Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This study aimed to formulate strategies that need to be done to improve the environmental performance of the airport. The research uses survey methods to acquire data about the factors that affect the environmental performance improvement strategies in Angkasa Pura I airport. The data are analyzed by using regression analysis techniques, needs analysis, and prospective analysis. The results of the analysis show that: (1) respondents who are concerned about environmental performance within the company reached an average of 4.12 (care) and within the environment outside the company reached an average of 4.07 (care); (2) the needs of stakeholders for environmental quality inside and outside the company are: the improvement of airport performance; efficient, distinct, precise, and customer-ease-oriented services; improvement of airport officials? professionalism; socialization of clear and firm rules and legal enforcement for the employees and customers; development of airport facilities and its supporting access; and (3) the key successes underlying the improvement of airport performance within and outside company in the future are leadership, cleanliness, caring, modesty, and service-oriented attitude."
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Studi PSL, 2009
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Made Handijaya Dewantara
"ABSTRAK
This article is based on a six-month study in North Bali, with the aim of identifying and explaining the opinions of Bali tourism stakeholders for the development of the international airport in North Bali. The research was conducted with quantitative and qualitative approach, through questionnaires and interview. Through the qualitative analysis, it can be concluded several things, as follows: (1) most of the Bali tourism stakeholders are strongly agree that government should build a new international airport in North Bali, by seeing its implication for tourism industry, economy, environment, and social as considerations; (2) most of the tourism stakeholders believe that the airport development can be built within at least five (5) years from now, meanwhile the supporting infrastructure should be put as main priorities; and (3) the tourism stakeholders in Bali strongly believe that development of international airport in North Bali could bring a positive situation, not only for local society, but for Bali itself, Indonesia, and increasing number of connectivity among South East Asian Countries."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 43 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Putu Suma
"ABSTRAK
Kebisingan lingkungan, khususnya di lingkungan bandar udara mulai menggejala di berbagai tempat di dunia.
Intensitas kebisingan yang disebabkan oleh pesawat udara terutama bermesin jet, turbojet dan turbofan merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik di dalam bandar udara maupun diluar wilayah bandar udara. Sesungguhnya kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh pesawat udara dikarenakan oleh jumlah pesawat udara yang beroperasi, yang dihitung secara kumulatif selana 24 jam dengan segala aktivitasnya, baik waktu mendarat, tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu, dan uji mesin.
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan beberapa bandar udara di Eropa dan Amerika, dinyatakan bahwa kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara mengakibatkan kerugian bagi masyarakat pemukim di sekitar bandar udara, yang pada gilirannya mengakibatkan adanya pembatasan-pembatasan jam-jam operasi suatu bandar udara.
Pengaruh buruk dari kebisingan terhadap manusia sangat luas memberikan efek tingkah laku berupa efek fisiologi maupun efek psikologi, yang mengakibatkan terganggunya dalam penerimaan pesawat televisi. Disamping itu dapat pula mengganggu konsentrasi belajar anak-anak sekolah, rumah-rumah sakit.
Dan bilamana pemaparan kebisingan yang dialami seseorang secara berulang-ulang akan mengakibatkan ketulian.
Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta, telah menetapkan kawasan-kawasan kebisingan dengan tingkat-tingkat kebisingannya yaitu daerah kebisingan tingkat I, tingkat II dan tingkat III. Namun dalam kenyataan adanya desa-desa yang penduduknya eukup padat berada pada kawasan kebisingan tingkat III.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tingkat kebisingan lingkungan bandar udara terhadap jumlah masyarakat pemukim di sekitar bandar udara.
Mengetahui sejauhmana kesadaran masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhadap akibat-akibat pengaruh kebisingan.
Untuk maksud penelitian tersebut, penelitian dilakukan di desa-desa (RW-RW) sekitar bandar udara berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Berdasarkan titik 0 bandar udara sebagai "Reference Point", ditentukan 3 tempat (RW-RW) yang mempunyai jarak di bawah 3 km yaitu desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda. Sedangkan 3 desa (RW-RW) lain terletak antara jarak 3 sampai dengan 8 km yaitu desa Kedaung Wetan, Jatimulya dan Dadap. (ICAO Airport Planning Manual 1985).
Berdasarkan kawasan kebisingan desa-desa (RW-RW) yang menjadi obyek penelitian kawasan kebisingan tingkat III, dengan tingkat kebisingan 75 dB, terletak desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda, kawasan kebisingan tingkat II dengan tingkat kebisingan 70 dB, terletak desa Dadap dan Jatimulya, dan Kedaung Wetan.
