Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jansurya Laura Mitra
"ABSTRACT
Akuntabilitas adalah salah satu aspek yang diharapkan dari perubahan dalam reformasi birokrasi untuk diciptakan pemerintahan yang bagus. SAKIP dibentuk untuk mengukur kinerja agensi dalam konteks akuntabilitas dan pengembangan kapasitas serta kinerja lembaga pemerintah. Pada 2017 Pemerintah Kota Bekasi mampu merealisasikan anggarannya sebesar 83,85% tetapi genap jadi, KEMENPAN-RB menilai kinerja Pemerintah Kota Bekasi pencapaiannya hanya memperoleh nilai 11,05 dari target 20. Kota Bekasi
SAKIP Pemerintah menerima skor B dan berdasarkan pada pernyataan KEMENPAN -RB ini dapat menunjukkan berbagai inefisiensi> 30%. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja Pemerintah Kota Bekasi dilihat dari penggunaan anggaran dalam upaya untuk mencapai kinerjanya, menggunakan konsep Value for Money. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini bersifat post-positivis, data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil mendalam wawancara dengan narasumber dan data sekunder dalam bentuk dokumen. ini Penelitian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini, yaitu Kota Bekasi Pemerintah dapat dikatakan tidak cukup baik dalam memanfaatkan anggaran untuk mencapainya kinerja, ini disebabkan beberapa hal, yaitu Pemerintah Kota Bekasi memiliki beberapa permasalahannya, yaitu Pemerintah Kota Bekasi cenderung tidak ekonomis dalam menggunakannya
anggaran, menyebabkan anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bekasi lebih banyak dialokasikan untuk tujuan internal. Pemerintah Kota Bekasi dalam membuat program atau kegiatan tidak sesuai dengan fokus tema yang diangkat di setiap tahun, menghasilkan anggaran yang dibelanjakan bukanlah target yang tepat sesuai dengan target atau tujuan yang ingin diperoleh setiap tahun. Kelemahan dari Pemerintah Kota Bekasi dalam membuat indikator kinerja memiliki menyebabkan target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi tidak tercapai seperti yang direncanakan dalam RPJMD, akhirnya menghasilkan realisasi anggaran di Kota Bekasi Pemerintah tetapi memiliki nilai rendah dalam kinerja KEMENPAN-RB.

ABSTRACT
Accountability is one aspect that is expected of changes in bureaucratic reform to be created good governance. SAKIP was formed to measure agency performance in context accountability and capacity development and performance of government institutions. In 2017 the Bekasi City Government was able to realize its budget of 83.85% but even so, KEMENPAN-RB assesses the performance of the Bekasi City Government the achievement only gained 11.05 from target 20. Bekasi City SAKIP The government accepts a score of B and is based on the statement of KEMENPAN -RB this can indicate various inefficiencies> 30%. Therefore, this study aims to analyze Bekasi City Government performance can be seen from the use of the budget in an effort to achieve performance, use the concept of Value for Money. The method used in This research is post-positivist, the data collected is obtained from in-depth results Interviews with informants and secondary data in the form of documents. this The study was analyzed qualitatively. The results of this study, namely the City of Bekasi The government can be said to be not good enough in utilizing the budget to achieve it performance, this is due to several things, namely Bekasi City Government has several the problem is that the Bekasi City Government tends to be uneconomical in using it budget, causing the budget spent by the Bekasi City Government to be allocated more internal purpose. The Bekasi City Government does not make programs or activities in accordance with the focus of the theme raised in each year, generates a budget what is spent is not the right target according to the target or goal that you want to get every year. The weakness of the Bekasi City Government in making performance indicators have causing the target set by the Bekasi City Government to not be achieved as planned in The RPJMD has finally resulted in budget realization in Bekasi City The government but has a low value in the performance of KEMENPAN-RB."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Cendana
"Penilaian kinerja pemeliharaan penting dilakukan karena pemeliharaan dianggap sebagai biaya terbesar. Pemeliharaan juga mengembalikan barang ke kinerjanya yang semula sehingga keberadaannya perlu dilakukan. Ada banyak tools dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pemeliharaan, salah satunya adalah dengan Maintenance Scorecard. Kombinasi antara Six Sigma dengan Maintenance Scorecard membantu menilai kinerja pemeliharaan dalam bentuk perhitungan DPMO dan sigma level serta membantu pemeliharaan agar menuju tujuan yang ingin dicapai.
