Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Ma'alika
"Penelitian ini menyelidiki dampak modal intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 hingga 2023. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi dan membandingkan model Value-Added Intellectual Capital (VAIC) tradisional oleh Pulic (2004) dengan model Adjusted-VAIC (A-VAIC) yang diusulkan oleh Nadeem et al. (2018). Studi ini mengkaji ukuran akuntansi (ROA, ROE, ATO) dan ukuran berbasis pasar (Tobin's Q) untuk menilai pengaruh modal intelektual. Dengan memanfaatkan data dari database Refinitiv dan laporan tahunan, analisis regresi berganda dilakukan pada sekitar 310 data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan, terutama di industri dengan modal intelektual tinggi (High-IC). Capital Employed Efficiency (CEE) secara konsisten menunjukkan pengaruh signifikan pada semua indikator kinerja keuangan untuk industri High-IC dalam kedua model VAIC dan A-VAIC. Namun, structural capital dan innovation capital juga menunjukkan tingkat signifikansi yang bervariasi di berbagai model dan jenis industri. Temuan ini menyoroti pentingnya mengelola dan memanfaatkan modal intelektual secara efisien untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga memberikan wawasan tentang dampak berbeda dari komponen modal intelektual di industri dengan modal intelektual tinggi versus rendah.

This research investigates the impact of intellectual capital on the financial performance of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2014 to 2023. It aims to validate and compare the traditional Value-Added Intellectual Capital (VAIC) model by Pulic (2004) with the Adjusted-VAIC (A-VAIC) model proposed by Nadeem et al. (2018). The study examines both accounting measures (ROA, ROE, ATO) and market-based measures (Tobin's Q) to assess the influence of intellectual capital. Utilizing data from the Refinitiv database and annual reports, multiple regression analyses were conducted on approximately 310 data points. The results indicate that intellectual capital significantly affects financial performance, particularly in high intellectual capital (High-IC) industries. Capital Employed Efficiency (CEE) consistently shows significant influence across all financial performance indicators for High-IC industries in both VAIC and A-VAIC models. However, structural capital and innovation capital display varying levels of significance across different models and industry types. The findings highlight the importance of managing and utilizing intellectual capital efficiently to enhance firm value. The study also provides insights into the differential impacts of intellectual capital components in high versus low intellectual capital industries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Yusuf Aiyubi
"Industri perbankan sangat erat kaitannya dengan fenomena perubahan dunia mulai dari demografi hingga ekonomi yang tentu membuat perbankan harus selalu dinamis. Perbankan saat ini memiliki beberapa sumber pendapatan yang dapat dimanfaatkan selain atas aktivitas intermediasi yaitu aktivitas komisi sebagai bentuk diversifikasi dengan bantuan teknologi. Sehingga menarik untuk teliti faktor apa saja yang menjadi pendorong diversifikasi bank. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan variabel independen yang merupakan komponen Intellectual Capital dari sisi Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency dan Capital Employed Efficiency. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Human Capital Efficiency berpengaruh kepada strategi diversifikasi pendapatan tetapi tidak pada diversifikasi aset, untuk Structural Capital Efficiency berpengaruh kepada strategi diversifikasi pendapatan tetapi tidak pada diversifikasi aset dan terakhir pada Capital Employed Efficiency berpengaruh kepada strategi diversifikasi aset tetapi tidak pada diversifikasi pendapatan.

