Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sediadi
"ABSTRAK
Untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap struktur komunitas fitoplankton pada musim kemarau di perairan Teluk Ambon telah dilakukan sampling harian selama 30 had dan bulan Januari-Februari 1996 dengan waktu yang tetap, yaitu antara 08.00-10.00 WIT di tiga titik stasiun pengamatan. Parameter lingkungan yang diamati adalah kandungan klorofil-a, suhu perairan, salinitas, fosfat, nitrat, nitrit, oksigen, pH dan turbiditas. Sampling pertama ini diambil pada kedalaman 5 m. Sampling kedua di lima titik pengamatan di perairan Teluk Ambon Dalam, sebanyak empat kali pengamatan dari permukaan sampai kedalaman 20 m.
Analisis data menggunakan statistik multivariabel, yaitu berdasarkan analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan analisis faktorial koresponden (Correspondent Analysis). Data sekunder diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, a.l. curah hujan dan prosentase intensitas penyinaran matahari.
Pada saat pengamatan, faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi struktur komunitas fitoplankton di perairan Teluk Ambon adalah curah hujan. Fitoplankton yang mendominasi adalah dari kelompok diatom marga Chaetoceros. Struktur komunitas fitoplankton baik sebaran secara mendatar (horizontal distribution) dan sebaran tegak (vertical distribution) mempunyai keanekaragaman yang tinggi akibat dinamisnya pergerakan massa air karena pengaruh pasang-surut harian dari Laut Banda. Perairan Teluk Ambon Dalam sangat peka terhadap pengaruh sedimentasi dan pencemaran, untuk itu diperlukan suatu pencegahan pembuangan limbah dan pembukaan lahan secara rasional.

ABSTRACT
Ambon Bay is located in the Island of Ambon in the Molluccas. The Bay has a unique oceanographic environment. It has a shallow nentic inner bay (IAB) and a deep oceanic outer bay (0AB), which is strongly influenced by the Banda Sea. The OAB and The lAB are separated by a narrow sill of 15 m depth.
Multivariate Analysis of Community Structure of Phytoplankton And Related Environmental Factors in Ambon Bay. Daily sampling of phytoplankton and enviromental data were carried out at three stations from January to February 1996, between 08.00 to 10.00 p.m., at 5 m depth. The environmental parameters were observed, such as temperature, salinity, phosphate, nitrate, nitrite, dissolved oxygen, pH and turbidity. In dry season, the community structure of phytoplankton in the Ambon Bay water was dominated by diatoms, such as the genera of Chaetoceros, Nifszchia, Rhisozolenia and Bacteriastrum. The abundance of phytoplankton ranged from 1.0 x 102 to 61.350 x 103 cell L-'. Daily fluctuations of phytoplankton diversities were high and diversities among stations were significantly different (p<0.05).
Hydrological conditions in The Ambon Bay were varied. Water temperature ranged from 27.60 to 30.50 °C, salinity ranged from 30 to 32 %, dissolved oxygen ranged from 4.28 to 4.37 ml concentration of phosphate ranged from 0.5 to 1.0 µg at. P04 ?P concentration of nitrate ranged from 0.1 to 1.5 µg at. N03-N L', concentration of nitrite ranged from 0.1 to 0.7 µg at. N02 -N L'', and pH ranged from 6.2 to 7.2. The highest rain fall was recorded at first observation (43.1 mm). The percentage of sun shine ranged from 8 to 100 %. The turbidities ranged from 0.12 to 1.98 NTU. Multivariate analysis shows that rain, turbidity and temperature influenced the community structure of phytoplankton.
