Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Once Britain had become separated from the European mainland in the seventh millennium BC, Mesolithic stone tool traditions on opposite sides of the newly formed Channel embarked upon different directions of development. Patterns of cross-Channel contact have been difficult to decipher in this material, prior to the expansion of farming (and possibly farmers) from northern France at the beginning of the fourth millennium BC. Hence the discovery of Late Mesolithic microliths of apparently Belgian affinity at the western extremity of southern Britain—in the Isles of Scilly—comes as something of a surprise. The find is described here in detail, along with alternative scenarios that might explain it. The article is followed by a series of comments, with a closing reply from the authors."
300 ANT 89 (346) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"ABSTRAK
Kajian ini mengusulkan suatu algoritma kontrol daya langkah variabel loop tertutup dikombinasikan dengan keragaman ruang untuk meningkatkan kinerja komunikasi High Altitude Platforms(HAPs) pada sudut elevasi rendah menggunakan Code Division Multiple Access (CDMA). Kami berkontribusi untuk mengembangkan model kanal HAPs yang berasal dari pengukuran eksperimental sebelumnya. Dari percobaan tersebut, kami menemukan karakteristik kanal HAPs yang dapat dimodelkan sebagai distribusi Ricean karena kehadiran jalur tanpa penghalang. Eksperimen menunjukkan bahwa perbedaan sudut elevasi menghasilkan perbedaan nilai factor K. Nilai ini kemudian digunakan dalam Signal to Interference Ratio (SIR) berbasiskan evaluasi kontrol daya loop tertutup. Algoritma langkah variabel disimulasikan dibawah sudut elevasi yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda dari pengguna vobile. Kinerja tersebut disajikan dalam hal sudut elevasi pengguna, kecepatan pengguna, ukuran langkah dan ketertiban ruang keanekaragaman. Kami menemukan bahwa kinerja langkah variabel kontrol daya loop tertutup kurang efektif pada sudut elevasi rendah. Namun simulasi kami menunjukkan bahwa ruang keragaman mampu meningkatkan kinerja kontrol daya loop tertutup untuk kanal HAPs di sudut elevasi rendah."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika , 2016
302 BPT 14:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kezhia Rondang Angelita
"Coronary Artery Disease CAD merupakan kondisi ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokardial yang disebabkan oleh berbagai faktor sehingga terapi yang diberikan berupa kombinasi obat. Penggunaan kombinasi obat meningkatkan terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat kombinasi golongan nitrat dan calcium channel blocker CCB dengan obat lain pada pasien CAD rawat jalan di RSUD Pasar Minggu tahun 2017. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pengambilan data retrospektif. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 167 resep. Kejadian interaksi obat diperiksa menggunakan Micromedex. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 142 resep yang memiliki potensi interaksi. Potensi interaksi terbanyak terjadi dengan tingkat keparahan mayor 62,2, diikuti keparahan moderat 33,8. Obat yang paling banyak menimbulkan interaksi adalah kombinasi amlodipin dengan simvastatin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi nitrat dan CCB dengan obat lain pada pasien CAD berpotensi menyebabkan interaksi, sehingga perlu disarankan melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala atau penyesuaian rejimen dosis untuk meminimalisasi terjadinya interaksi.

