Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunawan Widjaja
Jakarta: Rajawali, 2008
346.066 GUN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Japan External Trade Organization, 1993
332.6 LIS (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Japan External Trade Organization, 1994
332.6 LIS (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Japan External Trade Organization, 1995
332.6 LIS (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarjati Hartono
Bandung: Binacipta, 1972
332.659 8 SUN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Charles Himawan
Jakarta: Gunung Agung, 1980
332.673 CHA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Wicaksono
"Dalam keputusan investasi, penilaian terhadap nilai suatu saham merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan investasi tersebut. Penelitian - penelitian mengenai penilaian harga saham di Indonesia sebelumnya cenderung menunjukkan bahwa harga saham tidak sama dengan nilai intrinsik atau nilai fundamental perusahaan tersebut. Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai penilaian harga saham suatu perusahaan yang bergerak di industri ritel. PT. Mitra Adi Perkasa, Tbk adalah perusahaan ritel yang memiliki beberapa unit usaha yang terbagi dalam dua segmen utama yaitu department store dan specialty store. MAP merupakan pengelola dan pemilik beberapa lisensi merek - merek terkenal dunia seperti SOGO, SEIBU, Starbucks Coffee, Burger King, ZARA, Cold Stone Creamery, Kinokuniya Book Store, Giorgio Armani, Emporio Armani, Marks & Spencer dan lain - lain. Disamping itu perusahaan juga merupakan distributor dan produsen untuk beberapa produk/ merek pakaian dan alat olah raga ternama dunia seperti Reebok, Spalding, Lotto, Mizuno, Airwalk, Rockport, Golf House dan lain - lain. Sepanjang tahun 2007 harga saham MAP mengalami penurunan sebesar 23% dari Rp. 910 per lembar sahamnya pada awal tahun 2007 menjadi Rp. 700 per lembar saham pada akhir tahun tanggal 28 Desember 2007. Padahal kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana total penjualan meningkat sebesar 16,6% pada tahun 2007 mencapai Rp. 3,8 triliun dimana sebelumnya Rp. 3,3 triliun pada tahun 2006. Laba operasi pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 31,3% atau mencapai Rp. 257 miliar dimana sebelumnya Rp. 195 miliar. Laba bersih pada tahun 2007 meningkat sebesar 5,5% mencapai Rp. 115 miliar dimana sebelumnya Rp. 109 miliar. Pada tahun 2007 perusahaan juga menerima penghargaan dari dua majalah investasi dan keuangan ternama Asia yaitu Finance Asia dan Asia Magazine sebagai The Best Managed Company (Small Cap Sector). Hal ini cukup menarik perhatian penulis untuk mengetahui apakah saham MAP ini sudah dinilai pada nilai wajarnya. Penelitian karya akhir ini akan menggunakan pendekatan top down analysis yang diawali dengan melakukan analisis terhadap faktor eksternal perusahaan yaitu ekonomi makro yang terdiri dari faktor pertumbuhan ekonomi, faktor inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Kemudian penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan analisis pada industri ritel di Indonesia. Selain itu analisis juga dilakukan terhadap faktor internal perusahaan yaitu strategi perusahaan dan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan tersebut dapat disusun asumsi - asumsi pada proyeksi keuangan perusahaan dalam beberapa tahun mendatang untuk mendapatkan nilai intrinsik saham yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Economic Value Added dan dua model pembanding lainnya yaitu metode Dividend Discount Model dan Earning Based Model atau yang disebut juga dengan Residual Income Model. Hasil penelitian dengan menggunakan tiga metode tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis skenario yaitu skenario most likely, skenario pessimistic, dan skenario optimistic. Dari hasil perhitungan dengan metode Economic Value Added diperoleh nilai intrinsik saham perusahan sebesar Rp. 3.920,42 per lembar saham. Sementara itu dari hasil perhitungan dengan metode Dividend Discount Model diperoleh nilai intrinsik perusahaan sebesar Rp. 997,60 per lembar saham. Sedangkan dengan metode Earning Based Model/ Residual Income Model diperoleh nilai intrinsik sebesar Rp. 3.002,02 per lembar saham. Berdasarkan hasil perhitungan ketiga metode tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai saham adalah undervalued karena nilai intrinsiknya lebih besar dari nilai pasarnya yang sebesar Rp. 700 per lembar sahamnya. Oleh karenanya berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa saham PT. Mitra Adi Perkasa, Tbk layak untuk dibeli terutama bagi investor yang memiliki tujuan jangka panjang.