Sebagai subyek penelitian atau responden adalah kepala keluarga yang tinggal dalam Rukun Warga desa-desa penelitian yang berlokasi terdekat dengan zona-zona kebisingan yang paling tinggi dan jumlah sampel adalah sebanyak 300 Kepala Keluarga untuk di desa penelitian Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, dan kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilakukan di rumah-rumah responden.
Metode statistik yang dipakai adalah uji kai kwadrat (chi square) k
dengan rumus 2 _ (0 - E)2
i=1 E
dimana ; 0 frekuensi yang diperoleh dari penelitian E _ frekuensi teoritis.
Dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa adanya bandar udara dengan segala kegiatannya memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat, baik yang secara langsung terkait dengan kegiatan bandar udara maupun secara tidak langsung.
Dengan adanya kegiatan bandar udara menimbulkan kebisingan yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat pemukim di sekitar bandar udara seperti terlihat bahwa desa Benda, Neglasari dan Selapajang Jaya, Kedaung Wetan dimana tingkat kebisingannya telah melampaui batas persyaratan kebisingan maksimal yang ditentukan SO dB.
Dalam pengujian untuk mengetahui kesadaran masyarakat diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara belum mempunyai kesadaran atas dampak-dampak yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan tersebut.
Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap pengaruh dampak kebisingan dikarenakan pendidikan rata-rata masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara adalah cukup rendah, disamping sebagian besar masyarakat pemukim adalah penduduk asli desa-desa tersebut, yang hidup dari hasil pertanian dan kegiatan lain yang berkaitan derigan kegiatan bandar udara.
Peningkatan kualitas masyarakat di sekitar bandar udara harus dilakukan dengan peningkatan kualitas lingkungan namun dengan adanya bandar udara kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari namun dapat dikurangi dengan pengaturan tata guna tanah dan rekayasa teknik seperti akustik penghalang, peredam suara (Noise breaker) yang tentunya perlu biaya besar.
Kegunaan hasil penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi langkah-langkah yang perlu ditempuh agar masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhindar dari dampak kebisingan.
Usul tindakan; untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak kebisingan, maka diperlukan waktu yang cukup panjang yaitu dimulai dengan peningkatan pendidikan baik secara formal atau informal yang nantinya diharapkan dengan kesadaran sendiri karena mengetahui akibat dampak kebisingan secara fisiologis atau psikologis akan meninggalkan lokasilokasi atau menghindari lokasi yang kena dampak.
Untuk memberikan masukan bagi Perencana dalam penyusunan rekayasa teknik bandar udara dan penataan penggunaan tanah disekitarnya.

ABSTRACT
Environmental noise, specially found in the environment of an airport, has been a common phenomenon all over the world.
Noise intensity that is coused by aircraft, mainly jet, turbojet and turbofan engined aircraft is the main problem for the environment, either inside or outside airport area. Environmental noise caused by aircraft is resulted from the total amount of their 24 hours activities including various manoeuvres such as landing, take of, surface movement and engine run-up.
According to studies'that have been conducted at several airports in Europe and United States of America, it is stated that noise caused by an airport operation harms the society who live in the surrounding the airports, which eccordingly results in the restrictions of the airport operating hours.
Adverse impact of noise on human beings may result in various effect, i.e effecting behaviour, either physiologically or psychologically. It also distorts television broadcast, disturbs schools and hospitals. Continuous noise affect might cause deafness.
Jakarta International Airport Soekarno-Hatta has determined its noise areas, according to its noise area phases, phases I, phases II and phase III area. However there is a lot of villages with dense population situated in phase III area.
Based on that above reasons, the objectives of this research can be clarified as follows :
To study the extent of the impact of aircraft noise on the number of communities surrounding the airport.
To study the awareness of the people who live nearby the airport of the negative impact of airport noise_.
This research has been carried out in the several villages surrounding the airport based on the following considerations : 1) Based on their distance from the airport q reference point as central point, the villages are devided into two groups :
a villages, Neglasari, Selapajang Jaya and Benda, a.i.L.h a
distance of less then 3 km and,
b 3 villages, Kedaung Wetan, Jatimulya and Dadap, with a
distance betwen 3 to 8 km, as object of the research.
2) Based on noise area, objects of research are Neglasari, Selapajang Jaya and Benda laying in the phase III noise area, Dadap, Kedaung Wetan and Jatimulya in phase II noise area. Objects of the research (respondents) are heads of household who live in the 6 villages close to the most sensitive noise area, with the total sampels of 360 respondents. Data collecting was conducted through observations, interviews and questionaires.
ix Statistical method used in this research is the chi-square, with
i-1
where : 0 = Frequency taken from the research E = Theorethical frequency.