Coronary Artery Disease CAD is imbalances of supply and demand of myocardial oxygens which is caused by multiple factors, thus requires drug combinations as therapy. The use of such drug combinations may increase the incidence of drug interactions. This study aim is analyze the potentials of drug combinations between nitrate and CCB category with other drugs on outpatients with CAD at Pasar Minggu General Hospital in 2017. Design of this study is cross sectional with retrospective data collection. Samples which corresponds to inclusion criteria are 167 prescriptions. The occurrence of drug interactions are checked using Micromedex . Result showed that there were 142 prescriptions with potentials of interactions. The largest potential in drug interactions occur in major severity 62,23 followed by moderate severity 33,77. The drug that causes drug interactions the most is combination of amlodipin and simvastatin. This study concluded that the use of nitrate and CCB drug combinations with other drugs has the potential to cause interactions, therefore periodic laboratory checkups needs or adjustment of dosage regimen to be recommended to minimize the incidence of drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Rahayu
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2003
T40427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Yuniar
"Peristiwa banjir dan genangan yang terjadi akhir-akhir ini di Fakultas Teknik Universitas Indonesia semakin lama semakin mengkhawatirkan. Pada musim hujan, debit air yang melalui saluran drainase di sekitar Fakultas Teknik Universitas Indonesia terlihat cukup deras dan pada akhirnya melimpas akibat tidak tertampungnya air dibeberapa titik saluran drainase. Perubahan tata guna lahan di sekitar wilayah Fakultas Teknik Universitas Indonesia memberi andil terhadap peristiwa dan genangan tersebut sehingga perlu dilakukan kaji ulang sistem drainse di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan melihat perubahan tata guna lahan tersebut. Perhitungan debit limpasan dan debit saluran yang terjadi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode rasional dan routing saluran. Hasil perhitungan akan diperbandingkan dengan kondisi eksisting wilayah dan dapat dijadikan referensi untuk mengevaluasi sistem drainase yang ada.

The flood occurs recently within the Faculty of Engineering University of Indonesia areas are getting worse. During raining season the water flows in high velocity and at the end get over flood because the capacity of he channel no longer able to convey the water. The change of land use around the study area has significant contribution to the flood, therefore it needs review regarding the drainage system in the Faculty of Engineering University of Indonesia. The calculation of over flow and channel debit are done by using the rational and channel routing methods. The result will be compare with the eksisting condition and current flow to be used as reference to avoidable the eksisting drainage system."
2008
S50540
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Fikri Hudaya
"Citra berkabut terjadi jika cahaya yang diterima oleh media optik dihamburkan dengan media yang keruh, seperti asap dan tetesan air. Citra berkabut dapat direstorasi menjadi citra tanpa kabut dengan proses image dehazing. Salah satu metode untuk melakukan image dehazing adalah statistical prior. Statistical prior digunakan ketika informasi yang diketahui hanyalah citra berkabut, untuk mengestimasi parameter yang tidak diketahui, seperti airlight dan transmisi. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua metode statistical prior, yaitu Dark Channel Prior dan Two Peak Channel Prior. Untuk mendapatkan hasil terbaik, penulis melakukan optimasi parameter pada kedua metode yang digunakan. Untuk mendapatkan kualitas hasil image dehazing terbaik, penulis merancang sebuah kerangka kerja (framework usulan dari modifikasi metode Dark Channel Prior yang melibatkan pemisahan daerah langit dan non-langit dan optimasi parameter. Performa metode diuji dengan menggunakan metrik root mean square error (RMSE) dan structural similarity index measure (SSIM). Didapatkan hasil dimana metode usulan mendapatkan hasil evaluasi terbaik, dengan RMSE sebesar 0.063 dan SSIM sebesar 0.942 Untuk dataset SOTS Outdoor. Sementara untuk dataset O-Haze, metode usulan mendapatkan hasil evaluasi terbaik juga dengan RMSE sebesar 0.147 dan SSIM sebesar 0.811.

Hazy images occur when the light received by the optical device is scattered by turbid media such as smoke and water droplets. Hazy images can be restored to its clear version by the image dehazing process. It is possible to perform image dehazing using statistical priors. Statistical priors are used when the only known information is the hazy image itself, to estimate the unknown parameters. In this study, the author used two statistical priors, namely Dark Channel Prior and Two Peak Channel Prior. To obtain the best possible results, the author attempted to optimize the parameters of the used methods. Furthermore, to obtain the best possible quality of image dehazing results, the Author proposed a framework using a modification of the Dark Channel Prior method, which involved separating the sky and non-sky areas and parameter optimization. The method performance was evaluated using the root mean square error (RMSE) and structural similarity index measure (SSIM). The results obtained show that the proposed method is able to get the best evaluation results, with an RMSE of 0.063 and SSIM of 0.942 for SOTS Outdoor dataset. For the O-Haze dataset, the proposed method also gets the best evaluation results with an RMSE of 0.147 and an SSIM of 0.811."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gifson, Albert
"Keberadaan spektrum frekuensi sebagai sumber daya alam yang sangat terbatas dan memiliki nilai ekonomis yang sangat strategis menyebabkan perlunya pengelolaan spektrum frekuensi secara effisien. Di Indonesia penetapan frekuensi dilakukan tanpa perencanaan service area dan pengkanalan frekuensi yang matang, hanya bergantung terhadap permintaan penonton. Oleh karena itu hal yang sangat mendesak dilakukan saat ini adalah pembuatan perencanaan ulang frekuensi TV siaran yang merupakan bagian dari Perencanaan Induk (Masterplan) frekuensi penyiaran.