Spatial Distribution of Chlorophyll-a And Community Structure of Phytoplankton in Inner Ambon Bay. Weekly sampling of phytoplankton and chlorophyll-a were carried out from January to February 1996, from the surface, 5, 10, 15 and 20 m depth at five stations. The abundance of phytoplankton from the surface to 20 m depth, ranged from 4.5 x 102 to 40.140 x 103 cell Six species of phytoplankton were identified, namely Chaetoceros diversum, Dytilum sot, Liptocylidricus danicus, Nitszchia pacifrca, Plantoniella so! and Noctiluca scinti/ans. Vertical distribution of phytoplankton diversities were heterogeneous. Concentration of chlorophyll-a from the surface to subsurface ranged from 0.196 to 5.044 mg m'. It seems that vertical distribution of chlorophyll-a did not correspond with the abundance of phytoplankton. The abundance of phytoplankton in the Inner Ambon Bay was strongly influenced by the daily tide.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Mufidah
"ABSTRAK
Penelitian mengenai lichen dilakukan di lingkungan kampus Universitas Indonesia, Depok pada Agustus 2015 -- Januari 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan struktur komunitas lichen di Universitas Indonesia, Depok. Tujuh plot 25 x 25 m dibuat di hutan kota dan sembilan garis transek masing-masing sepanjang 50 m dibuat di jalan utama kampus. Lima pohon dipilih pada setiap titik plot dan transek garis sebagai sampel. Sampel diambil dari pohon dengan DBH (Diameter at Breast Height) minimal 20 cm dengan jaring plastik 10 cm x 10 cm yang melekat di utara, selatan, timur, dan barat sisi batang pohon. Jaring plastik dibagi menjadi 100 kotak persegi, kemudian ditempel pada pohon dengan ketinggian yang berbeda (0 cm -- 100 cm dan 100 cm -- 200 cm) dari permukaan tanah. Hasilnya diperoleh tiga famili lichen yang ditemukan di hutan kota yaitu, Leprariaceae, Sarrameanaceae dan Physciaceae dan lima famili lichen di jalan utama kampus yaitu, Sarrameanaceae, Parmeliaceae, Leprariaceae, Graphidaceae dan Physciaceae. Kesamaan famili lichen antara hutan kota dan jalan utama kampus berdasarkan Indeks Sorenson sebesar 75%. Famili Leprariaceae adalah famili yang dominan di hutan kota, sementara Sarrameanaceae adalah famili yang dominan di jalan utama kampus. Keragaman lichen kedua lokasi dikategorikan sedang berdasarkan Indeks Shannon Wiener (H '1--3), namun tidak ada yang berbeda secara signifikan di antara kedua tempat tersebut. Famili Leprariaceae memiliki frekuensi kehadiran tertinggi pada pohon inang yaitu pohon daruak (Microcos tomentosa) sebesar 7,5%. Berdasarkan uji asosiasi (x2) antara tekstur kulit pohon dengan lichen menunjukkan asosiasi positif antara tekstur kulit pohon dengan lichen. Kehadiran famili Sarrameanaceae, Leprariaceae, Graphidaceae dan Physciaceae dipengaruhi oleh tekstur kulit pohon inang sedikit kasar.

ABSTRACT
Research on lichens was conducted at the Universitas Indonesia, Depok on August 2015 -- January 2016. The aim of this research is to determine community structur of lichen at the Universitas Indonesia, Depok. Seven plots of 25 x 25 m2 were made at the urban forest, while nine of 50 m line transect were made at the main road. Five trees of each plots and line transect were sampled. The samples were taken from trees with DBH (Diameter at Breast Height) minimum 20 cm then the grid 10 cm x 10 cm were attached at northern, southern, eastern, and western site of the trunk. The grid was divided into 100 square, then attached on trees in different height (0 cm - 100 cm and 100 cm - 200 cm) from the land surface. The result obtained three family of lichens were found in urban forest, they are Leprariaceae, Sarrameanaceae and Physciaceae. Five family were found at the main road, they were Sarrameanaceae, Parmeliaceae, Leprariaceae, Graphidaceae and Physciaceae. The similarity of lichens family between the urban forest and main road based on Sorenson similarity were high 75%. Family Leprariaceae was the dominant family at the urban forest, while Sarrameanaceae was dominant family at the main road. The diversity of lichen at both sites were categorized medium based on Shannon Wiener index (H? 1--3), however there was not significantly different between those place. Family Leprariaceae was the highest frequency of present on daruak (Microcos tomentosa) host tree, that was 7,5%. Based association test (x2) between the texture of tree bark with lichen, shows that positive association between the texture of tree bark with lichen,the presence of Sarrameanaceae, Leprariaceae, Graphidaceae and Physciaceae family is influenced by bark slightly rough"