In the investment decision, valuation of the intrinsic value of the share is one of the most important determinants for the investment success. Previous researches regarding to the intrinsic value of share in Indonesia show that market price of a share tend to be not the same as the intrinsic value or the fundamental value of the company. This research will explain about the valuation of a company who engaged in retail industry. PT. Mitra Adi Perkasa, Tbk (MAP) is a retail company who owns several business line which comprises to two major segments namely department store and specialty store. MAP manage and owns several worldwide brand and license such as SOGO, SEIBU, Strabucks Coffee, Burger King, ZARA, Cold Stone Creamery, Kinokuniya Book Store, Giorgio Armani, Emporio Armani, Mark & Spencers and etc. The company also engaged as distributor and manufacturer of several apparel products and sports gear such as Reebok, Spalding, Lotto, mizuno, Airwalk, Rockport, Golf House and etc. During 2007 MAP`s stock price decreased 23% from Rp. 910 per share in the beginning of 2007 became Rp. 700 per share on December 28th 2007. In contrast, financial performance of the company increased significantly where the total sales increased 16,6% in 2007 to reach Rp. 3,8 trillion from previous Rp. 3,3 trillion in 2006. The operating income increased spectacularly 31,3% to reach Rp. 257 billion from previous Rp. 195 billion in 2006. The net income of the company increased 5,5% to reach Rp. 115 billion from previous Rp. 109 billion in 2006. In 2007 the company was awarded as best managed company at small cap sector by two famous Investment & finance Asian Magazines namely Finance Asia and Asia Magazine. Hence, it is interesting to know whether MAP`s stock or share price has been valued fairly or not. This research will use top down analysis approach which started with analysis of company`s external factors such macro economics consist of economic growth, inflation rate, exchange rate, and interest rate. The research continues with analysis of Indonesia`s retail industry. Beside external factor, there will be also the internal factor analysis such as company`s strategy and company`s competitive advantage. Based on the analysis which have been done several assumption can be made to make company`s financial projection for several coming years to calculate the intrinsic value of the company which will be done with Economic Value Added approach and two other methods : Dividend Discount Model and Earning Based Model/ residual Income model. The result of the research using this three methods is done by using the scenario analysis namely most likely scenario, pessimistic scenario and optimistic scenario. From the calculation using economic value added method it is showed that MAP has intrinsic value as much as Rp. 3,920.42 per share. Using the dividend discount model showed that MAP has intrinsic value amounting to Rp. 997.60 per share. While using the earning based model/ residual income model it is showed that MAP has intrinsic value amounting to Rp. 3,002.20 per share. Based on the calculation using that three methodology, can be summarized that the stock/ share price of the company is undervalued. Because of that the share of PT. Mitra Adi Perkasa, Tbk is feasible to buy especially for long term perspective investor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26534
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surahmin
"Investasi atau yang disebut juga menabung dengan tujuan tertentu. Memberi makna yang membedakan dari menabung saja. Investasi ditentukan oleh kepentingan apa yang akan dicapai orang itu pada masa mendatang. Di banding menabung, investasi dapat memberikan keuntungan yang lebih besar mulai 10%, 30%, 100% atau bahkan lebih. Bentuk investasi sampai dengan saat ini beragam. Namun demikian ada beberapa investasi yang menarik minat masyarakat. Salah satunya adalah reksa dana. Reksadana pada saat ini merupakan investasi yang sedang berkembang pesat. Adapun yang dimaksud dengan reksa dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi dari perusahaan reksa dana. Secara hukum bentuk reksa dana dapat berbentuk perseroan atau kredit investasi kolektif (KIK). Pada akhir tahun 2004 tercatat, jumlah investasi yang berhasil dikelola oleh reksa dana lebih kurang 118 triliun. Jumlah yang sangat besar mengingat usia investasi ini relatif masih baru. Reksa dana dikelola oleh manajer investasi. Pihak yang menjalankan prosedur, administrasi dan analisis terhadap efek investasi. Sehingga pemegang unit penyertaan atau pemegang reksa dana hanya tinggal menunggu hasil pekerjaan manajer investasi. Adapun nilainya dihitung berdasarkan nilai aktiva bersih yang ditetapkan melalui perkembangan pasar. Sementara itu resiko merupakan faktor yang selalu ada dalam suatu investasi. Walaupun reksa dana menjanjikan keuntungan, namun tetap saja mengandung resiko. Pada kondisi tertentu resiko dari suatu investasi atau modal yang ditabung dapat bernilai 0% atau tidak memiliki nilai sama sekali. Berbeda halnya dengan tabungan atau deposito pada perbankan yang dijamin pemerintah. Reksa dana sama sekali tidak dijamin oleh pemerintah. Sehingga pemegang unit penyertaan atau pemilik reksa dana harus mengetahui mengetahui secara mendetail hak apa saja yang mereka miliki. Karena manajer investasi tidak dapat dimintai tanggung jawab akibat negatif yang timbal dari perkembangan pasar reksa dana. Secara yuridis, manajer investasi bertanggung jawab terbatas. Kenyataan ini mengingatkan bagi para investor untuk berhati-hati sebelum menanamkan modalnya dalam reksa dana."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artati Wulandini
"Pemerintah Indonesia telah menggariskan kebijakan dengan menetapkan tahun 2003 sebagai tahun investasi. Presiden Megawati Soekarnoputri pads tanggal 27 Februari 2003, dengan harapan bahwa iklim investasi di Indonesia kembali bergairah setelah mengalami keterpurukan akibat krisis multidimensi sejak tahun 1997, sehingga para investor, baik investor lokal maupun investor asing tertarik kembali untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini maka seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, yang terkait perlu didayagunakan untuk dapat menyerap modal asing maupun modal dalam negeri.