The banking industry is very closely related to the phenomenon of world modernization, starting from demographics to the economy which certainly makes banks must always be dynamic as a business. Banking currently has several sources of income that can be utilized in addition to intermediation activities, namely fee based income activity as a form of diversification with the optimization of technology. Moreover, it is interesting to examine what factors are driving the diversification of the bank. Furthermore, this study uses an independent variable which is a component of Intellectual Capital in terms of Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency. The results of this study indicate that Human Capital Efficiency affects the strategy of income diversification but not on asset diversification, for Structural Capital Efficiency affects the strategy of income diversification but not on asset diversification and finally on Capital Employed Efficiency affects the strategy of asset diversification but not on income diversification."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almer Sad
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh antara modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Proksi untuk modal intelektual pada penelitian ini adalah human capital efficiency (HCE), capital employed efficiency (CEE), dan structural capital efficiency (SCE) yang dikalkulasi menggunakan model Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Sementara untuk kinerja keuangan perusahaan, proksi yang digunakan adalah indikator kinerja keuangan return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan asset turnover (ATO). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tercatat di Indeks KOMPAS100 Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019 dengan teknik penarikan sampel purposive sampling. Data pada penelitian ini merupakan data panel, yaitu terdiri dari time series dan cross section. Penelitian ini memiliki 6 model yaitu adanya perbedaan pada variabel dependen dan independennya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel modal intelektual dengan proksi VAIC terhadap indikator kinerja keuangan ROA, variabel modal intelektual dengan proksi HCE terhadap indikator kinerja keuangan ATO, variabel modal intelektual dengan proksi CEE terhadap seluruh indikator kinerja keuangan (ROA, ROE, dan ATO).

This study aims to analyze the influence of intellectual capital on company financial performance. Proxies for intellectual capital in this study are human capital efficiency (HCE), capital employed efficiency (CEE), and structural capital efficiency (SCE) which are calculated using the Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) model. Meanwhile, for the company's financial performance, the proxies used are the financial performance indicators of return on assets (ROA), return on equity (ROE), and asset turnover (ATO). This study uses a sample of companies listed on the Indonesian Stock Exchange KOMPAS100 Index 2010-2019 with a purposive sampling technique. The data in this study is panel data, consisting of time series and cross section. This study has 6 models, namely the differences in the dependent and independent variables. The results of this study indicate that there is a significant influence between the intellectual capital variable and the VAIC proxy on the ROA financial performance indicator, the intellectual capital variable with the HCE proxy on the ATO financial performance indicator, the intellectual capital variable with the CEE proxy on all financial performance indicators (ROA, ROE, and ATO)."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Buana
"Prinsip-prinsip Pemerintahan Wirausaha (Reinventing Government) telah banyak dianut dan diterapkan oleh institusi-institusi pemerintahan di dunia, mulai dari Amerika Serikat hingga Indonesia, tidak terkecuali Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tindak lanjut yang dilakukan oleh DJP adalah perumusan Visi, Misi dan Strategi DJP yang mulai disosialisasikan sejak awal tahun 2000.
Satu hal yang menonjol dari prinsip-prinsip tersebut adalah kesadaran untuk mulai menggunakan standar prestasi atau kinerja organisasi yang mulai nyata. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah adanya pertanggungjawaban dan pengendalian dalam pencapaian standar kinerja tersebut. Salah satu ukuran yang perlu diperhatikan, selain memperhitungkan target penerimaan pajak, juga memperhitungkan aspek efisiensi pemeriksaan pajak.
Dalam tesis ini akan dievaluasi bagaimana penerapan aspek efisiensi pemeriksaan pajak yang dilaksanakan oleh Karikpa Jayapura. Disadari begitu banyak faktor eksternal (geografi, penduduk, ekonomi) yang mempengaruhi kinerja organisasi selain kondisi internal dari Karikpa Jayapura itu sendiri bagaimana relevansi dari kebijakan tersebut. Sementara di pihak lain betapa semakin beratnya target yang harus dicapai demi penerimaan negara dengan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengujinya, diperlukan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan pajak terhadap hasil koreksi pajak yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan, secara keseluruhan, proses pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Karikpa Jayapura telah memenuhi prinsip efisiensi. Tetapi apabila dianalisis per pemeriksaan pajak, masih cukup banyak pemeriksaan yang tidak menghasilkan koreksi pajak yang signifikan.
Berdasar hasil penelitian tersebut, sekalipun Karikpa Jayapura merupakan instansi pemerintahan, karenanya sangat dimungkinkan bersifat birokratis, harus tetap mencari solusi dan strategi agar selain penerimaan pajak yang dihasilkan semakin meningkat juga tingkat efisiensinya semakin meningkat. Untuk itu diperlukan adanya pengendalian dari intitusi tersebut."