2016
T47072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Dian Pratiwi
"ABSTRAK
Penelitian struktur komunitas pohon dan bambu telah dilakukan di zona riparian Ciliwung wilayah Depok-Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan struktur komunitas pohon dan bambu pada 3 titik lokasi zona riparian dengan kondisi habitat yang berbeda-beda. Metode yang digunakan yaitu metode petak. Sebanyak 4 petak sampel di setiap titik lokasi ditentukan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan ketiga titik lokasi memiliki perbedaan struktur komunitas pohon dan bambu. Vegetasi di titik lokasi 1,2, dan 3 masing-masing terdiri dari 13 spesies dalam 9 famili, 15 spesies dalam 11 famili, serta 4 spesies dalam 4 famili. Secara keseluruhan, ketiga titik lokasi memiliki tingkat kekayaan pohon yang rendah R 1,10-3,35 dan tingkat kekayaan bambu yang rendah R 0,00-0,15 ; tingkat keanekaragaman pohon yang rendah hingga sedang H ; 1,26-2,33 dan tingkat keanekaragaman bambu yang rendah H 0,00-0,06 ; tingkat kemerataan pohon yang tinggi E 0,81-0,90 dan tingkat kemerataan bambu yang rendah E 0,00-0,09 . Berdasarkan nilai INP, titik lokasi 1 didominasi oleh pohon Cecropia peltata INP 85,12 dan bambu Gigantochloa apus INP 173,95, titik lokasi 2 didominasi oleh pohon Paraserianthes falcataria INP 142,40 dan bambu Gigantochloa apus INP 200, titik lokasi 3 didominasi oleh pohon Leucaena leucocephala INP 105,94 dan tidak ditemukan bambu.

ABSTRACT
Research on tree and bamboo community structure has been done at Ciliwung riparian zone in Depok South Jakarta. This study aims to compare tree and bamboo community structures at 3 location points of riparian zone with different habitat condition. The method used was plot method. Total of 4 plots at each location point were determined purposively. The result shows that three location points have different tree and bamboo community structure. Vegetation at location point 1, 2, and 3 respectively consists of 13 species in 9 families, 15 species in 11 families, and 4 species in 4 families. Overall, three location points has low level of tree richness R 1.10 mdash 3.35 and low level of bamboo richness R 0.00 mdash 0.15 low to moderate level of tree diversity H 1.26-2.33 and low level of bamboo diversity H 0.00-0.06 high level of tree evenness E 0.81-0.90 and low level of bamboo evenness E 0.00-0.09. Based on INP values, location point 1 is dominated by tree Cecropia peltata INP 85.12 and bamboo Gigantochloa apus INP 173.95, location point 2 is dominated by tree Paraserianthes falcataria INP 142.40 and bamboo Gigantochloa apus INP 200, location point 3 is dominated by tree Leucaena leucocephala INP 105,94 and no bamboo was found."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Joko Kristianto
"ABSTRAK
Pasang surut di suatu perairan dapat mempengaruhi komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan dan dominansi Bacillariophyceae. Menurut beberapa penelitian, kemungkinan Bacillariophyceae pada saat pasang memiliki struktur komunitas yang tinggi dibandingkan saat surut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, keragaman dan dominansi Bacillariophyceae saat pasang dan surut menggunakan metode sub sampel. Sampel Bacillariophyceae diambil pada saat pasang dan surut di Muara Sungai Cibanten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillariophyceae yang ditemukan terdiri dari 11 marga yaitu Bacteriastrum, Chaetoceros, Coscinodiscus, Ditylum, Navicula, Nitszchia, Odontella, Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema dan Thalassiothrix. Secara keseluruhan, nilai kelimpahan tertinggi dari setiap marga terdapat pada saat pasang. Kesuburan perairan tersebut tergolong sedang dengan kestabilan marga Bacillariophyceae saat pasang lebih baik dibandingkan saat surut.

