakan satu hal yang belum dimiliki oleh ibu kota republik yang berpenduduk 10 juta orang ini. Ketidaktersediaan angkutan umum seperti busway inilah yang menyebabkan masyarakat membeli kendaraan pribadi yang sebetulnya sangat tidak efisien dari segi biaya. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari Transjakarta, dalam upayanya untuk dapat menutup biaya operasionalisasinya sehingga sustainability dari transjakarta-busway ini bisa terjamin.
Hasil regresi dengan software eviews, didapatkan bahwa kenaikan 1 persen jumlah bus akan menaikkan pendapatan sebesar 0,87 persen, kenaikan 1 persen jumlah penumpang per bus akan menaikkan pendapatan sebesar 0,36 persen, kenaikan 1 persen gaji upah akan menurunkan pendapatan sebesar 3,51 persen, kenaikan 1 persen biaya operasi dan pemeliharaan akan menurunkan pendapatan sebesar 0,17 persen, kenaikan nilai tambah bruto 1 persen akan menaikkan pendapatan dari busway sebesar 0,79 persen. Peningkatan pelayanan adalah hal yang yang paling utama untuk menaikkan demand penumpang busway karena penumpang tidak bersedia jalan terlalu jauh menuju halte dan tidak bersedia menunggu terlalu lama di halte (tercermin dari value of travel time)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nely Indraningrum
"Perkembangan globalisasi telah melahirkan sebuah tananan dunia yang semakin kompleks. Kompleksitas ini menyebabkan perubahan kondisi lingkungan balk eksternal maupun internal sehingga mengharuskan seluruh komponen bangsa untuk mengadakan penyesuaian terhadap dinamika baru ini. Dinamika baru ini menyebabkan terjadinya reformasi nasional yang dipelopori oleh mahasiswa tahun 1998 yang mengakibatkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Sebagai salah satu komponen bangsa Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tidak dapat melepaskan diri clan dampak lingkungan strategis yang berpengaruh langsung terhadapnya sehingga hams mengadakan reposisi fungsi ABRI dalam kehidupan bangsa. Reposisi fungsi ABRI didasari atas pemikiran bahwa konsep dwifungsi ABRI sudah tidak relevan lagi dalam kehidupan bangsa. Hal ini disebabkan karena keberadaan ABRI dengan dwifungsinya telah menjadikan ABRI mendominasi hampir disemua sektor kehidupan dan cenderung bertindak berlebihan dalam menjalankan fungsi sosial politiknya.
Strategi reposisi fungsi ABRI berupa reformasi internal yang bertujuan mengembalikan ABRI sebagai kekuatan pertahanan negara secara utuh sehingga harus meninggalkan fungsi sosial politiknya. Dalam konsep pemasaran, dwifungsi ABRI menyebabkan positioning fungsi ABRI tidak jelas sehingga menimbulkan confused positioning karena terlalu banyak pecan yang dilakukan oleh ABRI.
Strategi reposisi fungsi ABRI merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah sosial di negeri ini. Penyelesaian masalah sosial pada umumnya menyangkut perubahan sosial (social change), sehingga strategi reposisi fungsi ABRI ini harus disosialisasikan dengan tujuan mentransformasikan pola pikir dengan harapan dapat merubah persepsi negatif dan rasyarakat. Akan tetapi walaupun strategi reposisi fungsi ABRI ini telah disosialisikan temyata masih ada anggapan negatif dari masyarakat dan mengatakan bahwa strategi reposisi ini dilakukan dengan setengah hati.
Upaya evaluasi strategi reposisi fungsi TNI ditinjau dari pemasaran sosial ini perlu dilakukan berkaitan dengan perubahan Cara pandang masyarakat terhadap organisasi TNI. Upaya ini akan memberikan masukan untuk penyempumaan program sosialisasi reposisi fungsi TNI kepada organisasi TNI.
Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa karena dianggap dapat mewakili kaum intelektual dan pelopor dari reformasi nasional adalah mahasiswa. Model rerangka konseptual mengenai reposisi ini belum ada namun pembuatan rerangka konseptual dalam penelitian ini diilhami oleh penelitian dari Adams (2000), Ries dan Trout (2002) serta Kartajaya (2001). Penelitian pendahuluan dilakukan untuk rnemperoleh validitas dan reabilitas sehubungan dengan tidak adanya model penelitian.
Penelitian ini mengukur persepsi mahasiswa sebelum reposisi dengan atribut yang mempengaruhi yaitu alat kekaaaan, sospol, kekaryaan dan bisnis dan sesudah reposisi dengan atribut yang mempengaruhi adalah alat negara, netral, non kekaryaan dan non bisnis. Metode analisis yang digunakan adalah perceptual map dan analisys factor. Metode ini dipilih karena dapat memberikan gambaran dimana posisi TNT dipersepsikan oleh mahasiswa dan variabel apa Baja yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat khususnya mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan persepsi mahasiswa secara signifikan, dimana pada masa Orde Baru TNT diposisikan belum berfokus pada fungsi pertahanan dan pada masa Orde Reformasi telah diposisikan sudah berfokus pada fungsi pertahanan. Perubahan ini sebetulnya diwarnai adanya momentum yang mempengaruhi pergeseran persepsi yang terjadi pads masa Presiden BJ Habibi, Presiden Abdurahman Wahid dan pada masa Presiden Megawati.
Ditinjau dari pemasaran sosial, walaupun telah berhasil merubah persepsi mahasiswa namun perlu adanya kajian lebih lanjut karena konsumen dari TNI sendiri adalah seluruh masyarakat, sehingga pendapat dari kelompok lain mungkin berbeda dengan kelompok mahasiswa. Hal ini didasarkan atas permasalahan yang muncul bahwa TNI melakukan reposisi dengan setengah hati. Dapat disimpulkan bahwa strategi reposisi yang dilakukan oleh TM belum berhasil merubah persepsi untuk kelompok lainnya. Untuk itu perlu adanya kajian lebih mendalam tentang fungsi TNI dimana yang akan datang berdasarkan atribut-atribut yang mempengaruhinya. Disamping itu juga perlu adanya program pemasaran sosial lanjutan untuk lebih mengenalkan sosok TM sehingga masyarakat sadar bahwa TM bukanlah sosok yang menakutkan tetapi merupakan salah satu komponen bangsa yang mempunyai peran dibidang pertahanan."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>