2001
T955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlisa Arfani
"Industri perdagangan berjangka (futures trading) telah disahkan sejak 15 Desember 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), merupakan salah satu sektor ekonomi yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi. Hingga saat ini BBJ telah memperdagangkan Kontrak Berjangka Kopi, Olein, CPO, Emas, dan Kontrak Bergulir Emas (khusus untuk kontrak kopi dan CPO telah dihentikan sementara perdagangannya sejak Januari 2002).
Salah satu ujung tombak untuk mensukseskan perdagangan berjangka adalah perusahaan pialang berjangka (selanjutnya disebut pialang), yang mengenalkan dan memasarkan kontrak-kontrak tersebut kepada para investor (nasabah). Oleh karena itu, pembinaan di kalangan pialang perlu dilaksanakan antara lain dengan melakukan pengukuran kinerja dan internal benchmarking.
Pengukuran kinerja pialang yang bergerak di bidang jasa dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam meningkatkan kinerja secara bersama-sama hingga saat ini belum memiliki format yang baku, sebagaimana layaknya pengukuran kinerja di perusahaan yang menghasilkan produk. Di samping itu, mengingat usia perdagangan berjangka yang relatif masih muda, praktek-praktek dan strategi pialang yang terbukti mampu meningkatkan kinerja pialang masih sedikit dan sulit ditemukan.
Pengukuran kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengukuran efisiensi relatif. Organisasi dikatakan memiliki kinerja terbaik apabila memiliki efisiensi teknis sebesar 100 %, sedangkan organisasi yang memiliki efisiensi teknis dibawahnya berarti kinerja organisasi tersebut dinilai berdasarkan persentase dan efisiensi organisasi yang memiliki efisiensi terbaik. Dengan demikian para pialang dapat mengetahui gambaran yang tepat tentang tingkat efisiensinya dibandingkan dengan efisiensi pialang lainnya.
Pengukuran efisiensi relatif para pialang menggunakan metoda non parametrik (Data Envelopment Analysis - DEA), yaitu dengan membandingkan masukan dengan hasil yang dicapai oleh masing-masing pialang. Variabel input dan output yang akan dianalisis merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pialang dalam memasarkan kontrak berjangka pada tahun 2002, yang sebelumnya diuji dengan Analisis Faktor untuk menentukan variabel input dan output yang benar-benar memberikan pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini.
Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, terdapat tiga pialang yang sudah efisien (J,K,L), empat pialang (E,H,B,F) yang memiliki skor efisiensi antara 95% - 75%, empat pialang lainnya (G,D,A,C) memiliki skor efisiensi di antara 75% - 50%, dan terdapat satu pialang yang memiliki skor efisiensi di bawah 50% yang menunjukkan kinerjanya sangat kurang dibanding yang lainnya.
Kinerja pialang dikatakan efisien apabila ia memiliki simple efficiency score (Epp) sebesar 100%. Sedangkan pialang terbaik (best-practice) adalah pialang efisien yang memiliki nilai Cp terbesar tetapi memiliki nilai FP1 terkecil. Hal ini berarti pialang tersebut telah menggunakan sumber daya internalnya secara maksimal untuk mendapatkan output yang optimal dibandingkan pialang lainnya ditinjau dari self appraisal maupun peer appraisal.
Setelah diperoleh pialang yang paling baik kinerjanya dan cocok untuk dijadikan benchmark dengan efisiensi terbaik (best-practice), selanjutnya dilakukan proses benchmarking. Praktek-praktek terbaik yang diterapkan pialang tersebut (dalam penelitian ini adalah pialang L) dijadikan acuan oleh pialang lain yang kurang efisien untuk diimplementasikan di lingkungan kerjanya sesuai dengan budaya perusahaan, kondisi dan karakteristik dari pialang tersebut. Dengan demikian diharapkan kinerja para pialang dapat ditingkatkan secara bersama-sama dalam waktu yang relatif lebih singkat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Mas`idah
"ABSTRAK
Dalam dekade 1990 an manajemen pemasaran dikenal sebagai era micromarketing atau super segmental. Hal ini disebabkan karena masyarakatnya yang heterogen. Tentunya kondisi demikian mendorong lajunya needs atau wants konsumen yang komplek. Sehingga perlu penataan manajemen pamasaran yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Disisi lain, perlunya menyadari bahwa suatu perusahaan memiliki keterbatasan baik material, sumber daya manusia ataupun waktu / energi dalam memenuhi needs & wants tersebut. Sehingga konsep membagi pasar menjadi sub-sub pasar atau pasar target akan menjadi sangat relevan untuk memenuhi needs atau wants konsumen yang semakin heterogen. Agar lebih efektif maupun efisien maka perlu mengetahui segmen yang potensial sehingga diperlukan suatu riset manajemen pemasaran tentang "Penetapan segmentasi yang potensial sebagai faktor strategi pemasaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran".
