Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Ningtyas
"Tesis ini bertujuan mengevaluasi efektivitas program desentralisasi di Indonesia melalui analisa atas kinerja pajak provinsi. Analisa didasarkan pada model dari Teera yang dimodifikasi sesuai kondisi Indonesia, Model tersebut mengukur kinerja pajak provinsi dari tiga dimensi, yaitu kinerja masa lalu yang diukur dari rasio pajak, kinerja aktual yang diukur dari potensi dasar pajak dan indeks usaha pajak, serta kinerja mendatang yang diukur dari elastisitas pajak. Modifikasi dilakukan dengan cara menggunakan pengeluaran pemerintah sebagai dependent variable dalam regresi dan menmbah variabel yang diapakai dalam regresi dengan variabel yang berpengaruh pada pajak provinsi di Indonesia.

This study seeks to evaluate the effectiveness of decentralization by analyzing tax performance across the province of Indonesia. This study is based the Teera model, which measures tax performance in three dimensions. Past performance is measured by the tax ratio, current performance is measured by the potential tax base and tax effort index, and future performance is measured by the tax elasticity. This study modifies the Teera model for the provincial level by using the ratio of tax to expenditure as the dependent variable. This study also tries to compromise the Teera model and the real condition of provincial tax performance as the explanatory variables. Those variables reflect provincial capacities in augmenting provincial tax revenue."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27695
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Bagus Prasetyo
"Skripsi ini membahas perbedaan pemikiran dan tindakan tokoh utama serta penggunaan latar dalam cerpen Keluarga Pembuat Mangkuk Kayu. Konflik di dalam cerpen dibangun atas perbedaan kedua tokoh utama, yakni Huang Tua dan Huang Muda. Huang Tua digambarkan sebagai tokoh yang berkeyakinan pada leluhur sedangkan Huang Muda digambarkan sebagai tokoh yang hidup di masa yang lebih modern. Perbedaan pandangan tokoh ini mengambil latar setelah Reformasi Keterbukaan, yakni tahun 1980-an di Provinsi Shaanxi.

The thesis discusses the disparity of main character?s thoughts and action as well as background which using in this Keluarga Pembuat Mangkuk Kayu short story. Disparity of main character, Old Huang and Young Huang, actually build the main story as well. Old Huang is one of people who are convinced with ancestors, whereas Young Huang is a person who live in further era. This story takes place in Shaanxi Province, China on 1980s, when the China?s Economic Reforms have been started."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Tiara
"Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia dan prevalensinya setiap tahun mengalami peningkatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 2,0% dan Provinsi Riau menjadi salah satu provinsi dengan peningkatan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 0,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Provinsi Riau berdasarkan data Riskesdas 2018. Variabel dependen penelitian ini adalah DM dan variabel independennya yaitu faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor gaya hidup (aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan manis, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok), dan faktor riwayat kesehatan (status IMT, obesitas sentral, hipertensi). Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 10.702 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 2,8% dan faktor yang berhubungan dengan kenaikan peluang mengalami DM adalah usia yang lebih tua (POR=48,59; 95% CI: 17,80-132,6, p value=0,000), status tidak bekerja (POR=1,53; 95% CI: 1,32-2,17, p value=0,000), aktivitas fisik yang kurang (POR=2,09; 95% CI: 1,63-2,68, p value=0,000), obesitas (POR=1,43; 95% CI: 1,08-1,89, p value=0,015), obesitas sentral (POR=2,70; 95% CI: 2,12-3,44, p value=0,000), dan hipertensi (POR=4,53; 95% CI: 3,58-5,74, p value=0,000). Selain itu terdapat faktor yang berhubungan dengan penurunan peluang mengalami DM yaitu tingkat pendidikan menengah (POR=0,60; 95% CI: 0,41-0,87, p value=0,009), konsumsi buah dan sayur yang kurang(POR=0,71; 95% CI: 0,53-0,95, p value=0,029), dan konsumsi makanan manis yang sering (POR=0,44; 95% CI: 0,34-0,55, p value=0,000), namun hal ini kurang dapat dipercaya karena adanya temporal ambiguity. Upaya untuk meningkatkan awareness dan kemauan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kejadian DM di Provinsi Riau perlu dilaksanakan dengan lebih baik lagi dan bekerjasama dengan lintas sektor/instansi maupun kelompok masyarakat.