Hal ini relatif sangat sulit karena keadaan kesalahan cara pandang, penetapan frekuensi yang menganggap penetapan frekuensi seperti membagi "kue". Padahal mestinya penetapan frekuensi dilakukan berdasarkan suatu "Masterplan" atau perencanaan "service area". Di dalam perencanaan dan penetapan frekuensi harus diperliatikan masalah daerah pelayanan (service area) penyiaran yang akan sangat mempengaruhi perencanaan coverage area, daya pancar, tinggi antena dan pengkanalan frekuensi.
Selanjutnya perlu diikuti dengan adanya studi-studi tentang sistem dan teknologi baru, khususnya kehadiran teknologi TV digital yang telah dikembangkan dan diterapkan oleh negara-negara maju, yang membawa dampak baik dalam pemanfaatan pita frekuensi sehingga dapat menyediakan banyak saluran, selain itu juga kualitas gambar lebih baik.

The existence of frequency spectrum as limited nasional resources and own very strategic economic value cause the importance of management of frequency spectrum in efficient. In Indonesia, the frequency allotment done without planning of service area and mature frequency canal, only hinge to applicant request. Therefore the done imperative matter in this time is making frequency re-planning of TV broadcast which represent the part of main planning (Master plan) of Broadcast Frequency.
This matter relative very difficult since mistake circumstance of approaching in frequency allotment which assumes frequency allotment of such as dividing "cake". Though must the frequency allotment done to base on "Master plan" or planning service area. In planning and frequency alignment have to be paid attention to the problem of service district broadcasting that will very influence planning of coverage area, radiated power, Neigh of antenna and frequency canal.
It follows on the need of study existence of about system and new technology, specially the technological attendance of digital TV which have been developed and applied by developed countries, which bring good impact in exploiting of frequency bandwidth so that earn to provide a lot of channel, others also quality of picture will be more be good.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Widajati
"Tujuan
Untuk mengetahui peran resistensi mikroba pada infeksi saluran kemih komplikata yang sembuh setelah diobati dengan siprofloksa sin atau levofloksasin.
Cara kerja
Pada 152 sampel urin dari penderita infeksi saluran kemih komplikata diidentifikasi mikroba dan resistensinya terhadap fluorokuionolon (siprofloksasin atau Ievofloksasin) dan dibandingkan dengan tingkat keberhasilan terapinya secara klinis.
Lokasi
Bagian Urologi dan Nefrologi RSCM Bagian Nefrologi Rumah Sakit Islam Jakarta Departemen Mikrobiologi FKUI.
Sampel penelitian
Penderita infeksi saluran kemih komplikata dari Bagian Urologi dan Nefrologi RSCM dan Bagian Nefrologi Rumah Sakit Islam Jakarta sejak bulan Juni 2003 sampai bulan September 2004.
Pengobatan
Seratus lima puluh dua penderita ISK komplikata yang mikrobanya positif dibagi 2 secara acak, 76 penderita diberi terapi siprofloksasin, dan 76 diberi terapi levofloksasin.