The result of the research can be summarized as follows :
The existence of the airport has positive impact on the people living nearby the airport, either they are directly or indirectly involved in the activity of the airport.
The airport operations is the source of noise which is affecting the life quality of the society who live nearby the airport, as in the villages of Benda, Neglasari, Selapajang Jaya and Kedaung ketan_, which noise level has been exceeding the maximum requirement 60 dB.
3) The results prove that the people who live nearby the airport do not aware of the existence of noise and its impact.
The unawareness of the noise impact is mainly because they are not well educated and most of them have lived there for years.
The improvement of the quality of life of the society around the airport must be carried out together with the improvement of the environmental quality ; but enviromental noise that is caused by the airport operation remains as a problem that can not be ignored or mittigated, but it is posible to reduce that effects of noise by land use planning and acoustical barriers.
Benefits of the research :
The result of this research can be used as reference for future actions to be taken in order to avoid the noise impact on the surrounding communities of the airport.
Proposed action : the knowledge and awereness of the society in the field of noise impact must be improved by educating them either formally or informally. Although is takes time, it is hoped that eventually they will leave or avoid noise zone on their own conciousness after realizing that noise can adversely affect human beings, physiologically or psychologically.
To give the input to the planner, as a reference in making airport design and land use planning on the surrounding of the airport.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suksmahadji
"Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dengan luas kawasan keseluruhan kurang Iebih 1800 hektar, dan 3/4 dari keseluruhan luas kawasan bandar udara merupakan ruang terbuka. Lokasi bandar udara tersebut relatif berdekatan dengan Pulau Rambut dan Pulau Bokor, serta Hutan Lindung Angke dan Cagar Alam Muara Angke yang kesemuanya tersebut ditetapkan sebagai daerah konservasi kehidupan burung yang dilindungi serta dilestarkan. Burung-burung tersebut setiap hari secara rutin melakukan pergerakan migrasi harian untuk mencari makan ke Pulau Jawa pada pagi hari dan kemudian pada waktu sore harinya kembali lagi ke pulau-pulau tersebut.
Kawasan di sekitar bandar udara merupakan kawasan jelajah burung-burnng yang sejenis dari konservasi untuk mencari makan di kawasan sekitar bandar udara. Pergerakan burung di sekitar bandar udara sangat membahayakan keselamatan penerbangan karena dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan pesawat udara dengan burung (bird strike).
Tesis ini meneliti konflik kawasan kehidupan burung di sekitar bandar udara dengan kawasan pergerakan pesawat udara. Hipotesis penelitian yang dikemukakan yaitu:
1. Semakin tinggi jumlah pergerakan pesawat udara, maka semakin tinggi resiko kecelakaan pesawat udara akibat tabrakan dengan burung.
2. Semakin tinggi populasi burung di kawasan sekitar bandar udara, maka semakin tinggi resiko kecelakaan pesawat udara akibat tabrakan dengan burung.
Metode penelitian menggunakan deskripsi eksplanatori dan analisis data menggunakan uji statistik korelasi. Data penelitian merupakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan yaitu populasi burung di kawasan sekitar bandar udara, dan data sekunder adalah data jumlah pergerakan pesawat udara dan jumlah kejadian tabrakan pesawat udara dengan burung diperoleh dari data produksi Divisi Pelayanan Lalu-lintas Udara dan Aerodrome Control.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji, masalah ini dapat dikemukakan yaitu:
Jika penelitian dilakukan lebih lama terhadap populasi burung, maka koefisien korelasi antara populasi dan kejadian tabrakan pesawat udara dengan burung akan terlihat.
Akan lebih terlihat jika yang diamati adalah populasi burung yang melakukan pergerakan ke arah jalur penerbangan. Dengan demekian kedepan penelitian harus diarahkan pada variabel ini.
Peristiwa tabrakan pesawat udara dengan burung biasanya terjadi pada sore atau menjelang petang hari dan umumnya pada saat pesawat udara sedang melakukan pendekatan untuk mendarat. Peristiwa tersebut sering terjadi di landasan pacu nomor 2, arah 2500 sebelah kanan (Runway 25 Right), yaitu arah landasan pacu yang memiliki jumlah pergerakan pesawat udara terpadat. Tabrakan pesawat udara dengan burung tersebut terjadi dimungkinkan oleh pergerakan burung-burung saat kembali ke pulau Rambut pada sore atau menjelang petang hari dari kawasan Hutan Lindung Angke dan Muara Angke serta dari kawasan bandar udara.