Six Sigma Maintenance Scorecard terbukti efektif dalam mengevaluasi kinerja pemeliharaan berdasarkan penelitian terdahulu. Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Maintenance Key Performance Indicators British Standard. Terdapat 21 indikator yang relevan terhadap Perusahaan, namun hanya 9 indikator yang dimasukkan kedalam perhitungan pada penelitian ini karena keterbatasan.
Hasil dari penelitian ini adalah pengukuran kinerja dengan Six Sigma Maintenance Scorecard sementara pada PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard masih bersifat sementara dikarenakan adanya indikator-indikator lain yang seharusnya turut dihitung. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi aspek yang perlu ditingkatkan serta saran untuk penelitian kedepannya dan PT Indopelita Aircraft Services.

Maintenance performance assessment is important to be done because maintenance is still considered as the biggest cost. Maintenance turns thing into its best performance so it is necessary to do maintenance. There are many tools to evaluate maintenance performance, one of those is Maintenance Scorecard. Combination between Six Sigma and Maintenance Scorecard helps evaluating maintenance performance with the calculation of DPMO and sigma level. It also helps to obtain the desired purpose.
Six Sigma Maintenance Scorecard is proven to be an effective tool to evaluate maintenance performance according to previous research. Six Sigma Maintenance Scorecard uses Maintenance Key Performance Indicators British Standard. There are 21 relevant indicators to company, but only 9 of them were included in this research because of limitation.
Results are the measurement using temporary Six Sigma Maintenance Scorecard in PT Indopelita Aircraft Services. Six Sigma Maintenance Scorecard is still temporary because of there are indicators which should be included too. Furthermore, this research also gives recommendation of aspects which should be improved and suggestions for both future research and PT Indopelita Aircraft Services.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erick Aditya Firmansyah
"ABSTRAK
Dalam menjaga harga pangan yang stabil, pemerintah telah menerapkan berbagai program untuk meminimalkan fluktuasi harga pangan di pasar. Dalam hal ini, Rumah Pangan Kita RPK adalah salah satu bentuk program pemerintah yang menyediakan bahan makanan pokok agar terjangkau oleh masyarakat, baik dari ketersediaan dan kepastian harga. Pengukuran menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis DEA digunakan untuk menentukan hasil kinerja RPK dan kemudian dikombinasikan dengan simulasi yang diterapkan dalam membandingkan pengaruh kinerja RPK terhadap stabilitas harga pangan. Salah satu rekomendasi berdasarkan pada matriks keterkaitan, dapat dilakukan penyesuaian terhadap komoditas yang disediakan seperti pada cluster beras 1 yang terkait dengan luas wilayah 0-40 km persegi dan dengan jumlah penduduk 55.000-110.000 jiwa, dimana tingkat keterkaitan dari variable tersebut mencapai 100 .

ABSTRACT
In maintaining stable food prices, the government has implemented various programs to minimize food price fluctuations in the market. In this case, Rumah Pangan Kita RPK is one form of the government program that provides staple food to be affordable by the community, both from affordability and price certainty. Measurements using the Data Envelopment Analysis DEA approach are used to determine the performance results of RPK unit and then combined with the simulations applied in comparing the effect of RPK performance on food price stability. Based on the linkage matrix, it can be adjusted to the commodities provided as in the rice clusters 1 related to the area of 0 40 square km and with the population of 55,000 110,000 inhabitants, where the confidence level of the variable reaches 100 ."