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the top diseases that causes death globally and its prevalence increases every year. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas 2018) found that the prevalence of DM in Indonesia based on doctor's diagnosis in residents aged ≥15 years was 2.0% and Riau Province was one of the provinces with a high increase in prevalence around 0.9%. This study aims to determine the description and factors related to DM in Riau Province based on Riskesdas 2018. The dependent variable of this research is DM and the independent variables are sociodemographic factors (age, gender, education, occupation), lifestyle factors (physical activity, consumption of fruit and vegetables, consumption of fatty foods, consumption of sweet foods, alcohol consumption, smoking habits), and health history factors (BMI status, central obesity, hypertension). The study used cross-sectional design with bivariate and stratification analysis. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with 10,702 people as sample size. The results showed that the prevalence of DM was 2.8% and the factor associated with an increase in the occurrence of DM was older age (POR=48.59; 95% CI: 17.80-132.6, p value=0.000), nonworking status (POR=1.53; 95% CI: 1.32-2.17, p value=0.000), lack of physical activity (POR=2.09; 95% CI: 1.63-2.68 , p value=0.000), obesity (POR=1.43; 95% CI: 1.08-1.89, p value=0.015), central obesity (POR=2.70; 95% CI: 2.12- 3.44, p value=0.000), and hypertension (POR=4.53; 95% CI: 3.58-5.74, p value=0.000). Apart from that, there are factors that are associated with a reduced chance of experiencing DM, namely secondary education level (POR=0.60; 95% CI: 0.41-0.87, p value=0.009), insufficient consumption of fruit and vegetables (POR=0 .71; 95% CI: 0.53-0.95, p value=0.029), and frequent consumption of sweet foods (POR=0.44; 95% CI: 0.34-0.55, p value=0.000 ), but these results were less reliable because the chance of temporal ambiguity. Efforts to increase public awareness and willingness to prevent and overcome DM incidents in Riau Province need to be implemented better and collaboration with other sectors/agencies and community groups can be implemented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`jizah
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1995
899.231 MUJ p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Aisha
"ABSTRAK
Bencana kelaparan hebat yang terjadi di provinsi Henan pada tahun 1942 sampai tahun 1943 merupakan suatu bencana yang disebabkan oleh karena pemerintah Cina kurang memperhitungkan dampak dari pelaksanaan kebijakannya dalam usaha mempertahankan kedaulatan wilayah Cina. Keadaan tersebut diperparah dengan langkah-langkah pemerintah yang kurang efisien dalam menanggulangi bencana kelaparan di Henan pada periode tahun 1942-1943. Penyediaan pangan, air bersih, pakaian, tempat tinggal yang layak dan komunikasi yang amat sangat minim disebabkan karena pemberian bantuan dari pemerintah yang tidak segera didistribusikan ke daerah krisis. Kebijakan ekonomi yang berlaku saat itu juga semakin mempersulit kehidupan masyarakat Henan. Pajak gandum yang seharusnya tidak dibebankan kepada masyarakat di daerah krisis, justru tetap diberlakukan oleh pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan militer. Masyarakat yang tidak bisa membayar pajak tersebut terpaksa harus menjual apa pun untuk memenuhi kuota pajak.