Saran: Pengelolaan lingkungan bandara dalam upaya mencegah burung di kawasan sekitar bandar udara, yaitu meniadakan kawasan yang disenangi burung melalui perbaikan infrastruktur kawasan terbuka bandar udara.
Pengelolaan lingkungan di luar kawasan bandar udara seharusnya dilakukan Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat untuk menciptakan atau melestarikan kawasan habitat yaitu kawasan yang disenangi burung yang lokasinya jauh dari kawasan bandar udara, seperti kawasan hutan mangrove di pesisir Kepulauan Seribu, Pantai utara Banten, Pantai utara Jakarta, Pantai utara Jawa Barat, sehingga burung dapat memperoleh makanan secara alami. Dengan demikian burung-burung tidak mencari makanan ke kawasan sekitar bandar udara sehingga keselamatan penerbangan dapat terjaga.

Soekarno-Hatta International Airport covers an overall area of approximately 1800 hectares, and three quarters of it is an open space. Its location is relatively close to the islands of Rambut and Bokor, and to Angke Protected Forest and Muara Angke Nature Reserve, both of which have been determined as areas for the conservation of protected and preserved bird species. These birds migrate daily to Java in the morning in search for food and return to the islands in the evening.
Birds of a species similar to the one in the conservation travel for food across areas, which include the airport. Bird movement around the airport is extremely dangerous for flight safety due to possible bird strikes.
This thesis studies conflicting bird habitats and airplane movement spaces. It proposes the following hypothesis:
1. The higher the flight frequency, the greater the risks of airplane crashes resulting from bird strikes.
2. The larger the bird population in areas surrounding the airport, the greater the risks of airplane crashes resulting from bird strikes.
The research used an explanatory-descriptive method, and data were analyzed using statistical correlation assessment. Research data consisted of primary and secondary data; primary data were collected through direct in-field observations of bird population in the airport area, while secondary data were those produced by the airport's Air Traffic Service Division and Aerodrome Control.
Conclusion: research results showed that there were no significant relations between studied variables. The following explains how:
a). Longer period of bird population observations could have shown more clearly the coefficients of bird population and airplane crash frequency correlation.
b). Research would come up with better results if observations were focused on the population of birds moving toward airstrips. Future researches should aim at this variable.
Higher frequency of bird strikes was usually recorded in late afternoon or early evening while airplanes were approaching landing strips. Most frequent occurrence was at Runway 25 Right, which is the runway with the highest number of traffic. These possible bird strikes were due to birds returning to the island of Rambut in late afternoons or early evenings from Angke and Muara Angka protected forests and also from areas surrounding the airport.
Recommendation: airport management should include measures to prevent bird from coming to the area by eliminating their favorite spots, and this would be possible through improvement of airport open space infrastructures.
Zones outside the airport should be managed jointly by the Local authority and communities, the management of which should target preserving or establishing birds' habitats far away from the airport, such as the mangrove forest on the coast of Kepulauan Seribu as well as the coastlines of Northern Banten, Northern Jakarta and Northern West Java, to ensure that these birds are provided with their natural food. Such management will prevent them from searching for food in the areas surrounding the airport and guarantee safety of all flights.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gimono Ias
"Banyak pihak yang terkait dengan moda transportasi udara dan secara garis besar pihak tersebut antara lain adalah perusahaan angkutan udara, penumpang, ground handling, penyelenggara bandar udara, pemerintah selaku regulator dan pengguna jasa serta rnasyarakat di sekitar usaha tersebut beroperasi.
Studi ini dimaksudkan untuk meninjau aspek hukum dari usaha jasa kebandarudaraan sebagai salah satu komponen dari terwujudnya moda transportasi udara. Pengelolaan jasa kebandarudaraan di Indonesia dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten 1 Kota) atau Badan Usaha Kebandarudaraan. Dalam pengelolaan jasa kebandarudaraan yang dilaksanakan oleh badan usaha kebandarudaraan di Indonesia adalah Bandan Usaha Milik Negara PT ( Persero ) Angkasa Pura I dan PT ( Persero ) Angkasa Pura 11 yang didirikan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jasa kebandarudaraan, yang sesuai undang undang penerbangan dinyatakan bertanggung jawab alas keamanan dan keselamatan penerbangan dan kelancaran pelayanannya, artinya berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah yang harusnya diberikan dengan suatu pelimpahan, padahal realitanya kedua persero ini telah menyelenggarakan jasa kebandarudaraan walaupun secara tegas tidak ditemukan adanya bukti pelimpahan dari pemerintah untuk menjalankan tugas - tugas yang menjadi kewenangan pemerintah yakni tentang keamanan dan keselamatan penerbangan.