Hasil Penelitian
Tujuh puluh enam pasien yang mendapat pengobatan dengan levofloksasin disebut kelompok levofloksasin dan 76 pasien yang diberi pengobatan dengan siprofloksasin disebut kelompok siprofloksasin. Rata-rata umur pasien pada kelompok siprofloksasin adalah 41,1 tahun dan pada kelompok levofloksasin adalah 45,3 tahun. Perbandingan pria dan wanita adalah satu banding tiga. Jervis mikroba utama yang diternukan pada penelitian ini adalah 33% Emil dan 20% Klebsiella sp, (66% didominasi oleh Klebsiella pneumonia) dan Staphylococus sejumlah 13%.Angka kesembuhan klinis yang didapat pada kelompok siprofloksasin dan levofloksasin adalah sama yaitu sebesar 77,6% , dengan angka perbaikan masing-masing 13,2% dan 19,7% serta angka kegagalan klinis masing-masing 9,2% dan 2,6%. Tetapi secara statistik kedua nilai tersebut tidak berbeda bennakna. Nilai eradikasi mikroba dari kelompok siprofloksasin 88,2% dan pada kelompok levofloksasin eradikasi sebesar 86,8%. Angka resistensi untuk siprofloksasin berkisar antara 20%-30% sedangkan untuk levofloksa sin berkisar antara 8%-15%. Pada pasien yang sembuh secara klinis dari kelompok siprofloksasin 19,2% kumannya resisters terhadap pengobatannya. Pada kolompok levofloksasin yang sembuh klinis tetapi mikrobanya resisten sebanyak 14,8%. Dari populasi yang mikrobanya resisten terhadap siprofloksasin terjadi kesembuhan klinis 83,3%, sedangkan pada populasi yang mikrobanya resisten terhadap levofloksasin terjadi kesembuhan klinis 88,9%.
Analisis Data
Pada kedua kolompok di ataa dilakukan uji atatistik untuk data nominal xi (2x2) jika tidak ada nilai ekspektasi <5 atau Fisher (2x2) bila ada nilai ekspektasi <5a dan untuk data ordinal digunakan uji 1t oimogorov-Smirnov.
Kesimpulan
Penderita ISK komplikata yang diobati dengan fluorokuinolon (siprofloksasin atau levofloksasin) yang dan secara klinis dinyatakan sembuh temyata 18,6% dan 13,8% bakteri penyebabnya resisten pada pengobatannya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Jimmi
"Merek tidak lagi dianggap hanya sebagai nama, simbol, slogan, atau cap dagang saja. Di tengah persaingan pasar yang ketat, merek telah menampilkan peranannya yang jauh lebih besar. Kekuatan merek sebagai aset inilah yang kerap disebut sebagai Ekuitas Merek (brand equity). Merek yang kuat memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan seperti efektivitas dan efisiensi program pemasaran, penetapan harga premium, peluang yang lebih baik untuk perluasan merek, dan kemudahan dalam saluran distribusi. Perluasan merek adalah penggunaan suatu merek yang telah mapan di kategori produk tertentu untuk memasuki kategori produk lainnya. Merek yang kuat saat ini adalah hasil dari investasi besar perusahaan di masa lalu, dan tetap banyak resiko yang timbul ketika sebuah merek dieksplorasi. Oleh karena itu, keputusan untuk memperluas merek harus diambil secara hati-hati. Pemahaman yang mendalam mengenai persepsi konsumen atas kualitas merek dan asosiasi-asosiasi yang melekat pada merek perusahaan adalah suatu keharusan untuk menentukan arah perluasan merek.
Perluasan merek juga kerap dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di pasar 132B seperti PT. Dwitama Prima Sakti, yang biasa dipanggil dengan DWITAMA, sebagai sebuah perusahaan penyedia jasa dan alat pendukung pekerjaan konstruksi. DWITAMA berencana akan memperluas lini produknya dengan tetap menggunakan merek yang sama untuk produk-produknya tersebut yaitu nama DWITAMA itu sendiri. Saat ini manajemen DWITAMA telah mempunyai beberapa alternatif produk barn yang akan dipasarkan dan masih terus mengkaji dan mengembangkan produk-produknya tersebut. Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah:
1. Untuk rnengetahui persepsi pelanggan DWITAMA terhadap kualitas produk dan asosiasi-asosiasi mereknya.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai jenis produk baru untuk perluasan merek DWITAMA dengan mengacu pada hasil penelitian mengenai kesan kualitas produk dan asosiasi-asosiasi merek DWITAMA, potensi pasar, dan proses pembelian produk tersebut.