2018
T51620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Veronika
"Penelitian ini membahas implementasi metrik arsip untuk mengukur kinerja manajemen arsip di Universitas Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan implementasi metrik arsip Kantor Arsip, serta untuk menggambarkan kinerja manajemen arsip di Universitas Indonesia, yaitu fakultas dan Pusat Administrasi Universitas (PAU) dilihat dari tiga indikator: zero-pile-up arsip , sistem pengarsipan dan implementasi manajemen dokumen resmi. Penelitian ini juga membahas manfaat penerapan metrik arsip Kantor Arsip. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen arsip di fakultas dan PAU masih dalam kategori cukup. Ini berarti bahwa perbaikan harus dilakukan pada tiga indikator kinerja utama, yaitu arsip tanpa tumpukan, sistem pengarsipan, dan penerapan manajemen dokumen resmi. Manfaat mengukur manajemen arsip adalah: (1) mendukung budaya penilaian di bidang arsip; (2) fakultas atau kelompok kerja PAU dapat mengetahui di mana kinerjanya, mana yang baik dan mana yang masih perlu ditingkatkan; dan (3) membangun kesadaran akan pentingnya tata kelola manajemen arsip yang baik.

This study discusses the implementation of archive metrics to measure the performance of records management at the University of Indonesia. The purpose of this study is to describe the implementation of the Archive Office archive metrics, as well as to describe the performance of records management at the University of Indonesia, namely faculties and the University Administration Center (PAU) in terms of three indicators: zero-pile-up archive, filing system and document management implementation official. This study also discusses the benefits of applying the Archive Office metrics archive. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. Data collection techniques in this study used interviews, observation, and document analysis. The results showed that the achievement of archival management performance in the faculty and PAU was still in the sufficient category. This means that improvements must be made to the three main performance indicators, namely the archive without stacks, the filing system, and the application of official document management. The benefits of measuring archive management are: (1) supporting the culture of valuation in the field of records; (2) the faculty or PAU working group can find out where its performance is, which is good and which still needs to be improved; and (3) build awareness of the importance of good records management."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Raisa Ramadhan
"Pengukuran kinerja penting dalam sebuah bisnis. Peningkatan kinerja dapat dicapai melalui perencanaan manajemen strategis yang tepat. Dengan melakukan pengukuran kinerja yang baik, suatu perusahaan dapat mengetahui nilai kinerjanya. Hal ini membantu para pengambil keputusan untuk menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan metode Balanced Scorecard, perusahaan dapat mengetahui kinerja perusahaan dari 4 perspektif yang ada, yaitu Keuangan, Pelanggan, Bisnis Internal serta Pertumbuhan dan Pembelajaran. Maka dari itu, penelitian memiliki tujuan untuk memberikan rekomendasi KPI agar dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Balanced Scorecard kedepannya. Kemudian dihasilkan strategic objective dan KPI pada setiap perspektif, dan didapatkan 8 strategic objective untuk seluruh perspektif, 5 indikator untuk perspektif keuangan, 5 indikator untuk perspektif pelanggan, 5 indikator untuk perspektif proses internal, serta 6 indikator untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Performance measurement is important in a business. Performance improvement can be achieved through proper strategic management planning. By measuring good performance, a company can find out the value of its performance. This helps decision makers to determine the right strategy to improve company performance. With the Balanced Scorecard method, companies can determine company performance from 4 existing perspectives, there is Finance, Customers, Internal Business also Growth and Learning. Therefore, this study aims to provide KPI recommendations so that can use them as a reference in developing a Balanced Scorecard in the future. Then generated strategic goals and KPIs for each perspective, and obtained 8 strategic goals for all perspectives, 5 indicators for financial perspective, 5 indicators for customer perspective, 5 indicators for internal process perspective, and 6 indicators for learning and growth perspective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwu, Samuel Lay
"Pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak pada perubahan sistem pelayanan bidang kesehatan termasuk rumah sakit, dimana terjadi perubahan tata kelola rumah sakit termasuk perombakan ruangan untuk melayani pasien Covid-19, alur pelayanan yang berubah dan kinerja keuangan yang berubah oleh karena terjadi peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang terjadi di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu. Menghadapi perubahan ini, rumah sakit perlu mempunyai suatu alat penilaian kinerja untuk mempertahankan kinerja rumah sakit tetap baik di masa pandemi. Pengukuran kinerja RSUD Umbu Rara Meha Waingapu selama ini selalu hanya melihat dari segi finansial. Pendekatan konsep Balanced Scorecard (BSC) merupakan salah satu alternatif dalam mengukur kinerja. Selain mempertimbangkan faktor keuangan juga mempertimbangkan faktor non keuangan sehingga memberikan penilaian yang lebih komprehensif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana analisa kinerja RSUD Umbu Rara Meha Waingapu dengan pendekatan konsep BSC yang melihat kinerja dari empat perspektif yaitu; Perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Mix method dengan metode analisis tematik dimana peneliti menjelaskan setiap temuan-temuan yang didapatkan dari masing-masing perspektif dalam BSC, kemudian menyatukannya dalam suatu pembahasan ilmiah untuk menghasilkan suatu rencana strategi rumah sakit dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Data primer diperoleh dari; Pengisian kuesioner oleh 63 tenaga kesehatan yang bertugas pada ruang Covid-19 dan 30 pasien yang sedang dirawat di ruang Covid-19 selama bulan November dan Desember 2021, sedangkan data sekunder diperoleh dari; data laporan keuangan, data kunjungan rawat inap, data laporan sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit, data pendidikan dan latihan pegawai RSUD Umbu Rara Meha Waingapu pada tahun 2019, 2020 dan 2021. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan kinerja Rumah sakit yang “Baik” dengan rincian “Baik” pada perspektif pelanggan, perspektif keuangan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran sedangkan pada perspektif bisnis internal dinilai di bawah standar, dimana pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak pada penurunan indikator BOR dan AvLOS yang memanjang, kondisi ini dapat dikaitkan dengan kurangnya sarana prasarana yang ada pada rumah sakit, dimana pada waktu itu RSUD Umbu Rara Meha Waingapu belum memiliki Laboratorium PCR sehingga lama waktu pasien dirawat semakin memanjang dan stigma kekhawatiran masyarakat untuk berobat pada RSUD Umbu Rara Meha Waingapu karena merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan Covid-19 di pulau Sumba. Tindak lanjut yang dapat dilakukan ialah perlu penerapan BSC dalam penilaian kinerja rumah sakit agar memandang kinerja lebih komprehensif sehingga rumah sakit tidak hanya berorientasi pada keuangan saja tetapi juga intangible asset.
.....The Covid-19 pandemic that occurred had an impact on changes in the health care system including hospitals, where there was a change in hospital governance including an remodel of rooms to serve Covid-19 patients, changing service flows and changing financial performance due to an increase in the number of Covid patients. -19 that occurred at the Umbu Rara Meha Waingapu Hospital. Faced with this change, hospitals need to have a performance appraisal tool to maintain good hospital performance during the pandemic. The performance measurement of the Umbu Rara Meha Waingapu Hospital so far has always only looked at the financial side. The Balanced Scorecard (BSC) concept approach is an alternative in measuring performance. In addition to considering financial factors, it also considers non-financial factors so as to provide a more comprehensive assessment. The purpose of this study was to see how the inpatient performance analysis of RSUD Umbu Rara Meha Waingapu with a BSC concept approach looked at performance from four perspectives, namely; Financial perspective, internal business perspective, customer perspective, growth and learning perspective. The method in this study uses the thematic analysis method where the researcher explains each finding obtained from each perspective in the BSC, then combines them in a scientific discussion to produce a hospital strategic plan in dealing with the ongoing Covid-19 pandemic situation. Primary data obtained from; Filling out questionnaires by health workers on duty in the Covid-19 room and patients being treated in the Covid-19 room, while secondary data was obtained from; financial report data, inpatient visit data, human resource report data working in hospitals, education and training data for Umbu Rara Meha Waingapu Hospital employees in 2019, 2020 and 2021. Overall, the results of this study indicate that