ABSTRACT
Pasang surut di suatu perairan dapat mempengaruhi komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan dan dominansi Bacillariophyceae. Menurut beberapa penelitian, kemungkinan Bacillariophyceae pada saat pasang memiliki struktur komunitas yang tinggi dibandingkan saat surut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, keragaman dan dominansi Bacillariophyceae saat pasang dan surut menggunakan metode sub sampel. Sampel Bacillariophyceae diambil pada saat pasang dan surut di Muara Sungai Cibanten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillariophyceae yang ditemukan terdiri dari 11 marga yaitu Bacteriastrum, Chaetoceros, Coscinodiscus, Ditylum, Navicula, Nitszchia, Odontella, Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema dan Thalassiothrix. Secara keseluruhan, nilai kelimpahan tertinggi dari setiap marga terdapat pada saat pasang. Kesuburan perairan tersebut tergolong sedang dengan kestabilan marga Bacillariophyceae saat pasang lebih baik dibandingkan saat surut."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risniatin Maya Andini
"ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur komunitas lamun di Pesisir Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat telah dilakukan pada bulan Mei 2017. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun yang mencakup jumlah spesies lamun, presentase tutupan, frekuensi, kerapatan, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi pada setiap stasiun. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun penelitian dengan metode purposive sampling. Metode pengambilan sampel menggunakan metode line transect dan kuadrat sebanyak 54 kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh spesies lamun dari dua famili di Tanjung Luar. Persentase tutupan lamun pada setiap stasiun berkisar 5--61,25. Kerapatan lamun pada setiap stasiun berkisar antara 12--626 tegakan/m2. Frekuensi setiap spesies lamun pada setiap stasiun berkisar antara 5,55--72,22. Thalassia hemprichii memiliki frekuensi rata-rata tertinggi, yaitu sebesar 50. Nilai indeks keanekaragaman di Tanjung Luar yang termasuk sedang hanya terdapat di stasiun 1 1,62 dan stasiun 2 1,69. Nilai indeks dominansi di Tanjung Luar yang tergolong rendah hanya terdapat di stasiun 2 0,21. Nilai indeks kemerataan yang tergolong tinggi hanya terdapat di stasiun 1 0,83 dan 2 0,87.

ABSTRACT
Research on community structure of seagrass in waters of Tanjung Luar, East Lombok, West Nusa Tenggara, was conducted on May 2017. The study aims to determine the community structure of seagrass which includes diversity, cover percentage, frequency, density, importance values, diversity index, evenness index, and dominance index at all of station. The location of sampling in 3 stations was determined by purposive sampling. The method of sampling was determined by line transect and quadrat method, totally 54 quadrats. The results showed that there are 7 species of seagrasses from 2 families in Tanjung Luar. Percentage seagrass covering at each station ranged from 5 61,25. Seagrass density at each station ranged from 12 626 tegakanal m2. Frequency each spesies of seagrass at each station ranged from 5,55 72,22. Thalassia hemprichii is the highest frequency 50. The diversity index value in Tanjung Luar was considered as moderate only at station 1 1,62 and station 2 1,69. The dominance index value in Tanjung Luar was low only at station 2 0,21. Evenness index value was considered as high only at station 1 0,83 and station 2 0,87. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Nur Erha
"

Penelitian mengenai struktur komunitas fitoplankton di perairan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara telah dilakukan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton seperti menghitung indeks kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dominansi, dan saprobik (pencemaraan air). Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengambil sampel secara horizontal dan vertikal pada bagian permukaan tiga stasiun (inlet, midlet, dan outlet), selama dua kali pada tanggal 3 dan 21 April 2019. Struktur komunitas fitoplankton di analisis berdasarkan kelimpahan, indeks keanekaragaman, kemerataan, dominansi dan saprobik (pencemaraan air). Keanekaragaman fitoplankton di perairan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara ditemukan 4 kelas dari 12 marga fitoplankton. Fitoplankton terdiri dari Bacillariophyceae (Chaetoceros, Pinnularia, Synedra), Chlorophyceae (Closterium, Cosmarium, Staurastrum, Oocytis, Scenedesmus, Pediastrum) Cyanophyceae (Microcystis, Tetraedron), Euglenophyceae (Euglena). Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman fitoplankton secara horizontal dan vertikal berkisar 1,494 - 1,717 dikategorikan tingkat keanekaragaman sedang, indeks kemerataan berkisar 0,701 – 0,764 dikategorikan cukup sampai hampir merata, dan indeks dominansi berkisar 0,238 – 0283 dikategorikan tidak adanya dominasi marga tertentu di perairan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara. Indeks saprobik atau pencemaran air pada setiap stasiun berkisar 0,066 – 0,366 hal tersebut menunjukan perairan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara tercemar sedang, dimungkinkan karena pembuangan sampah dari kegiatan diarea danau.