ABSTRACT
The great famine that occurred in Henan province in 1942 until 1943 was a disaster caused by the Chinese government that did not take into account the impact of its policy implementation in the effort to defend the sovereignty of China. The situation was exacerbated by the government 39 s inefficient actions in famine prevention in Henan in the period 1942 1943. The lack of food, clean water, clothing, decent housing and communications is caused by government assistance that is not immediately distributed to the crisis areas. The prevailing economic policies also made it more difficult for the people of Henan. Wheat taxes that should not be imposed on communities in crisis areas remain to be imposed by the government in efforts to meet military needs. People who can not pay the tax are forced to sell anything to meet the tax quota."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 20118
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Since independence day, our founding fathers had made awere to realize the purpose of NKRI establishment. Indonesia that has a wide territory needs to conduct through decentralization strategy. Decentralization policy has caused autonomous (province and district/city) that carry out local autonomy in border and principle of NKRI . To realize the purpose of local autonomy conducted by autonomous local government (province, district/city) that are conditionally in diversity involving autonomous regions that have lands and lands and islands characteristic. In case of realizing special local autonomy in islands region needs a price public strategy policy and appropriate to the region itself as it is presented in this article."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syarwani Canon
"Abstract
Direct relation model has been known as an analytical model to measure the relationship between economic sectors. However, there has not been known an analysis to measure the catalyst sector. Generally, the analytical model of relations of economic activities is an aggregative model which neglects the function of catalyst sector. Possibly, this will ignore its influence, when sometimes it is important to know the acceleration this influence for planning purposes. This paper uses analytical model of catalyst sectors of nine sectors in North Sulawesi Province with 56 causality combinations in each of the catalyst sector. The result shows that nine important economy sectors in North Sulawesi Province are induced by three economy catalyst sectors. First, strong catalyst sector consists of transport and communication sector, manufacturing industry sector, and trade, hotel and restaurants sector. Second, medium catalyst sector; consists of agriculture sector, finance, real estate and business services sector, and electricity, gas and water supply sector. Third, weak catalyst sector: consists of construction sector, services sector, and mining and quarrying sector."
2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sabarinah Prasetyo
"Untuk melaksanakan penelitian di Indonesia yang dapat mewakili 33 provinsi, sampling bertahap banyak dilakukan, dan tahap awalnya adalah memilih provinsi. Pada penelitian bidang kesehatan, agar provinsi terpilih mewakili kondisi kesehatan penduduk Indonesia, seyogyanya provinsi dikelompokkan berdasarkan variabel terkait kesehatan. Untuk itu, secara statistik dapat dilakukan analisis gugus (cluster analysis) memakai data dari berbagai sumber, dengan 27 variabel mencakup prevalensi beberapa penyakit infeksi dan status gizi, akses ke pelayanan kesehatan, status demografi, indeks pembangunan manusia, dan aspek keuangan. Hasil akhir menunjukkan bahwa ada 4 gugus provinsi di Indonesia, pada masing-masing gugus terdapat sebanyak 4, 8, 7, dan 14 provinsi. Proses penggugusan dengan analisis gugus semacam ini dapat diterapkan dengan memakai data yang diperbaharui dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan untuk sampling provinsi di Indonesia.

Multistage sampling procedure is often used in conducting a researchthat represents all 33 provinces in Indonesia, and the first step for the procedure is the sample selection of provinces. In the area of health research, it is recommended that the province selection is based on the stratification of provinces using health related variables. Cluster analysis is a statistical technique possibly employed utilizing data from many sources. In this particular application, it involves 27 important health variables which reflect important communicable diseases and nutritional status, access to health services, demographic situation, human development index, and financial factor. This cluster analysis produces four clusters of province, with each of them comprising of 4, 8, 7, and 14 provinces. This statistical clustering technique of provinces can be implemented and considered in the sampling process of provinces in Indonesia using the updated data.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Asnawati Safitri
"Kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia dianggap bertanggungjawab pada munculnya dampak ekologis, ekonomis dan sosial pada kehidupan masyarakat lokal. Kajian-kajian yang membahas kebijakan umumnya hanya menganalisis substansi kebijakan, tetapi tidak mempertanyakan mengapa substansi semacam itu muncul. Kajian semacam ini dikatakan sebagai kajian isi kebijakan, sedangkan kajian yang membahas mengenai bagaimana kebijakan sebenarnya dibuat dan diterapkan disebut sebagai kajian proses kebijakan. Dalam kajian proses kebijakan ada dua pendekatan yang biasa digunakan yaitu pendekatan struktural dan kultural. Dalam konteks Indonesia kedua pendekatan itu lebih banyak digunakan untuk membahas kebijakan nasional daripada kebijakan daerah. Kajian ini menjelaskan hubungan antara substansi kebijakan yang ada di daerah dengan kebudayaan birokrasi dan lingkungan dimana birokrasi itu berada. Substansi kebijakan dipengaruhi oleh hasil interaksi antara kebudayaan birokrasi dan lingkungannya. Kebudayaan birokrasi adalah cara birokrasi mempersepsikan hutan, bentuk pengelolaan dan kepada siapa pengelolaan itu diberikan sedangkan lingkungan mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial dan politik.