Di sisi lain penyelenggaraan jasa kebandarudaraan untuk mencari keuntungan juga menyediakan sarana maupun fasilitas termasuk tanah yang diperuntukkan bagi mitra kerja, mitra usaha dan badan usaha lain dengan sistem sewa menyewa dan atau ikatan kerja yang menimbulkan hak dan kewajiban.Disamping aspek hukum ekonomi tentang hak dan tanggung jawab tersebut, bagi pengguna jasa kebandarudaraan juga berhak atas kerugian yang diakibatkan oleh pemanfaatan jasa bandar udara. Sesuai undang-undang maka tanggung jawab keamanan dan keselamatan serta kelancaran pelayanannya tersebut wajib diasuransikan, namun sejauh ini belum ditemukan data adanya asuransi alas tangghung jawab tersebut, padahal resiko yang mungkin dialami oleh penyelenggara jasa kebandarudaraan sangat besar, seperti kecelakaan pesawat udara, kerugian dan atau ketidak-amanan di bandar udara.
Usaha jasa kebandarudaraan diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk standar internasional, karena itu usaha jasa bandar udara sarat dengan kcamanan dan keselamatan, sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha jasa pengamanan. Karena itu penyelenggara bandar udara yang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan penerbangan serta kelancarannya itu perlu diatur secara togas peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat pemerintah dalam keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam mengamankan bandar udara. Hal-hal terpenting adalah : Undang - Undang Pencrbangan, Aspek Hukum Jasan Kebandarudaraan dan Undang Undang POLRI."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarmaji
"BaTuntutan akan kualitas bandara yang lebih baik mendorong pengelolaan bandar udara yang ramah lingkungan eco airport . Masalah polusi udara dan kebisingan di bandar udara timbul akibat peningkatan jumlah penerbangan dan kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1 tingkat kualitas udara ambien dan kebisingan, 2 luas dan kemampuan RTH menyimpan karbon dan menyerap polutan, 3 . pengetahuan dan persepsi para pihak tentang fungsi RTH, dan 4 Strategi peningkatan fungsi RTH di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.
Metode yang digunakan adalah mix methods. Terdapat 10 titik sampel yang diukur kualitas udara dan kebisingannya. Luas RTH diperoleh dari digitasi citra satelit. Biomassa bagian atas dihitung dengan rumus alometrik. CO2 dan CO ekuivalen dihitung dari perbandingan berat atom dan molekul relatif penyusunnya. Serapan CO2 per tahun dihitung dari stok karbon dibagi umur pohon. Pengetahuan dan persepsi para pihak diketahui dengan menyebar dan mengolah hasil kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat polusi CO, Pb dan debu masih dibawah baku mutu, kecuali debu di Jalan C1. Semua titik sampel memiliki tingkat kebisingan diatas baku mutu 70 dB A. Luas RTH adalah 1.109,35 ha 63,82 luas bandar udara memiliki 90 jenis dan 19.602 pohon dengan kandungan karbon 31.437 ton CO2 ekuivalen. Kemampuan menyerap polusi CO dan CO2 masing-masing sebesar 20.007 ton dan 1.492 ton/tahun. Sebanyak 81,8 pengunjung tahu tentang RTH, sedangkan persepsinya 30 baik, 69 sedang, dan 1 rendah. Pengelola RTH telah memiliki perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan terkait RTH.
Kesimpulan penelitian ini adalah strategi peningkatan fungsi RTH dalam rangka mendukung bandar udara ramah lingkungan, yaitu: 1 . Penetapan RTH sebagai lokasi hutan kota. 2 Pengkayaan jenis peredam kebisingan. 3 . Penggantian RTH yang hilang akibat pembangunan. 4 . Membuat dan merawat sumur resapan, lubang biopori, informasi jenis pohon di lokasi RTH.

The demand for better airport quality encourages eco airport management. Air and noise pollution problems at airports arise from increased number of flights and motor vehicles. The purpose of this study was to know 1 ambient air quality and noise levels, 2 the total area and the ability of green open space to absorb carbon and pollutants, 3 knowledge and perceptions of several parties concerning Green Open Space, and 4 strategy in improving the function of green open space at Soekarno Hatta International Airport.
The method used is mix methods. There were 10 points measured for the level of air quality and noise pollution. The total area of green open space was being obtained from digitization of satellite image. The value of upper biomass was calculated using the allometric formula. CO2 and CO equivalents were being measured by comparing atomic mass and the relative molecules of the constituents. Annual CO2 absorption was measured from carbon stock divided by the age of the tree. The knowledge and perceptions of the related parties were obtained by spreading and processing the results of the questionnaire.