the hospital's performance is "good" with details of "good" on the customer perspective, financial perspective, growth and learning perspective while the internal business perspective is considered below standard, where the Covid-19 pandemic that occurred had an impact on decreasing indicators. Prolonged BOR and AvLOS, this condition can be attributed to the lack of existing infrastructure at the hospital, where at that time the Umbu Rara Meha Waingapu Hospital did not yet have a PCR Laboratory so that the length of time the patient was treated was getting longer and the stigma of public concern for treatment at the Umbu Rara Hospital Meha Waingapu because it is the only Covid-19 referral hospital on the island of Sumba. The follow-up that can be done is that it is necessary to apply the BSC in hospital performance assessments in order to view performance more comprehensively because hospitals are not only financially oriented but also intangible assets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyuti
"Pengukuran kinerja organisasi merupakan pondasi dalam mewujudkan pemerintahan berbasis kinerja sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025. Sasaran Strategis Reformasi Birokrasi di fase akhir ini (2020-2024) adalah terwujudnya pemerintahan berbasis kinerja, dimana basisnya adalah pengukuran kinerja. Oleh karena itu setiap organisasi pemerintah pusat dan daerah, harus mampu mewujudkan organisasinya agar berkinerja secara terukur. Penelitian menggunakan metode campuran untuk tujuan penelitian yaitu: 1)Menjelaskan 12 tahapan penerapan balanced scorecard dalam perbaikan akuntabilitas kinerja termasuk perbaikan perencanaan dan penganggaran serta pengelolan kinerja pemerintah; 2)Menjelaskan perkembangan kinerja KKP melalui peningkatan capaian empat perspektif BSC; dan 3)Menjelaskan peningkatan kinerja organisasi KKP sebelum dan sesudah menggunakan balanced scorecard. Penilaian kinerja organisasi dilakukan dengan kategori capaian NKO (Nilai kinerja organisasi): rendah/merah dimana X < 80%; sedang/kuning 80% ≤ X < 100%; tinggi/hijau 100% ≤ X ≤ 120%. Adapun NKP (Nilai kinerja perspektif): rendah/merah X<75%; sedang/kuning 75%≤X<90%; tinggi/hijau 90% ≤ X ≤ 120%; dengan bobot perspektif BSC 1) learn and growth (bobot 30%) ; 2) internal process (bobot 30%); 3) customer (bobot 15%) dan 4) perspektif stakeholder (bobot 25%). Pendekatan kuantitatif melalui penjelasan statistik deskriptif untuk mendeskripsikan keempat perspektif tersebut dalam perbaikan akuntabilitas kinerja KKP. Sementara pendekatan kualitatif untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai penerapan BSC secara komprehensif. Dari empat perspektif dalam BSC menggambarkan tingkat capaian kinerja organisasi berjenjang dari level Menteri, Level Eselon I, Eselon II, Eselon III, hingga level eselon IV berdasarkan output-outcome pada sistem aplikasi pengukuran kinerja, yaitu sebanyak 1.122 IKU pada tahun 2015; 11.653 IKU pada tahun 2016; dan 13.050 IKU di tahun 2017. Hasil uji signifikansi sakip KKP berdasarkan standar nilai maksimal Kementerian PAN & RB, yaitu rata-rata di atas 0,5 (95%), sedangkan pencapaian kinerja organisasi pada BSC perspektif stakeholder KKP sebesar 96% (2015); 90% (2016); dan 95% (2017); dengan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yaitu 112% (2015); 104% (2016) dan 98% (2017). Berdasarkan hasil uji hubungan antar persepektif BSC, ditemukan hubungan langsung dan tidak langsung dimana perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Learn & Growth) memiliki hubungan langsung positif terhadap Internal proses IP (proses bisnis) sebesar 0.329; hubungan langsung positif terhadap CP (Customer perspective)sebesar 0.006; hubungan langsung negatif terhadap SH (stakeholder) sebesar -0.047. Perspektif IP memiliki hubungan positif terhadap CP sebesar 0.123 dan hubungan langsung ke SH positif 0.108. Dari hasil ini memperlihatkan bahwa antar perspektif memiliki hubungan meskipun nilai hubungan ini kecil namun tidak bisa diabaikan karena berlakunya prinsif kausalitas dari output hingga menghasilkan outcome/impact. Hal ini dapat dipahami bahwa perubahan indikator kinerja yang sifatnya outcome untuk pencapaian arah strategi (Strategic objective) organisasi, dibutuhkan jangka waktu yang lama. Hubungan tidak langsung yang rendah yaitu antara LG terhadap CP sebesar 0.038; IP terhadap SH sebesar 0.078, LG terhadap SH sebesar 0.066. Adapun sebaran intervensi sosial KKP ditemukan level macro pada perspektif. Pada level mezzo ditemukan pada perspektif costumer, sedangkan level micro lebih banyak ditemukan pada perspektif proses bisnis. Hasil capaian outcome pada stakeholder perspektif tertinggi dicapai pada tahun 2015 yaitu 96%; 2016 (90%) dan tahun 2017 (95%).