3. Untuk melihat seberapa jauh kesan kualitas produk dan asosiasi-asosiasi merek DWITAMA dapat mempengaruhi pembentukan respon pelanggan terhadap produk baru DWITAMA.
4. Untuk melihat seperti apa respons pelanggan yang terbentuk terhadap penawaran produk baru DWITAMA.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga studi. Studi pertama adalah mengenai kesan kualitas terhadap produk-produk perusahaan yang sudah lebih dahulu ada dan asosiasi-asosiasi merek yang akan menjadi panduan dalam menentukan kategori produk seperti apa yang sesuai dengan merek tersebut.
Selanjutnya studi kedua adalah untuk mencari produk baru yang paling tepat untuk digunakan sebagai perluasan merek DWITAMA. Selain menggunakan persepsi kualitas dan asosiasi-asosiasi merek, penulis juga akan memperhatikan karakteristik, sifat dari pembelian konsumen, potensi atau daya tarik pasar untuk setiap alternatif produk baru. Tahap selanjutnya, yaitu studi ketiga, adalah untuk menganalisa bentuk hubungan yang ada antara persepsi kualitas dan asosiasi merek DWITAMA dengan respon konsumen terhadap produk baru dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Kemudian respons perluasan merek dianalisa dengan pendekatan statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran elemen per elemen dari pembentuk respons konsumen tersebut.
Dari hasil pengolahan kuesioner yang disebarkan ke 45 responder terlihat bahwa keseluruhan persepsi konsumen terhadap kualitas produk DWITAMA masih kurang meyakinkan. Nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 5.11. Jika merujuk kembali kepada definisi nilai dari skala jawaban mulai dari 1 sampai 7 posisi nilai 5.11 masuk ke dalam nilai yang masih meragukan. Sedangkan dari asosiasi merek yang diukur terlihat bahwa DWITAMA terasosiasi dengan kuat kepada kategori produk scaffolding yang selama ini memang menjadi core product-nya.
Untuk penentuan produk baru, penulis mengawali dengan mensejajarkan hasil pengukuran persepsi kualitas dan asosiasi merek DWITAMA. Hasil dari perbandingan ini menghasilkan empat produk yang juga akan disaring dengan menggunakan varibel moderat berupa proses pembelian, orientasi pembelian, dan market attractiveness. Di sini akhirnya ditentukan bahwa mobile site office adalah produk terbaik karena memiliki resiko terkecil akibat perubahan trend jenis pekerjaan konstruksi ke bidang infrastruktur akibat kondisi over supply properti.
Hasil penghubungan antara respons konsumen terhadap produk baru DWITAMA dengan persepsi atas kualitas dan asosiasi merek DWITAMA menerima hipothesis penelitian ini yang mengatakan bahwa persepsi atas kualitas dan asosiasi merek DWITAMA mempengaruhi pembentukan respon konsumen terhadap produk baru DWITAMA. Naunun pengaruh itu hanya sebesar sebesar 33.9% dengan nilai koefisien determinasi, R2, yang hanya mencapai 0.339. Sedangkan dari analisa respons itu sendiri terlihat bahwa konsumen cukup tertarik dengan mobile site office tetapi untuk elemen respons yang lain seperti harga, kualitas, efektifitas, dan kompetensi konsumen masih menunjukkan keragu-raguan.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa persepsi kualitas merek DWITAMA masih meragukan walaupun penyebab keragu-raguan tersebut karena masalah konsistensi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata 5.11 (skala 1-7). Sedangkan di asosiasi merek, DWITAMA identik dengan scaffolding, sedangkan asosiasi lainnya masih sulit untuk digunakan. Proses pemilihan produk baru menghasilkan mobile site office sebagai produk terbaik berdasarkan kesesuaian dengan persepsi atas kualitas dan asosiasi merek DWITAMA, proses pembelian, orientasi pembelian, dan daya tarik pasar. Respon konsumen terhadap perluasan merek DWITAMA dengan mobile site office itu sendiri mendapat pengaruh dan persepsi atas kualitas dan asosiasi merek DWITAMA sebesar 33.9%. Sedangkan berdasarkan respons konsumen, disimpulkan bahwa konsumen masih tetap ragu-ragu terhadap DWITAMA, dan di sini terlihat jelas karakteristik pasar B2B yang tidak mengandalkan persepsi.