Lampung dan Kalimantan Timur dipilih untuk menunjukkan bahwa di dua daerah yang berbeda lingkungannya menghasilkan kebudayaan birokrasi yang sama dengan beberapa perbedaan nuansa dalam substansi kebijakan. Dalam konteks eksploitasi, birokrasi mempersepsikan hutan sebagai harta kekayaan yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam waktu secepatnya. Dalam hal perlindungan dan pelestarian hutan birokrasi menganggap bahwa hutan harus segera dilindungi dari segala bentuk kegiatan eksploitasi dan untuk itu birokrasilah yang menjadi aktor tunggal yang berperan dalam perlindungan dan pelestarian hutan karena masyarakat tidak dapat dipercaya mampu menjalankan peran itu. Persepsi yang muncul dalam konteks perlindungan dan pelestarian hutan adalah reaksi dari kegagalan kebijakan eksploitasi. Persepsi itu mempengaruhi kebijakan yang dihasilkan, namun dalam beberapa kasus terjadi perubahan tekanan dan jenis kebijakan dari kebijakan eksploitasi menjadi kebijakan perlindungan dan pelestarian tetapi kebudayaan birokrasi masih menganggap bahwa hutan masih perlu dieksploitasi secepatnya. Kesamaan kebudayaan birokrasi ini disebabkan kuatnya pengaruh pemerintah pusat dalam menentukan gagasan dan tindakan birokrasi di daerah. Perbedaan nuansa kebijakan disebabkan berbedanya lingkungan fisik, ekonomi dan sosial. Karena perbedaan itulah maka Lampung lebih mengutamakan eksploitasi dan perlindungan pada lahan sedangkan Kalimantan Timur memilih kayu, gaharu dan sarang burung."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap dalam upaya pemberdayaan masyarakat nelayan di Kelurahan Balohan Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Daerah Istimewa Aceh. Perhatian kepada kelompok masyarakat nelayan di wilayah ini penting dilakukan karena di samping memiliki potensi perikanan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, juga masih terdapat masyarakat nelayan yang relatif masih miskin.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di daerah yang berpotensi dengan cara meningkatkan nilai tambah produksinya melalui pembentukan dan pendayagunaan kelembagaan, mobilisasi sumber daya, serta jaringan kemitraan pengembangan usaha kecil sesuai kompetensi ekonomi lokal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan dalam pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap di lapangan, hambatan-hambatan, dan alternatif pemecahannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, wawancara mendalam (indept interview) dan observasi langsung dimana peneliti langsung berada di lapangan. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling selanjutnya informan lain ditelusuri dengan mengikuti prinsip teknik snow ball.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan Program PEL melalui pengadaan alat tangkap meliputi beberapa tahap, yaitu tahap sosialisasi program, tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pelestarian kegiatan. Sosialisasi program terdiri dari kegiatan penyebaran informasi dan pelatihan. Penyebaran informasi melalui mimbar ceramah di meunasah (surau) lebih efektif dari pada papan informasi dan brosur-brosur, hal ini disebabkan masyarakat setempat sangat patuh terhadap agama dan aturan adat. Papan informasi dan brosur-brosur ternyata kurang menarik minat kelompok sasaran, karena masih kurangnya kemampuan dan minat baca dari masyarakat, sehingga informasi tentang program hanya beredar dan dipahami oleh kalangan terbatas. Pertemuan diskusi kelompok sasaran melalui lembaga yang telah tumbuh dalam masyarakat menjadi sarana dalam penyampaian informasi. Dalam sosialisasi program juga dilaksanakan pelatihan manajemen keuangan dan industri bagi masyarakat pemanfaat serta sifat dari program tersebut.