Langkah riset ini adalah merumuskan permasalahan dengan menetapkan tujuan yang hendak diambil. Selanjutnya melakukan riset lapangan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang diperlukan. Data-data yang dihasilkan diolah menggunakan tool Analisa Conjoint dan Regresi. Hasil pengolahan data tersebut dianalisa untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil akhir inilah yang digunakan sebagai strategi dalam melakukan pemasaran .
Berdasarkan dari hasil analisa baik dari grafik maupun hasil tes signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap nilai penjualan maka segmen konsumen pasar yang potensial adalah segmen dengan tingkat ekonomi menengah.
Sedang segmen dari segi needs atau wants konsumen dapat terbagi dalam sembilan segmen, dimana segmen .produk yang potensial adalah konsumen yang paling sutra memakai batik dari jenis bahan dari sutera dengan tingkat kenyamanan dingin dan dengan harga murah. Namun secara keseluruhan tingkat kenyamanan adalah faktor terpenting dalam pemilihan batik.
Jadi faktor strategi pemasaran yang efektif dan efisien adalah dengan menetapkan segmen konsumen pasar dengan kelas ekonomi menengah yang memiliki needs & wants batik dengan kombinasi atribut dari jenis bahan terbuat dari sutera, dipakai dingin dan harganya murah. Secara keseluruhan tingkat kenyamanan adalah merupakan faktor terpenting dalam pemilihan batik. Segmen inilah yang semestinya dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan program pemasaran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisa perkembangan produktivitas, efisiensi, dan kemajuan teknologi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada industri alat angkutan (ISIC 384). Adapun model yang digunakan adalah mengunakan fungsi produksi meta. Dalam studi ini, industri alat angkutan dinnci menurut wilayah, yang mana terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dari hasil studi ini, ternyata hipotesa, fungsi produksi bersifat non homotetik, tidak bersifat constant return to scale, dan kemajuan teknologi tidak bersifat natal secara nyata terbukti. Hipotesa produktivitas tenaga kerja, efisiensi pada tahun dasar dan laju pertumbuhan efisiensi input dan output industri alat angkutan di DKI Jakarta terbaik, di tolak.
Laju pertumbuhan efisiensi modal antar wilayah bervariasi namun sama-sama mengalami penurunan kualitas input kapital. Di sisi lain untuk input tenaga kerja ada kecenderungan peningkatan efisiensinya, dengan laju yang cukup berbeda.
Sementara itu, tingkat efisiensi dan laju efisiensi outputnya antar wilayah sama dengan wilayah base, yaitu sebesar satu kecuali Jawa Barat, di mana tingkat efisiensi output pada tahun dasar terlalu tinggi. Adapun laju pertumbuhan efisiensi output sebesar 1,099 untuk semua wilayah, kecuali Jawa barat (-1,98). Hal ini kemungkinan dikarenakan tidak dapat diterapakan secara penuh model fungsi produksi meta pada studi ini.
Hasil estimasi menunjukan bahwa, elastisitas modal dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kualitas barang modal, peningkatan teknologi serta tenaga kerja dan penambahan modal justru akan menurunkan elastisitas modal. Kecuali untuk. industri di Jawa Barat, ternyata teknologi berpengaruh negatif terhadap peningkatan elastisitas modal. Positifnya peranan teknologi terhadap elastisitas output terhadap modal, kecuali Jawa Barat berarti bahwa hipotesa teknologi berperan positif terhadap elastisitas output terhadap modal, terbukti. Namun hipotesa yang sama tidak berlaku pada elastisitas output terhadap tenaga kerja industri alat angkutan di semua wilayah studi. Di mana kemajuan teknologi berpengaruh negatif terhadap peningkatan elastisitas tenaga kerja di semua wilayah studi.