Pada penelitian ini juga penulis memberikan saran kepada pihak DWITAMA untuk melanjutkan rencana perluasan merek dengan meluncurkan mobile site officenya. Selain itu DWITAMA juga disarankan untuk tetap membangun ekuitas mereknya, dan meningkatkan keahlian SDM-nya yang berada di lapangan. Saran lain untuk DWITAMA adalah untuk mencari peluang-peluang yang memungkinkan DWITAMA untuk menampilkan elemen-elemen mereknya di dalam dan sekitar proyek. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar malakukan uji validitas ketika menentukan variabel penelitian dan juga usulan topik untuk mengevaluasi keberhasilan perluasan merek dan efeknya bagi merek induk di indutri jasa peralatan konstruksi.

Brand is no longer used only as a name, symbol, slogan, or trademark. In the middle of the tight competition, brand has performed its much bigger role. The power of brand is often known as brand equity. Strong brand gives additional benefit for the owner such as affectivity and efficiency of marketing program, premium pricing, better opportunity for brand extension, and better chance for distribution channel.
Brand extension is the use of an established brand in a product category to enter new product category. Present strong brand is created by the past investment, and still there are a lot of risk can come up because an exploitation of a brand. Thus, the decision of brand extension should be taken carefully. A depth understanding of customer perceived quality and a set of company brand associations is necessary to determine the direction of brand extension.
Companies in B2B market also take brand extension strategy, like PT. Dwitama Prima Sakti, which used to call DWITAMA, as a construction equipment provider company. DWITAMA plans to extent its brand by using its existing brand for the new product, which is its name DWITAMA it self. Recently, the DWITAMA management had several new product alternatives to be launched and still under research and development.
The objectives of this research are:
1. To know about the DWITAMA customer perceived quality and its set of associations.
2. To figure out the new product type for DWITAMA brand extension according to the research result of DWITAMA perceived quality and associations, market attractiveness, and the product buying process
3. To get a vision of how far DWITAMA brand and its set of associations are influencing the creation of customer response on DWITAMA new product.
4. To see the customer response created on the DWITAMA offering of its new product.
This research is divided into three studies. First study is about the company's existing products perceived quality and its associations, which are used as guidance for determining the product categories those, fit the brand.
Next is second study to evaluate the best product, which is going to used as the DWITAMA brand extension product. Besides using perceived quality and brand association, researcher also considers the customer buying characteristic and behavior, and market attractiveness for each alternative. The next phase, third study, is to analyze the relationship between DWITAMA perceived quality and brand associations and with the customer response to the new product by the application of multiple linier regressions. Then, the customer response is analyzed using descriptive statistic method to figure out how its elements work.
From the questionnaire processing which involving 45 respondents, the value of customer perceives quality generally is not good, it just get 5.11. According to the answer scaling method, which is scaled between 1 and 7, the average mean, 5.11 is located on the uncertain area. Meanwhile, from the DWITAMA brand association measurement showing a strong link to scaffolding product class, which is, in fact, the core product of the company.
For the new product decision, the research starting up by aligning new product alternatives with DWITAMA perceived quality and association, which is measured before. The result is the four products, those are going to be sorted and tested by moderate variables those are mentioned before. The second study finally find out that mobile site office is the best new product alternative because it has the smallest risk caused by the change of construction industry composition map, where the growth direction is moving forward to infrastructure construction because the over supplied of property market.