 


Research on community structure of phytoplankton in Danau Sunter Selatan, North Jakarta was conducted in April - May 2019. The purpose of this research was to specify the community structure of phytoplankton such as abundance, diversity index, equitability, dominance, and saprobic index (water pollution). The research method used was taking samples horizontally and vertically on the surface of three stations (inlet, midlet, and outlet), for two times on 3rd and 21th of April 2019. The community structure of phytoplankton was analyzed based on abundance, diversity index, equitability, dominance, and saprobic index (water pollution). For the diversity of phytoplankton in Danau Sunter Selatan, 4 classes of 12 phytoplankton genera were found. Phytoplankton consists of Bacillariophyceae (Chaetoceros, Pinnularia, Synedra), Chlorophyceae (Closterium, Cosmarium, Staurastrum, Oocytis, Scenedesmus, Pediastrum), Cyanophyceae (Microcystis, Tetraedron), and Euglenophyceae (Euglena). The phytoplankton diversity index by horizontal and vertical method, ranged from 1,494 - 1,717 categorized as moderate diversity index, equitability index ranged from 0.701 - 0.764 categorized as sufficient to almost even, and dominance index ranged from 0,238 – 0283, categorized as no predominance of certain genera in Danau Sunter Selatan. The saprobic index or water pollution at each station ranged from 0,066 – 0,336, indicated that the waters of Danau Sunter Selatan, North Jakarta, are moderately polluted, which may be caused by garbage disposal from activities in the lake area.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Muhamad Faisal
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun kerapatan, frekuensi, tutupan, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan biomassa spesies lamun , kelimpahan sampah plastik dan pengaruh luasan sampah plastik terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun di padang lamun Pulau Pari. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat garis kuadrat line transek . Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ditemukan sebanyak 6 spesies lamun di 6 stasiun yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 6900 individu/m2 dan terendah diperoleh lamun spesies Enhalus acoroides di Stasiun III 12 individu/m2 . Frekuensi tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 86,36 dan terendah diperoleh lamun spesies Syringodium isoetifolium di Stasiun I 1,43 . Tutupan spesies lamun tertinggi diperoleh spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 82,55 dan terendah diperoleh spesies Halophila ovalis 6,12 . Lamun spesies Thalassia hemprichii memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi dengan kisaran nilai 83,57 sampai 268,34 dan rata-rata 162,51. Indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh di Stasiun I dengan nilai 0,99 dan terendah diperoleh di Stasiun III dengan 0,15. Indeks keseragaman tertinggi diperoleh di Stasiun VI dengan nilai 0,80 dan terendah di Stasiun III dengan nilai 0,22. Biomassa terbesar diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 dan biomassa terendah diperoleh lamun spesies Halophila ovalis di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 . Struktur sampah yang ditemukan sebanyak 9 jenis dengan nilai tertinggi 68,5 yaitu berbahan baku plastik. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa luas sampah plastik tidak mempunyai pengaruh terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun.