Nilai skala usaha secara umum berbeda antar daerah dan ada kecenderungan membaik. Pada industri alat angkutan yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur tampak gejala increasing return to scale, kecuali untuk industri alat angkutan di Jawa Barat sejak tahun 1989-1992 mengalami kemunduran.
Produktivitas marjinal modal industri alat angkutan bervariasi namun secara umum rendah bahkan negatif, kecuali Jawa Tengah mendekati satu. Kemajuan teknologi berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas marjinal modal dan berpengaruh negatif terhadap produktivitas marjinal tenaga kerja. Negatifnya peranan teknologi tergadap produktivitas marjinal tenaga kerja berarti menolak hipotesa yang mengutakan bahwa teknologi berperan positif terhadap produktivitas marjinal tenaga kerja. Sebaliknya hipotesa tersebut terbukti pada produktivitas marjinal modal, kecuati industri yang sama di Jawa Barat. Di mana teknologi berpengaruh negatif terhadap produktivitas marjinal modalnya.
Bila pasar indutri alat angkutan diasumsikan persaingan sempurna, maka produktivitas marjinal tenaga kerja mencerminkan balas jasa yang harus diterima oleh tenaga kerja. Dari hasil estimasi yang berdasarkan harga konstan 1983, ternyata tingkat upah yang diterima tenaga kerja meskipun mengalami kenaikan tidak sebanding dengan sumbangan mereka terhadap nilai tambah outputnya.
Efisiensi secara keseluruhan industri alat angkutan di semua wilayah studi dapat dilihat dari kemajuan teknologinya (laju pertumbuhan total faktor produktivitasnya). Hasil empiris dari studi ini menunjukan bahwa industri alat angkutan di DKI Jakarta ada kecenderungan makin menurunnya laju kemajuan teknologi, begitu pula di Jawa Barat, bahkan cenderung negatif. Hal ini kemungkinan mencerminkan adanya peningkatan inefisiensi pada industri alat angkutan di kedua wilayah tersebut. Namun di Jawa Tengah dan Jawa Timer, meskipun pada awalnya kemajuan teknologinya negatif, namun ada kecenderungan meningkat dengan arah positif. Hipotesa yang mengatakan kemajuan teknologi industri alat angkutan semakin membaik dengan berjalannya waktu hanya terbukti untuk industri yang sama di Jawa Tengah dan Jawa Timut.
Dari basil estimasi fungsi produksi meta pada studi ini, ternyata industri alat angkutan di semua wilayah studi bersifat hemat modal (capital saving) dengan kata lain lebih baik bersifat padat karya.
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama periode studi, maka dapat disarankan beberapa langkah kebijakan yang harus dilakukan pada industri alat angkutan. Agar sumberdaya yang ada dapat digunakan secara optimal, penempatan sumber daya tersebut harus dipilih pada industri alat angkutan yang paling besar manfaat sosialnya. Dari sisi produksi, manfaat tersebut dapat dilihat dari nilai produktivitas marjinal inputnya. Untuk industri alat angkutan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur akan lebih baik meningkatkan kualitas input modal, efisiensi, kualitas tenaga kerja ketimbang memperbesar atau menambah barang modalnya. Sementara itu untuk industri yang sama di Jawa Tengah masih dapat menambah barang modal yang tentunya harus sesuai dengan kebutuhan serta lingkungannya.