The results indicated that the pollutant measurements of CO, Pb and dust were below the standard quality, with exception dust on road C1. All points possessed noise levels above 70 dB standard quality. Green Open Space was 1,109.35 ha 63.82 of overall Airport area, consisted of as many as 19,602 trees from 90 species with 31,437 tons of CO2 equivalent. The ability to absorb CO and CO2 pollution is around 20,007 ton and 1,492 ton per year respectively. As many as 81.8 of visitors knew about the green space, while the perception concerning to the green space were 30 good, 69 moderate, and 1 poor. Managers had been conducting planning, organizing, implementing, monitoring and evaluating related activities in the Green Open Space.
The conclusion of this study is strategy in improving the function of Green Open Space in order to achieve the eco airport, includes 1 . Determination Green Open Space as urban forest. 2 Enriching noise reducing tree species 3 .Replacing Green Open Spaces that vanished due to development. 4 . Building and fostering absorption wells, biopore holes, information regarding tree species at Green Open Space locations.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Isyana
"Bandar udara sudah melakukan transformasi bisnis, dari yang dulunya hanya berfokus pada penyediaan fasilitas publik menjadi multi jasa yang berfokus pada kenyamanan penumpang pesawat udara dengan menghadirkan berbagai aktivitas, layanan, proses, dan teknologi yang pada akhirnya mampu menciptakan airport experience bagi penumpang. Oleh sebab itu, manajemen bandara mulai menerapkan konsep airport experience melalui penciptaan pengalaman yang diinginkan penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor airport experience terhadap kepuasan penumpang dan niat mereka untuk mengunjungi kembali (revisit intention), serta menyebarkan informasi positif dari mulut ke mulut (positive word of mouth). Data penelitian didapatkan dari enam ratus tujuh puluh responden penumpang di Bandara Internasional Yogyakarta. Data tersebut dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Structure Equation Modelling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa security, airport facilities, serviscape, sense of place, finding way, dan check in memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan penumpang. Selain itu, kepuasan penumpang juga mempengaruhi secara positif niat mereka untuk mengunjungi kembali (revisit intention), serta menyebarkan informasi positif dari mulut ke mulut (positive word of mouth).

The airport has undergone a business transformation, from its previous focus solely on providing public facilities to becoming a multi-service provider by offering various activities, services, processes, and technologies that ultimately create an airport experience for passengers. As a result, airport management has begun implementing the concept of airport experience through the creation of desired passenger experience. The objective of study is analyse the factors of airport experience and its influence on passenger satisfaction, revisit intention, and positive word of mouth. A quantitative research approach was employed, and primary data collected from sample of 670 passengers at Yogyakarta International Airport through the use of online questionnaires. The research hypothesis tested using Structural Equation Modeling to determine whether the various factors related to airport experience have a positive influence on passenger satisfaction. The findings of the study indicate that security, airport facilities, serviscape, sense of place, finding way, and check-in have a positive influence on passenger satisfaction. Furthermore, passenger satisfaction also positively influences their intentions to revisit and their likelihood of spreading positive word-of-mouth information."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeannefer Deborah Putri Handoyo
"ABSTRAK
Sydney Airport (SYD) adalah salah satu bandar udara tersibuk di Australia yang terletak 8km di bagian
selatan kawasan pusat bisnis Sydney. SYD memperoleh pendapatan dari empat sumber utama:
penerbangan, ritel, properti dan penyewaan mobil, serta parkir dan transportasi darat. Valuasi
perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode yang berbeda: Multiples, Residual Income
(RI), dan Free Cash Flow (FCF). Valuasi Multiples menghasilkan nilai yang serupa dengan harga
saham SYD saat ini, menyarankan pembaca untuk menahan investasi mereka. Valuasi RI
menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan harga saham SYD saat ini, menunjukkan
bahwa SYD dinilai terlalu tinggi dan pembaca perlu menjual investasi mereka. Valuasi FCF
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham SYD saat ini, menyarankan
pembaca untuk membeli saham baru. Membandingkan ketiga metode valuasi tersebut, kami percaya
bahwa FCF paling tepat untuk SYD dan kami menyarankan pembaca untuk berinvestasi di SYD.