This study aims to determine the structure of seagrass communities density, frequency, percent cover, index of important value, index of diversity, index of uniformity and biomass of seagrass species , abundance of plastic waste and the effect of plastic waste to the seagrass seagrass cover biomass seagrass density of seagrass and below ground biomass of seagrass in seagrass Pari Island. The method is line transect.The results found six species of seagrasses in 6 stations namely Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Obtained the highest density of seagrass species Thalassia hemprichii in Station I 6900 individu m2 and the lowest obtained Enhalus acoroides seagrass species at Station III 12 individu m2 . Highest frequency obtained seagrass species Thalassia hemprichii in Station III 86.36 and the lowest obtained Syringodium isoetifolium seagrass species at Station I 1.43 . Percent cover species of seagrass species Thalassia hemprichii highest obtained at Station III 82.55 and the lowest species of Halophila ovalis obtained 6.12 . Seagrass species Thalassia hemprichii had the highest importance value index in the range of 83.57 to 268.34 and 162.51 average. Highest diversity index obtained at Station I with 0.99 and the lowest value obtained at Station III with 0.15. Highest uniformity index obtained at Station VI with a score of 0.80 and the lowest at Station III with a value of 0.22. Structure rubbish found 9 species with the highest value 68.5 which mainly consist of plastic. Pearson 39 s test results show that the area of plastic waste has no effect on seagrass seagrass percent cover biomass total of seagrass seagrass density, and below ground biomass of seagrass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T47043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Herianto
"Penelitian mengenai kandungan logam berat Seng (Zn) dan Kromium (Cr) pada sedimen dan Mollusca kaitannya dengan struktur komunitas Mollusca di lima muara sungai Teluk Jakarta telah dilakukan pada bulan Maret dan April 2010. Sampel sedimen dan Mollusca diambil menggunakan Petersen grab bersamaan dengan pengukuran faktor lingkungan perairan. Sampel Mollusca diidentifikasi, serta dihitung indeks keanekaragaman, kemerataan, dominasi, dan kesamaan jenis antar muara. Kandungan logam Seng (Zn) dan Kromium (Cr) pada sampel dianalisis dengan menggunakan AAS serta diperiksa korelasi antara kandunganlogam Seng (Zn) dan Kromium (Cr) pada sedimen dengan nilai indeks keanekaragaman, dan korelasi antara kandungan Seng (Zn) dan Kromium (Cr) pada sedimen dengan kandungan logam Seng (Zn) dan Kromium (Cr) pada Mollusca.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Mollusca yang ditemukan ada 25 spesies, 20 diantaranya adalah Bivalvia dan 5 lainnya yaitu Gastropoda. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat di Muara Tiram yaitu sebesar 2,23 sedangkan terendah terdapat pada Muara Sunda Kelapa yaitu sebesar 0,06. Berdasarkan analisis jenjang Spearman, tidak terdapat korelasi antara kandungan Zn dan Cr pada Mollusca dengan kandungan Zn dan Cr pada sedimen, dan juga antara kandungan logam Zn dan Cr pada Mollusca dengan indeks keanekaragaman jenis Mollusca."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan
"Situ Gede rentan terkena cemaran organik dan anorganik. Hal tersebut dikarenakan lahan di sekitar Situ Gede dijadikan pemukiman penduduk, tempat makan, dan tempat pemancingan ikan yang berdampak pada organisme perairan, khususnya fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di perairan Situ Gede selain dipengaruhi dari masukan cemaran juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh musim. Musim yang berbeda memiliki curah hujan berbeda, yang memengaruhi pengenceran dan pemekatan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas perairan Situ Gede, Bogor, pada musim peralihan 1 (April 2019) dan musim peralihan 2 (Oktober 2019) menggunakan struktur komunitas fitoplankton. Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara horizontal dan vertikal. Berdasarkan struktur komunitas fitoplankton, musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 secara umum tergolong tercemar sedang. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada musim peralihan 2, yakni sebanyak 1912 sel/L. Indeks keanekaragaman fitoplankton pada musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 bernilai 1,98 dan 1,68. Indeks kemeratan fitoplankton pada musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 masing-masing bernilai 0,54 dan 0,50. Genus yang paling mendominasi pada kedua musim tersebut adalah Microcystis, dengan persentase masing-masing 51,17% dan 53,7%. Curah hujan pada musim peralihan 1 sebesar 670,8 mm, sedangkan curah hujan pada musim peralihan 2 sebesar 381,9 mm.