Sebenamya pencanangan Tabun 2003 sebagai Tahun Investasi dapat dilihat dari dua pendekatan: pendekatan pesimistis dan pendekatan optimistis. Yang pesimistis beranggapan tahun ini sulit untuk bisa menggaet investasi karena ada beberapa faktor penghambat masuknya investasi. Misalnya, masalah kenaikan harga yang mendongkrak biaya produksi yang tinggi, ketidakpastian jaminan keamanan karena menjelang agenda politik Pernilu 2004, adanya teror born di dalam negeri seperti di Bali, Bursa Efek Jakarta, Gedung MPRIDPR, dan terakhir Hotel JW Marriot.
Sementara itu situasi luar negeri juga tidak menentu dengan adanya wabah penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Perang Irak dengan Amerika Serikat yang baru saja selesai, Tragedi peruntuhan gedung WTC di Amerika Serikat, dan persaingan yang berat dengan Cina, Vietnam, Thailand, dan Asia. Tidak kompetitif karena faktual dan sentimen negatif bagi iklim investasi di Indonesia melalui melalui pemberitaan juga mengalir deras. Padahal investasi merupakan hal yang sangat panting untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia apabila mengharapkan ralcyat dapat bekerja dengan baik, dan lapangan pekerjaan dapat tersedia dengan baik. Persoalan panting yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah untuk dikerjakan, sekaligus didukung oleh kalangan dunia usaha dan masyarakat.
Sementara dari sisi optimistis, semangat bahwa investasi harus terns meningkat, apa pun situasi dan kondisinya, seharusnya menjadi spirit dari semua prang. Dengan demikian, berbagai faktor penghambat investasi bisa dieliminasi.
Menjadi tugas pemerintah, termasuk politisi dari DPR, untuk bisa membuat iklim yang kondusif sehingga Indonesia dapat menjadi pilihan investasi yang baik bagi pars investor asing. Bahkan, bukan hanya investor asing, investor lokal pun kelihatannya hams dirangkul agar pertumbuhan ekonomi terjadi dari investasi ini.
Pemerintah berharap tahun 2003 jum.lah investasi yang rnasuk akan meningkat, balk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah akan segera menyelesaikan RTJU Investasi dan akan memberikan insentif bagi pars investor. Pemerintah memang harus berbenah din agar para investor, khususnya pemodal asing, tertarik menginvestasikan dananya ke Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
T19816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Sufianti
"Tesis ini menyajikan hasil penelitian mengenai kinerja investasi etis, khususnya investasi syariah, di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investasi syariah yang melakukan proses screening (mengeluarkan saham-saham yang dinilai tidak sesuai dengan syariah) dalam pembentukan portofolionya dapat memberikan kinerja yang sama baiknya dengan investasi konvensional yang tidak melakukan proses screening.
Perbandingan kinerja dilakukan dengan membandingkan tiga hal, yaitu membandingkan kinerja indeks, kinerja reksadana dan kinerja portofolio. Sebagai ukuran kinerja digunakan rata-rata return bulanan. Pada perbandingan kinerja indeks, dilakukan uji-t antara rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh indeks LQ 45 dengan rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh Jakarta Islamic Index (JII). Walaupun rata-rata return bulanan LQ 45 (0.73% per bulan) lebih basal dibandingkan rata-rata return bulanan Jll (031% per bulan), tetapi hasil uji-t menunjukkan nilai yang tidak signifikan (probabilitas untuk menerima Ho sebesar 99.5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata return bulanan indeks LQ45 dengan rata-rata return bulanan JII. Hasil yang sama (tidak signifikan) juga diperoleh pada perbandingan dengan menggunakan rata-rata return mingguan dan return harian.