ABSTRACT
Sydney Airport (SYD) is one of Australia`s busiest airport located 8km south of Sydney`s Central
Business District. It derives its revenue from four main sources: aeronautical, retail, property and car
rental, and parking and ground transport. The valuation of this company is done by using three different
methods: multiples, residual income (RI), and free cash flow (FCF). Multiples valuation results in
similar value to SYD`s current share price, suggesting readers to hold their investment. RI valuation
results in lower value compared to SYD`s current share price, suggesting that SYD is overvalued and
readers need to sell their investment. FCF valuation results in higher value compared to SYD`s current
share price, suggesting readers to buy new shares. Comparing the three valuation methods, we believe
that FCF is the most appropriate for SYD and we suggest readers to invest in SYD."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Taryono
"Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada segenap anggota militer TNI-AU, dimana di satu pihak terdapat kebutuhan dan tuntutan Akan pelayanan kesehatan yang semakin bertamhah sedangkan di lain pihak tersedianya anggaran yang semakin terbatas, diperlukan suatu perencanaan program kegiatan dan penggunaan anggaran yang lebih terarah dan efisien. Suatu perencanaan program pelayanan kesehatan yang terarah adalah perencanaan yang tidak hanya didasarkan kepada kebutuhan (need) semata-mata, melainkan memperhatikan pula pola pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut. Untuk maksud tersehut diperlukan beberapa masukan tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.
Penelitian ini hcrtujuan untuk mcmperoleh masukan tentang faktor-faktor pada anggota militer TNI-AU yang herhuhungan. dengan pemanfaatan Poliklinik Rumah Sakit Pangkalan Udara X. Dipilihnya Pangkalan Udara X sebagai objek penelitian, karena peneliti ingin menyumbangkan hasil penelitian tcrsebut kepada Instansi asal peneliti yaitu TNT-AU. Penelitian ini merupakan studi korelasi, dimana pengumpulan datanya dilakukan secara ?cross sectional? melalui pengisian kuesioner oleh responden yang jumlahnya telah ditentukan secara ?proportional stratified simple random sampling? Teknik analisa yang digunakan adalah Tabel Silang, Uji Chi Square dan Uji Korelasi.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa terdapat faktor-faktor pada anggota militer TNI-AU yang berhubungan dengan pemanfaatan Poliklinik Rumah Sakit Pangkalan Udara X. Faktor Pendapat Kecukupan Obat, faktor Pendapat Kecukupan Spesialis dan faktor Kebutuhan Yang Dirasakan, merupakan faktor yang berhubungan bermakna dengan pemanfaatan Poliklinik Rumah Sakit Pangkalan Udara X dengan tingkat keeratan paling tinggi. Faktor Persepsi Sakit, Pangkat, Pendapat Sikap Paramedis, dan Pendapat Sikap Dokter, berhubungan bermakna dengan pemanfaatan Poliklinik Rumah Sakit Lanud X dengan tingkat keeratan lebih rendah. Faktor Pendapaian Perkapita ternyata tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan Poliklinik tersebut. Kecuali itu terungkap pula bahwa sebagian responden masih memiliki pengetahuan yang rendah tentang kesehatan.
Demikian pula diketahui habwa masih terdapat sebagian tenaga paramedislmedis bersikap kurang memuaskan dalam memberikan pelayanan juga tentang kecukupan obat dan spesialis, sebagian anggota menyatakan masih kurang. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, disarankan agar diambil tindakan intervensi seperlunya sejauh kemampuan yang ada. Untuk inelengkapi hasil penelitian ini, kepada Peneliti lain di lingkungan Direktorat Kesehatan TNI-AU disarankan untuk mengadakan penelitian lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu Faktor Poliklinik Rumah Sakit Lanud X dan Faktor Pelayanau Kesehatan Lain."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rahardjo
"Bandara Soekarno-Hatta (BSH) sejak berdirinya telah manual berbagai permasalahan menyangkut relasi sosial dengan masyarakat setempat Potensi permasalahan yang timbul tidak hanya akibat dampak lingkungan hidup berupa kebisingan namun juga permasalahan yang lebih kompleks menyangkut ekspektasi komunitas setempat yang pada dasarnya merupakan kelompok masyarakat miskin untuk dapat menikamati hasil secara ekonomi atas kehadiran industri bandara di lingkungan mereka Berbagai permasalahan sosial tidak hanya memberikan kesan tidak tertib, namun juga tidak menguntungkan dari aspek security dan safety bags (BSH) sebagai bandara international yang membutuhkan standar aturan yang ketat Berbagai permasalahan sosial yang muncul diantaranya adalah munculnya profesi sektor informal di lingkungan BSH seperti tukang ojek, tukang parkir liar hingga gangguan-gangguan di sekitar pinggir bandara yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan. Penegakan aturan atas gangguan-gangguan ini sulit ditegakkan karena selama ini justru berdampak pada kerugian yang dialami BSH, seperti lumpuhnya BSH akibat unjuk rasa yang mereka lakukan.