Namun secara umum, industri alat angkutan di semua wilayah studi harus meningkatkan kemampuan serta ketrampilan sumberdaya manusianya agar seirama dengan derap kemajuan teknologi pada sub-sektor tersebut. Dengan demikian jelas bahwa tingkat pendidikan dan keahlian merupakan faktor penting. Tanpa persedian teknisi terlatih, insinyur, dan ilmuwan murni, maka sulit bagi industri alat angkutan kita mengoptimalkan pengunaan teknologi moderen.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbaikan manejemen serta peningkatan dana R&D agar proses alih teknologi dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, industri alat angkutan Indonesia harus berorientasi ekspor agar dapat mengotimalkan pengunaan teknologi yang ada dalam upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanan Tribuana
"Sejak diberlakukannya UU 19/1960 dimana ditentukan hanya ada satu kategori perusahaan milik negara pemerintah telah melakukan beberapa langkah restrukturisasi BUMN. Langkah mendasar pertama adalah pengklasifikasian perusahaan negara berdasarkan sifat dan fungsi kegiatanya menjadi Perjan Perum dan Persero yang dituangkan dalam UU 9/1969. Langkah perbaikan berikutnya adalah mengenai Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN yag tertuang dalam Inpres No. 5/1988 dan ditindak lanjuti dengan SK Menkeu No. 740/1989 dan No. 741/1989 mengenai ketentuan-ketentuan peningkatan efisiensi dan produktifitas yang didalamnya termasuk satu sistem evaluasi kinerja.
Sementara itu perbaikan institusional usaha penyediaan tenaga listrik dimulai tahun 1972 dengan terbitnya PP No. 18/1972 tentang perusahaan umum listrik negara. Perbaikan berikutnya terjadi tahun 1994 mengenai perubahan status PLN dari Perum menjadi Persero berdasarkan PP No. 23/1994. Dengan perubahan status tersebut PLN tidak lagi mempunyai tugas pemerintahan tetapi fungsi PLN berubah menjadi menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus meraih keuntungan berdasarkan prinsif pengelolaan perusahaan.
Studi ini mengukur indeks efisiensi teknik dan indeks efisiensi biaya usaha penyediaan tenaga listrik sebelum dan sesudah perubahan status hukum PLN menjadi persero. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur indeks efisiensi adalah dengan menguji fungsi produksi maupun fungsi biaya penyediaan tenaga listrik oleh PLN.
Hasil studi menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 10% efisiensi PLN secara teknik memang telah berubah signifikan sedangkan secara biaya tidak ada perbedaan. Diantara faktor yang mempengaruhi indeks efisiensi teknik adalah ukuran unit pembangkit rata-rata faktor kapasitas rasio elektrifikasi dan porsi pembangkit termal.
Selanjutnya efisiensi biaya sangat dipengaruhi oleh harga jual (tarif) listrik rata-rata harga satuan bahan bakar minyak rata-rata dan harga pembelian listrik swasta.
Berdasarkan hasil kajian tersebut maka apabila efisiensi teknik maupun efisiensi biaya PLN ingin lebih ditingkatkan di masa datang hal-hal berikut perlu dilakukan: (i) ukuran unit pembangkit rata-rata (average unit size) perlu diperbesar (ii) faktor kapasitas (capasity factor) perlu dinaikkan (iii) porsi pembangkit termal (thermal generation share) perlu dikurangi (iV) program sosial listrik pedesaan (rasio elektrifikasi) perlu ada pemisahan yang tegas antara misi sosial dan misi bisnis perusahaan (v) harga jual (tarif) listrik perlu disesuaian pada nilai keekonomiannya (Vi) harga pembelian bahan bakar minyak perlu dicari alternatif pasokan dari pasar internasional guna menekan harga pembeliannya yang selama ini dipasok oleh Pertamina (Vi) harga pembelian listrik swasta perlu dinegosiasi ulang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Arumwati S.
"Kehadiran BUMN yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, telah menjadikannya sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Keberhasilan yang telah dicapainya ditunjukan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kemakmuran secara nasional. Tetapi akhir-akhir ini keberadaan badan usaha tersebut mulai diperdebatkan, karena dianggap tidak sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Selain itu kegiatannya yang juga dianggap tidak transparan dan tidak efisien dianggap hanya menghamburhamburkan keuangan negara saja.