Using the statistical method, the paired data set of DWITAMA perceived quality an association to customer response on new product, the research accepts the hypothesis that says DWITAMA perceive quality and association are influencing the customer response created on the new DWITAMA product. The degree of influence just 33.9% which is showed up by the determination coefficient, R. number as 0.339.
Conclusions of this research are, firstly, DWITAMA perceived quality is still vague, and this vagueness is one of the quality inconsistency effects. This conclusion base on the average mean of the questionnaire data shows 5.11 (1-7 scale). Meanwhile from the association side, DWITAMA is strongly linked to scaffolding product category, and the other associations tested still unusefull. Secondly, according to DWITAMA perceive quality, brand associations, buying process, buying behavior, and market attractiveness, mobile, site office is the most fitted product. The customer response on this brand new product is 33.9% driven by the DWITAMA perceived quality and association it self. That is the third conclusion, and the fourth is customer response on DWITAMA new product still showing uncertainty between customer, and this as the B2B customer characteristic, which is not depending on perception.
As the end of this research, researcher gives some advice for DWITAMA management. First, DWITAMA is recommended to continue the plan of using mobile site office as the new product_ Second, DWITAMA is advised to keep improving its brand, and its personnel skill development. Especially they who placed as front liners. Another advice for DWITAMA is to keep looking for a new opportunity to place its brand elements in and around projects. For further research, researcher advises to perform test of variables validity when variables still in determining process. In addition, for the next research topic, researcher advises to evaluate the accomplishment of brand extension and its effects to the parent brands.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Amirullah
"Omnichannel marketing adalah metode pemasaran yang mengintegrasikan saluran pemasaran untuk menargetkan pasar tertentu secara spesifik. Penelitian ini adalah studi kasus penggunaan omnichannel marketing untuk kegiatan B2B di PT Arwana Citramulia Tbk, perusahaan terbesar dari banyak perusahaan di industri keramik di Indonesia. PT Arwana Citramulia Tbk menargetkan segmen pasar menengah ke bawah di seluruh Indonesia. Untuk dapat membedah bagaimana PT Arwana Citramulia Tbk mengelola salurannya, penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara tidak terstruktur dengan berbagai pemangku kepentingan di PT Arwana Citramulia Tbk. Selain itu, technology acceptance model juga digunakan untuk mengukur pendapatan dari jalur rantai distribusi PT Arwana Citramulia Tbk, yang melakukan kegiatan pemasaran B2B terhadap penggunaan saluran online untuk mendukung penggunaan omnichannel marketing. Technology acceptance model akan digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif, yang juga dilengkapi dengan hasil wawancara tidak terstruktur mengenai implementasi dan pengelolaan omnichannel marketing oleh PT Arwana Citramulia Tbk. Penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi antara saluran yang digunakan oleh PT Arwana Citramulia Tbk tidak dapat dipisahkan dari keberadaan visi, misi, strategi dan sumber daya yang memadai dari tingkat manajemen puncak hingga ke frontliner.

Omnichannel marketing is a marketing method that integrates marketing channels to target specific target markets. This research is a case study of the use of omnichannel marketing for B2B activities at PT Arwana Citramulia Tbk, the largest company of many companies in the ceramics industry in Indonesia. PT Arwana Citramulia Tbk targets the middle to lower market segments throughout Indonesia. To be able to dissect how PT Arwana Citramulia Tbk manages its channel, this research will use qualitative methods by conducting unstructured interviews with various stakeholders in PT Arwana Citramulia Tbk. In addition, technology acceptance models are also used to measure revenue from the distribution chain line of PT Arwana Citramulia Tbk, which conducts B2B marketing activities towards the use of online channels to support the use of omnichannel marketing. The technology acceptance model will be used to analyze quantitatively, which is also equipped with results of unstructured interviews regarding the implementation and management of omnichannel marketing by PT Arwana Citramulia Tbk. This research shows that the integration between channels used by PT Arwana Citramulia Tbk is inseparable from the existence of vision, mission, strategy and adequate resources from the top management level to the frontliners.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>