Organizational performance measurement is the foundation in realizing performance-based government as stated in Presidential Regulation Number 81 of 2010 concerning the Grand Design of Bureaucratic Reform 2010-2025. The strategic target of Bureaucratic Reform in this final phase (2020-2024) is the realization of performancebased government, where the basis is performance measurement. The research uses mixed methods for research purposes, namely: 1) Explaining the 12 stages of implementing the balanced scorecard in improving performance accountability including improving planning and budgeting as well as managing government performance; 2) Explaining the development of KKP performance through improving the achievements of the four BSC perspectives; and 3) Explaining the improvement of KKP organizational performance before and after using the balanced scorecard. Organizational performance assessment is carried out in the category of NKO achievement (Organizational Performance Value): low/red where X < 80%; medium/yellow 80% X < 100%; high/green 100% X 120%. The NKP (Perspective performance value): low/red X<75%; medium/yellow 75%≤X<90%; high/green 90% X 120%; with BSC perspective weight 1) learn and growth (weight 30%); 2) internal process (weight 30%); 3) customer (weight 15%) and 4) stakeholder perspective (weight 25%). Quantitative approach through descriptive statistical explanations to describe the four perspectives in improving the accountability of KKP performance. Meanwhile, the qualitative approach is to obtain more in-depth information on the comprehensive implementation of the BSC. The four perspectives in the BSC describe the level of organizational performance achievement in tiers from the Minister level, Echelon I, Echelon II, Echelon III, to echelon IV levels based on the outputs of the performance measurement application system, which were 1,122 KPIs in 2015; 11,653 KPIs in 2016; and 13,050 KKP in 2017. The results of the KKP sakip significance test are based on the maximum standard value of the Ministry of PAN & RB, which is above 0.5 (95%), while the achievement of organizational performance in the BSC of the KKP stakeholder perspective is 96% (2015) ; 90% (2016); and 95% (2017); with Organizational Performance Value (NKO) of 112% (2015); 104% (2016) and 98% (2017). Based on the results of the relationship test between BSC perspectives, a direct and indirect relationship was found where the Growth and Learning perspective has a positive direct relationship to the Internal IP process (business process) of 0.329; positive direct relationship to CP (Customer perspective) of 0.006; negative direct relationship to SH (stakeholder) of -0.047. IP perspective has a positive relationship to CP of 0.123 and a direct relationship to SH is positive of 0.108. These results show that there is a relationship between perspectives, although the value of this relationship is small, it cannot be ignored because the principle of causality applies from the output to the outcome/impact. It can be understood that changes in performance indicators, which are outcome in nature, for achieving the organization's strategic objectives, need a long period of time. The low indirect relationship between LG and CP is 0.038; IP to SH is 0.078, LG to SH is 0.066. Meanwhile, the distribution of social intervention in the KKP was found at the macro level in perspective. At the mezzo level it is found in the customer perspective, while the micro level is found more in the business process perspective. The outcome of the highest stakeholder perspective was achieved in 2015, namely 96%; 2016 (90%) and 2017 (95%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almer Krisnanda Dewantara
"Kebutuhan Supply Chain Management (SCM) yang andal dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah khususnya dalam pengiriman kartu kredit di sektor perbankan merupakan bagian dari evolusi bisnis perusahaan. Penggunaan kartu kredit di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, mendorong sektor perbankan untuk mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk mendapatkan nasabah baru. Mengembangkan bisnisnya, perusahaan perbankan bekerja sama dengan logistik pihak ketiga untuk mengirimkan barang kartu kredit melalui sistem terintegrasi internal. Masalah muncul ketika kartu kredit yang diproduksi gagal dikirimkan ke pelanggan, dan tindakan segera diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi. Masalah dalam akuisisi kartu kredit dan alur pengiriman dapat dianalisis secara menyeluruh menggunakan alat pengukuran manajemen kualitas dari bagan Pareto dan diagram sebab-akibat. Diskusi kelompok digunakan dalam studi kualitatif untuk menganalisis masalah, dan penelitian kuantitatif digunakan untuk menentukan prioritas terbaik dari solusi menurut perusahaan. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) membantu perusahaan untuk memprioritaskan fokusnya untuk menentukan langkah terbaik dalam peningkatan rantai pasokan perusahaan. Harmonisasi alat pengukuran kualitas manajemen dan proses pengambilan keputusan membantu perusahaan menemukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah pengiriman kartu kredit di Indonesia.