Situ Gede is susceptible to organic and inorganic contamination, because the area around Situ Gede is made into a residential area, eating area, and a place for fishing that impacts on aquatic organisms, especially phytoplankton. The presence of phytoplankton in Situ Gede waters is not only influenced by the pollutant, but also indirectly affected by season. Different seasons have different rainfall, which affects water dilution and concentration. This study aims to assess the water quality of Situ Gede, Bogor, in transition season 1 (April 2019) and the transition season 2 (October 2019) using phytoplankton community structure. Phytoplankton was sampled horizontally and vertically. Based on phytoplankton community structure, Situ Gede water in transition 1 and transition season 2 are generally classified as moderately polluted. The highest abundance of phytoplankton is in transition season 2 (1912 cells / L). Phytoplankton diversity indices in transition season 1 and transition season 2 is 1,98 and 1.68, respectively. Phytoplankton evenness indices in transition season 1 & transition season 2 is 0.54 and 0.50, respectively. The most dominant genus in both seasons was Microcystis, with percentages respectively 51.17% and 53.7%. Rainfall in transition 1 is 670.8 mm, while rainfall in transition 2 is 381.9 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Wilujeng
"Situ Mahoni dan Situ Kenanga merupakan dua Situ di Universitas Indonesia dengan sumber masukan air yang berbeda. Perbedaan sumber masukan air dapat dapat menjadikan struktur komunitas epizoik di kedua situ berbeda pula tergantung pada parameter fisika-kimia air pada perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor abiotik yang berpengaruh terhadap struktur komunitas epizoik dan mengetahui struktur komunitas epizoik pada permukaan cangkang Pomacea canaliculata di Situ Mahoni dan Situ Kenanga. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter fisika-kimia air dilakukan di Situ Mahoni dan Situ Kenanga pada bulan Januari—Februari 2022. Korelasi antara parameter fisika-kimia air dengan struktur komunitas epizoik diprediksi menggunakan Partial Least Square – Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Model yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara parameter fisika-kimia air dengan struktur komunitas epizoik pada kedua situ. Secara keseluruhan, oksigen terlarut, pH, nitrat, dan fosfat berkorelasi lebih kuat dibandingkan dengan korelasi dari suhu, kecerahan, kecepatan arus, dan turbiditas terhadap keanekaragaman dan kemerataan jenis epizoik. Pada Situ Mahoni, ditemukan 23 marga dari 6 kelas epizoik, sedangkan pada Situ Kenanga ditemukan 25 marga dari 7 kelas. Kelimpahan epizoik tertinggi di kedua situ berasal dari kelas Bacillariophyceae.

Situ Mahoni and Situ Kenanga are two small lakes in University of Indonesia with different sources of water intake. The difference in water sources could make the epizoic community structure in these two sites different depending on the physic-chemical parameters of the water. The aim of this study is to determine the abiotic effects on the epizoic community structure, also to determine the composition and density of epizoic on the shell surface of Pomacea canaliculata in Situ Mahoni and Situ Kenanga. Sampling and measurement of water physic-chemical parameters were carried out in Situ Mahoni and Situ Kenanga in January—February 2022. Correlation between water physico-chemical parameters and epizoic community structure was predicted using Partial Least Square – Structural Equation Modeling (PLS-SEM). The model showed that there was a positive correlation between the physico-chemical parameters of the water and the structure of the epizoic community at both Situ. Overall, dissolved oxygen, pH, nitrate, and phosphate correlated more strongly than the correlations of temperature, transparency, current velocity, and turbidity to the diversity and evenness of epizoic species. There were 23 genera from 6 classes found in Situ Mahoni, and 25 genera from 7 classes in Situ Kenanga. The highest epizoic abundance in both locations was Bacillariophyceae."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>