Selain dibandingkan dengan indeks LQ45 sebagai proxi dari indeks konvensional, dilakukan juga perbandingan dengan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) sebagai proxi kinerja pasar. Dari uji-t yang dilakukan, diperoleh basil yang tidak signifikan (probabilitas untuk menerima HO sebesar 86%), sehingga dapat disimpulkan juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata return bulanan yang dihasilkan JII dengan return bulanan yang dihasilkan MSG. Demikian pula, jika digunakan rata-rata return mingguan dan rata-rata return harian. Kesimpulan umum yang dapat diambil dari perbandingan kinerja indeks ini adalah, tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara investasi syariah dengan investasi konvensional dan tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara investasi syariah dengan kinerja pasar.
Selanjutnya dilakukan perbandingan kinerja reksadana antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Untuk menghindari bias yang disebabkan perbedaan kemarnpuan rnanajer investasi dalam menghasilkan abnormal return, maka perbandingan dilakukan antara rekasadana syariah dengan reksadana konvensional yang dikelola oleh satu manajer investasi. Reksadana terpilih adalah Danareksa Syariah sebagai wakil reksadana syariah dengan Danareksa Mawar sebagai wakil dari reksadana konvensional yang keduanya dikelola oleh PT. Danareksa Investment Management. Perbandingan pertama dilakukan dengan melihat rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh kedua reksadana. Terlihat bahwa Danareksa Syariah, selama periode 2001-2002 dapat menghasilkan rata-rata return bulanan yang lebih balk dari Danareksa Mawar. Rata-rata return bulanan Danareksa Syariah adalah berapa 0.6% per bulan sedangkan rata-rata return bulanan Danareksa Mawar adalah berapa 0.04% per bulan. Dari uji-t yang dilakukan ternyata hasilnya tidak signifikan (probabilitas untuk menerima Ho sebesar 76.7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata return bulanan yang dihasilkan oleh kedua reksadana ini secara statistik tidak berbeda. Dari hasil perbandingan rata-rata return bulanan, secara umum dapat dikatakan bahwa reksadana syariah menunjukkan kinerja yang tidak berbeda dengan reksadana konvensional.
Perbandingan kedua dilakukan dengan menggunakan model Jensen's alpha. Pada perbandingan ini akan dilihat perbedaan kinerja reksadana syariah dengan kinerja pasar. Dari hasil regresi yang dilakukan terlihat bahwa nilai alpha yang dihasilkan Danareksa Syariah lebih besar dibanding nilai alpha Danareksa Mawar. Tetapi karena kedua alpha tidak signifikan pada tingkat 5%, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja kedua reksadana. Nilai alpha yang tidak signifikan juga menunjukkan bahwa kinerja Danareksa Syariah sama dengan kinerja pasar.
Selain menggunakan model Jensen's alpha juga dilakukan perbandingan dengan menggunakan model Carhart. Dengan menggunakan model ini dapat diketahui juga gaya manajer investasi dalam rnemilih saham-saham untuk portofolio reksadana. Perbandingan kinerja dengan menggunakan Carhart model menunjukkan bahwa nilai alpha reksadana syariah lebih baik dari reksadana konvensional. Tetapi karena kedua alpha juga tidak signifikan pada tingkat 5% maka disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja kedua reksadana. Selain itu terlihat bahwa hanya variabel pasar saja yang signifikan mempengaruhi excess return reksadana syariah sedangkan variabel-variabel size, book-to-market rasio dan momentum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap excess return reksadana syariah, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan portofolionya, manajer investasi baru mempertimbangkan faktor pasar saja.
Terakhir dilakukan perbandingan antara kinerja portofolio syariah dengan portofolio konvensional. Portofolio syariah dibentuk dari saham-saham anggota Jakarta Islamic Index sedangkan untuk portofolio konvensional dibentuk dari saham-saham anggota LQ 45. Dari perbandingan kinerja ini juga akan dilihat kriteria apa saja yang dapat digunakan dalam pemilihan saham sehingga investasi syariah dapat memberikan kinerja yang lebih baik atau sama baiknya dengan investasi konvensionaI.
Adapun kriteria yang dipertimbangkan mengacu pada model Carhart, yaitu kriteria size, rasio book-to-market, rasio earnings per price dan kriteria momentum. Pada pembentukan portofolio dengan menggunakan kriteria size, kinerja terbaik ditunjukkan oleh portofolio syariah dengan size besar, sedangkan pada pembentukan portofolio dengan menggunakan kriteria rasio book-to-market, kinerja terbaik diperlihatkan oleh portofolio syariah dengan rasio book-to-market rendah. Kinerja portofolio konvensional yang sedikit lebih baik dibandingkan kinerja portofolio syariah terlihat pada pembentukan portofolio dengan kriteria rasio earnings per price rendah. Sedangkan dengan menggunakan strategi momentum, portofolio syariah yang dibentuk dari saham-saham winner menunjukkan kinerja yang paling baik. Tiga dari empat kriteria yang digunakan menunjukkan bahwa, portofolio syariah dapat memberikan kinerja yang lebih baik dari portofolio konvensional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>