The requirement for dependable Supply Chain Management (SCM) efforts in order to provide the best services to customers is a component of business evolution. Credit card usage in Indonesia has increased year after year, prompting the banking sector to devote more resources to acquiring new customers. In order to grow its business, the banking company collaborates with third-party logistics to deliver credit card goods through an internal integrated system. The issue arises when a manufactured credit card fails to be delivered to the customer, and immediate action is required to resolve this issue so that the customer is satisfied. Problems within the credit card acquisition and delivery flow can be thoroughly analyzed using the quality management tools of a Pareto chart and a cause-effect diagram. Focus group discussions were used in qualitative studies to analyze the problem, and quantitative research was used to determine the best priority of the solution, according to the company.Analytic Hierarchy Process (AHP) methods help the company to prioritize its focus to pinpoint the best priority in the improvement of the company's supply chain. This harmonization of quality tools and the decision making process ought to help companies find the best solution to solve the credit card delivery problem."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rehan Wira Widyatna
"Didorong oleh kemajuan teknologi yang pesat sekarang ini, dunia bergerak dengan sangat cepat. Bisnis adalah salah satu hal yang sangat terpengaruh oleh perubahan itu, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dan memberikan value yang lebih pada customer dibandingkan kompetitornya dengan memiliki apa yang disebut sebagai Competitive Advantage (CA). 85% nilai suatu perusahaan didasarkan pada intangible assets, yang mana SDM termasuk di dalamnya. Ini menjadi sanagt mengkhatirkan karena, aset yang sedimikian berpengaruh, yaiut sumber daya manusia, malah jarang diperhatikan dan diukur. Padahal, Sumber Daya Manusia adalah salah satu aspek yang dimiliki dan sangat penting untuk setiap perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat merancang suatu sistem pengukuran performa dari sumber daya manusia, agar bisa sesuai dengan tujuan perusahaan serta dapat digunakan sebagai alat pertanggung jawaban divisi SDM terhadap XYZ Consulting, sebuah perusahaan konsultan yang mana value dari perusahaan seperti itu sangat ditentukan oleh kualitas dari SDM-nya. Perancangan dilakukan dengan menggunakan metode Human Resource Scorecard, didasarkan pada tujuan, visi, misi, serta value dari XYZ, sampai kemudian dihasilkan Key Performance Indicator pada setiap sasaran strategis. KPI ini lalu dibobotkan menggunakan Analytical Network Process dan didapatkan 13 sasaran strategis yang dibagi menjadi 4 perspektif, dan didapatkan juga KPI berjumlah 44 yang terbagi menjadi Leading indicator sebanyak 22 dan Lagging Indicator sebanyak 22.