Adanya perubahan global yang terjadi diseluruh dunia, yang diikuti oleh liberalisasi (keterbukaan) dalam bidang ekonomi, menyebabkan terjadinya persaingan baru antar negara didunia. Dengan semakin terbukanya sistem ekonomi dunia tersebut menjadi tuntutan bagi BUMN untuk mampu melakukan persaingan usaha. Persaingan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa publik ini akan menjadi semakin berat, karena munculnya produk-produk baru dengan kualitas tinggi bahkan dengan harga lebih murah. Dapat dipastikan bahwa produk negara maju akan merajai pasar karena keunggulan yang dimilikinya baik dalam hal mutu, harga maupun teknologinya.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa usaha BUMN memang tidak mengikuti mekanisme pasar, disebabkan campur tangan pemerintah yang terlalu kuat dalam pengaturan manajemen BUMN. Intervensi yang diberikan dalam bentuk proteksi maupun fasilitas lainnya, telah menjadikan BUMN bekerja secara tidak efisien dan tidak profesianal. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi BUMN tersebut, adalah dengan melakukan "Swastanisasi" (privatisasi).
Swastanisasi yang dikemukakan oleh Savas dalam bukunya: "Privatization, The key to Better Government" merupakan paradigma baru mengenai perlunya pengurangan peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi serta lebih meningkatkan peran swasta. Melihat phenomena yang terjadi, maka diperlukan strategi baru bagi pengembangan produk BUMN untuk mampu melakukan persaingan dengan produk asing. Salah satu strategi yang diperlukan adalah dengan meningkatkan produktivitas maupun efisiensi perusahaan. Dengan kedua ukuran tersebut dapat diketahui kemampuan BUMN dalam melakukan efisiensi.
Dari hasil pengukuran menunjukan bahwa beberapa BUMN beroperasi secara tidak efisien. Maka untuk meningkatkan efisiensi tersebut diperlukan langkah konkrit bagi pembenahan manajemen BUMN secara menyeluruh dan secara terus menerus, baik dalam organisasi, manajemen, Sumter Daya Manusia, teknologi, harga, kualitas produk, dan mekanisme pasar. Dengan efisiensi tinggi diharapkan BUMN mampu melakukan persaingan pasar secara lebih kompetitif.
Swastanisasi yang harus diikuti oleh peningkatan efisiensi perlu memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu: pertama, sejauh mana swastanisasi sudah perlu dilakukan; kedua, BUMN mana yang sudah siap untuk siswastakan; dan ketiga, bagaimana bentuk kepemilikan dan status badan usaha yang sesuai.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasannudin A.H.
"ABSTRAK
Dalam memasuki era globalisasi dimana persaingan antar rumah sakit semakin ketat, maka pembiayaan rumah sakit menjadi penting, yang mana berkaitan dengan tarif rumah sakit. Hal ini juga penting bagi rumah sakit swadana yang akan mengalami pengurangan subsidi anggaran dan menuju kearah rumah sakit mandiri.
Demikian juga dengan adanya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan alat canggih menyebabkan biaya operasional pemeliharaan rumah sakit khususnya listrik semakin meningkat. Salah satu peralatan yang cukup banyak menyerap penggunaan daya listrik tersebut adalah Air Conditioner (AC).
Termasuk AC sentral yang berkapasitas besar. Untuk dapat menekan pembiayaan listrik tersebut diperlukan efisiensi dalam menjalankan peralatan tersebut.
Sehubungan dengan itu maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efisiensi penggunaan AC sentral di RSUD Koja dan upaya penghematan biaya listriknya.
Telah dilakukan penelitian pada bagian Seksi Keuangan, Instalasi Bedah Sentral dan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit ( IPSRS) RSUD Koja.
Responden dari penelitian ini adalah Kepala Seksi Keuangan, Kepala Instalasi Bedah Sentral dan Staf IPSRS bagian AC.
Pengumpulan data dengan tehnik wawancara dan telaah dokumen. Analisa data primer dilakukan secara kualitatif dan analisa data sekunder secara kuantitatif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan AC sentral di RSUD Koja belum efisien yang disebabkan beberapa faktor yang berhubungan dengan biaya tetap listrik yaitu penempatan karakteristik AC sentral yang kurang sesuai dengan fungsi ruang dan bagian bedah darurat dan pemanfaatan untuk Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Darurat yang mempunyai waktu kerja yang berbeda sehingga menyebabkan AC sentral harus berfungsi selama 24 jam. Selain itu masih ada ruang bedah Instalasi Bedah Sentral yang belum termanfaatkan secara optimal, serta pemeliharaan AC sentral yang belum optimal, sedangkan faktor yang berhubungan dengan biaya tidak tetap listrik adalah prosedur penjadwalan operasi dan penerapan standar waktu operasi yang perlu ditingkatkan lagi.