Di tengah kondisi demikian pengelola BSH justru telah mencanangkan pengembangan BSH menjadi Airport City. Sesuai konsep ini maka BSH akan dikembangkan mirip sebuah kota dengan dilengkapi berbagai fasilitas area komersial terpadu seperti trade center, tempat konferensi, super market, pusat hibumn dan sebagainya. Pengembangan ini akan dilakukan sebagai antisipasi persaingan bisnis bandara yang semakin ketat dengan mengembangkan BSH tidak hanya sekedar airport tetapi juga menjadi sebuah pusat bisnis yang berkelas. Merujuk pada kondisi relasi sosial dengan masyarakat sekitar yang terjadi saat ini, maka pengembangan BSH tersebut tentu akan memberikan dampak sosial yang lebih luas dan kompleks lerhadap masyarakat sekitar, mengingat dengan kondisi seperti saat ini pun permasalahan sosial yang dihadapi tidak dapat dikatakan ringan.
Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui tentang bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab sosial eksternal yang dilakukan pengelola BSH terulama menyangkut
prinsip-prinsip kebijakan yang mendasarinya untuk mewuudkan kepedulian sosial terhadap masyarakat sekitar. Selama ini PT (Persero) Angkasa Pura II selaku pengelola BSH f dengan falsafah perusahaannya PEDULI, telah melakukan berbagai program untuk mewuudkan kepeduliannya kepada masyarakat sekitar. Penelitian secara khusus juga ingin melihat praktek-praktek community development (CD) yang dilakukan manajemen BSH sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan program CD merupakan salah satu pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan manakala relasi antara korporasi sebagai pendatang dan masyarakat local mengandung kesenjangan secara sosial ekonomi. Sementara itu pelaksanaan tanggung jawab sosial eksternal perusahaan apabila dapat dilakukan dengan tepat, akan memberikan dampak yang positif terhadap kelanggengan (sustainability) penyelenggaraan bisnis itu sendiri.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam kepada berbagai informan baik dari kalangan pengelola BSH maupun masyarakat sekitar BSIL Kegiatan observasi dan pengumpulan data sekunder yang relevan juga dilakukan untuk mendukung kegiatan analisa. Beberapa teori tentang Corporate Social Reponsibility (CSR) dan indikator-indikator evaluasi pelaksanaan CSR yang biasa digunakan di dunia internasional dicoba diterapkan pada penelitian ini, walaupun ternyata ditemukan ada yang kurang relevan. Konsep dan teori CD yang umum digunakan juga diterapkan sebagai alat bantu analisa dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepedulian yang dilakukan manajemen BSH dalam pelaksaraan tanggung jawab sosial eksternal mereka, ternyata belum mampu memenuhi harapan etik (baca :kebutuhan sesungguhnya) masyarakat sekitar. Sebab pokok yang mendasarinya adalah tidak ada kebijakan operasional yang memadai yang dapat dijadikan pedornan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Hal menyebabkan tidak adanya perencanaan yang baik, tidak ada keterpaduan antar berbagai program, struktur organisasi yang kurang mendukung serta SDM yang tidak memadai. Begitu pula program CD yang ada ternyata beiwn dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan CD, selain itu belum ada alternative bidang kegiatan CD yang mampu menyentuh permasalahan nyata yang dialami masyarakat seperti pengembangan ekonomi masyarakat miskin.
Sejalan dengan rencana pengembangan kawasan BSH ke depan, manajemen BSH perlu melakukan pembenahan terus menerus menyangkut pelaksanaan tanggung jawab sosial. Adanya suatu eetak biru yang memuat prioritas tujuan serta aturan yang memadukan kerja lembaga dan unit di lingkungan BSH yang menjalankan program sosial merupakan suatu kebutuhan. Pembenahan kebijakan juga perlu ditunjang dengan kebijakan organisasi yang mendukung yaitu adanya unit kerja khusus yang catnip Randal untuk secara khusus menangani hubungan dengan masyarakat serta mengkoordinasi penaanganan masalah sosial termasuk kordinasi pengaturan program-program sosial agar mampu bersinergi. Selanjutnya dukungan somber daya manusia dan pendanaan yang memadai jelas sangat mempengaruhi keberhasilan upaya pembenahan yang dilakukan. Pembenahan secara konsisten perlu terus dilakukan agar potret kepedulian sosial mereka tidak hanya lebih berwarna namun juga benar-benar mampu memberikan manfaat nyata.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>