Driven by today's rapid technological innovation, the world is changing at a breakneck speed. Business is one of the things that is greatly affected by this change, companies are required to continuolsly improving and provide more value to customers compared to competitors, by having strong Competitive Advantage (CA). 85% value of a company is based on intangible assets, which HR play a big role. Here’s where the problem is, because an asset that is so influential, namely human resources, is rarely considered and measured. In fact, Human Resources is one aspect that is owned and very important for every company. Therefore, this study aims to be able to design a performance measurement system for human resources, so that it fits the company's goals and can be used as a tool for the HR division's report to XYZ Consulting, a consulting firm where the value of this kind of company is really determined by the quality of its human resources. The design is carried out using the Human Resource Scorecard method, based on the objectives, vision, mission, and values of XYZ, until a Key Performance Indicator is generated for each strategic goal. These KPIs then were weighted using the Analytical Network Process and obtained 13 strategic targets which were divided into 4 perspectives, and obtained 44 KPIs which were divided into 22 for Leading indicators and 22 for Lagging Indicators."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Jerry Heikal
"Toyota Tsusho Corporation merupakan sebuah perusahaan trading Jepang yang termasuk kedalam Sogo Sosha. Bisnisnya di Indonesia antara lain adalah pada divisi metal, mesin, kimia dan tekstil. Core business perusahaan adalah pada divisi metal dimana share terbesar untuk revenue perusahaan berasal darinya.
Dalam usaha mempertahankan keunggulannya, perusahaan dirasa sangat memerlukan suatu strategi yang efektif dimana diperlukan sistem penilaian kinerja perusahaan (company wide performance measurement) yang fleksibel dan mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan.
Munculnya pendekatan Balanced Scorecard juga didorong oleh semakin tajamnya persaingan usaha dan meningkatnya tuntutan pasar bahwa untuk meraih sukses sebuah organisasi perlu mengelola seluruh sumber daya yang dimilikinya. Saat ini perusahaan-perusahaan yang ada sangat kental diwarnai oleh tolak ukur keuangan seperti ROI, EPS dan EVA. Masalahnya sekarang adalah bahwa kinerja yang hendak di ukur dalam suatu perusahaan ataupun dalam bidang usaha tidak terbatas pada faktor keuangan saja melainkan juga meliputi kondisi lainnya seperti visi, strategi, organisasi, tingkat pencapaian operasi, kondisi persaingan, pengembangan sumber daya manusia, tingkat kepuasan pelanggan dan indikator-indikator lainnya.
Cara penilaian kinerja Toyota Tsusho Corporation saat ini masih berdasarkan pada target-target pencapaian finansial. Hal ini cukup baik hanya saja target-target yang diberikan masih bersifat jangka pendek dan tidak mampu merefleksikan kondisi kinerja perusahaan secara jelas. Dengan kondisi lingkungan yang terus berubah, Toyota Tsusho sebaiknya diupayakan untuk tidak lagi mengukur kinerjanya dengan cara lama namun harus mampu secara lebih jelas, komprehensif dan terukur.
Salah satu metode pengukuran strategis yang ada adalah Balanced Scorecard. BSC mengetengahkan satu sistem terintegrasi yang menggabungkan tolak ukur keuangan dan non keuangan. Penjabaran dan penilaian kinerja melalui BSC membantu perusahaan melakukan integrasi seluruh rangkaian strategi manajemen Seperti rekayasa ulang proses bisnis, sistem manajemen yang terpadu dan pemberdayaan karyawan. Sistem yang dibangun melalui BSC juga memberikan gambaran strategis serta terdapat juga analisa sebab-akibat atas seluruh kegiatan dan kinerja perusahaan sehingga proses pelaksanaan strategi perusahaan dan kegiatan pembangunan kompetensi dasar tergambar.
Dengan menerapkan BSC, perusahaan bukan saja memiliki tolok ukur kinerja yang komprehesif, tapi para karyawannya juga memahami keadaan perusahaan yang sebenamya. Dengan demikian alcan tumbuh semangat kebersamaan clan rasa tanggung jawab diantara para karyawan terhadap maju-mundumya perusahaan. Untuk itu seluruh karyawan seharusnya mengetahui dan memahanii semua tolok ukur kinerja keempat perspektif serta mengetahui dan memahami cara dan arti angka-angka tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>