Inefisiensi penggunaan AC sentral ini juga tampak dengan adanya perkiraan penghematan biaya listrik yang bisa didapat dengan melakukan perubahan penempatan AC sentral.
Agar penggunaan AC sentral lebih efisien dan dapat dilakukan penghematan biaya listriknya, maka sebaiknya dilakukan perubahan penempatan AC sentral untuk Instalasi Bedah Sentral yang waktu kerjanya tertentu dan AC Split Duct yang berasal dari Instalasi Bedah Sentral untuk bagian bedah darurat. IPSRS melakukan pemeliharaan AC sentral yang baik dengan mematikan Chiller AC sentral dan kompresor AC Split Duct diluar waktu penggunaan melalui pengaturan dengan menggunakan peralatan BAS serta melakukan pemantauan kebocoran ducting dengan pemasangan manometer. Pemadatan jadwal dan evaluasi standar waktu operasi perlu dilakukan untuk dapat mengurangi penggunaan daya listrik dan biayariya. Sistem informasi biaya perlu ditingkatkan dengan perbaikan manajemen keuangan khususnya akuntansi melalui pelatihan tenaga keuangan yang ada serta untuk pendelegasian wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasi dan melaksanakan upaya tersebut perlu dibentuk Komite Efisiensi dan Penghematan Biaya.

ABSTRACT
Technical Analysis on the Efficiency of the Use of Electricity for Central Air Conditioning at RSUD (Hospital) KojaEntering the global era where rivalry among hospitals is getting tight, the hospital costs is important connected with the hospital tariff. This matter is important for self funding hospitals which will get decreased subsidy in funds is to be independent.
The social demands for the services of sophisticated equipments cause the increase in hospital operational costs especially for electricity. One of the equipments using high electrical power is the AC, including the central AC of high capacity. In order to cut down the electrical costs it is necessary to be efficient in operating the equipment.
In connection with the above, this research is to analyze the efficiency of the use of the central AC at the RSUD Koja and in an effort of cutting the electrical costs.
A research has been carried on at the Financial section, the Central Surgey Installation and the Installation of Hospital Maintenance of RSUD Koja.
The respondents of the research are the Head of the Financial Installation, the Head of the Central Surgery and the Staff of the Installation of the Hopital Maintenance AC section.
The method used to compile data is by technical interview and by documentary examination. The analysis on primary data is carried out qualitatively and the secondary data is carried out quantitatively.
It is concluded that the use of central AC at RSUD Koja is not efficient which is caused by several factors connected with the regular costs for electricity i.e. the characteristic placement of the central AC unsuitable for the room and the emergency surgery and the use for the Installation of Central Surgery and Emergency Surgery which have different working hours so that the central AC must be in function for 24 hours. Besides, there is a surgery of the Installation of Central Surgery which is not used optimally, for the AC upkeep central haven't been optimal, whereas the factor connected with the regular electrical costs is the procedure of the schedule for surgery and the implementation of the operational standard time has to be enhanced.
The inefficiency of the use of the central AC is visible by an estimate of economical costs by the alteration of the placement of the central AC.
In order that the use of the central AC is more efficient and a reduce in the electrical costs, it is suggested to alter the placement of the central for the Central Surgery Installation with definite working hours and AC Split Duct from the installation of the Central Surgery for the emergency surgery. The Maintenance section IPRS has carried out good maintanance on the central AC by switching off the Central AC Chiller and the compressor of the AC Split Duct at the unscheduled time by using the BAS and by monitoring ducting leakage with manometer installation. The compact schedule and standard evaluation is deemed necessary to decrease the use of electrical power and the costs. The information system on the cost is to be enhanced by better financial management especially the accounting by training of the present financial staff to delegate the authority and responsibility in coordination and carry out the said effort it is necessary to appoint a Committee for Efficiency and to economize costs."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>