Tahap persiapan pelaksanaan program meliputi pemilihan desa partisipasi, pembentukan kelompok, dan perumusan rencana kegiatan. Pemilihan desa partisipasi PEL dilaksanakan berdasarkan musyawarah, namun dalam hal ini terlihat adanya intervensi dimana forum musyawarah tersebut terlalu diarahkan oleh dikoordinator TPPK. Pembentukan, kelompok KMP masih dirasakan belum tepat sasaran yang mana keputusan lebih didominasi oleh pihak petugas dan begitu pula dengan perumusan rencana kerja masih terlihat kebutuhan yang diberikan belum mewakili dari kelompok masyarakat pemanfaat. Oleh karena itu persiapan pelaksanaan diharapkan dapat menjadi proses belajar bagi masyarakat, sehingga rencana program yang dibuat sesuai dengan kebutuhannya.
Pelaksanaan kegiatan meliputi tahap pengajuan dan pencairan dana, kegiatan kelompok sasaran, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. kegiatan pengajuan dan pencairan dana dilakukan berdasarkan rencana kegiatan (RK) yang telah dimusyawarahkan ditujukan kepada pimpinan proyek agar dana dicairkan ke rekening TPPK yang ada di bank lokal (BM), selanjutnya diajukan ke KPKN dengan dilengkapi tanda tangan ketua TPPK dan FK. Dalam pelaksanaan kegiatan PEL, keterlibatan kelompok sasaran belum memberikan masukan-masukan yang bersifat pemikiran, hal ini terlihat dari peralatan yang di berikan belum sesuai dengan kebutuhan KMP. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan hasil dilaksanakan oleh tim pelaksana dengan melibatkan warga masyarakat sehingga terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal, tetapi sayangnya kegiatan tersebut hanya dilakukan pada awal-awal program saja. Peningkatan pendapatan tidak disebabkan oleh kerjasama kelompok, akan tetapi penggunaan alat tangkap yang efektif.
Kemudian tahap pelestarian, dalam pelestarian program terlihat masih kurang berjalan karena tingkat kesadaran dari petugas masih kurang dalam mengarahkan dan memantau sistem perguliran dana, demikian juga dalam pemasaran, peran jaringan kemitraan dengan pihak swasta belum terlihat. Menurut pengamatan di lapangan terlihat bahwa terminasi yang dilakukan bukanlah karena masyarakat pemanfaat yang mandiri atau berhasil, melainkan karena habisnya waktu yang telah ditetapkan dalam proyek telah berakhir.
Beberapa kendala dalam pelaksanaan program antara lain: kurangnya peran tim pelaksana (fasilitator) dalam pelaksanaan program, sosialisasi program kurang berhasil, kurangnya motivasi dan partisipasi masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas masyarakat, minimnya tanggungjawab serta sikap malas (budaya malas) yang dimiliki oleh anggota kelompok sasaran, dengan demikian tingkat keberhasilan program rendah atau tidak mencapai tujuan.
Perbaikan yang perlu dilakukan agar pelaksanaan program PEL melalui pengadaan alat tangkap berjalan dengan efektif maka perlu meningkatkan peran serta tim pendamping (fasilitator) sehingga kehadirannya dapat menjadi motivator, perlu dilakukan penataan ulang perencanaan agar tercipta keserasian antara tujuan dengan kebutuhan kelompok sasaran dalam pelaksanaan program, Pemerintah secara konsisten mendorong masyarakat untuk menuntut ilmu, disamping itu juga perlu dilakukan persiapan sosial dengan mengedepankan metode participatory rural appraisal (PRA), dan mengadakan pendekatan non-direktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>