Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhynka Andyaputri
"Pergerakan sosial merupakan fenomena yang tidak dapat dikesampingkan dalam dinamika hubungan internasional pada saat ini. Pergerakan-pergerakan tersebut memiliki berbagai fokus, salah satu yang paling signifikan adalah pergerakan sosial yang membawa identitas dan tuntutan-tuntutan feminis. Perspektif feminis dalam Hubungan Internasional sendiri telah meletakkan bagaimana gender merupakan unit analisis yang sentral dalam dinamika politik internasional, termasuk bagaimana pergerakan sosial diusung dengan membawa identitas dan isu-isu gender, terutama yang berkisar di pengalaman perempuan. Asia merupakan satu kawasan dengan pergerakan feminis yang dinamis, sebagai kawasan yang sarat dengan isu-isu ketimpangan gender yang turut berlapis dengan aspek ketimpangan sosial lain, seperti politik, ekonomi, sosial, hingga budaya. Tulisan ini meninjau bagaimana pergerakan feminis di Asia merupakan suatu fenomena transnasional, regional, sekaligus lokal dan senantiasa mempengaruhi dinamika sosial dan politik, baik di Asia maupun di dunia internasional. Tulisan ini turut membingkai bagaimana perspektif feminis dalam Hubungan Internasional mampu dikembangkan, terutama dengan mempertimbangkan dinamika pergerakan feminis di kawasan Asia yang terbilang unik dan memiliki ciri khasnya tersendiri. Tulisan ini adalah tinjauan literatur akademik yang menggunakan metode pengorganisasian taksonomi serta mencakup 37 literatur akademik terakreditasi yang dikategorisasikan ke dalam tiga tema besar, yaitu: (1) keterkaitan pergerakan feminis di Asia dengan feminisme transnasional; (2) ragam isu pergerakan feminis di Asia, dan; (3) sifat khas pergerakan feminis di Asia. Penulis turut memetakan konsensus dan perdebatan yang muncul dari literatur-literatur yang ditinjau terkait bagaimana identitas feminis dimainkan di pergerakan-pergerakan di Asia hingga derajat inklusivitas pergerakan bagi seluruh gender. Penulis melihat bagaimana kajian akademik terkait pergerakan feminis di Asia dalam lingkup Hubungan Internasional masih terfragmentasi berdasar isu dan konteks sosial, politik, dan budaya dalam negara-negara di Asia. Di samping itu, penulis turut mengidentifikasi bagaimana pergerakan feminis di Asia masih sarat dengan berbagai tantangan dalam hal inklusivitas dan kohesi pergerakan. Dengan itu, penulis merekomendasikan agar penelitian terkait pergerakan feminis di Asia dalam kacamata Hubungan Internasional untuk diragamkan sekaligus saling dikaitkan untuk memunculkan perspektif dan perdebatan baru terkait topik tersebut.

Social movement is a phenomenon that cannot be ruled out in the current dynamics of international relations. These movements have various focuses, one of the most significant is the social movement that carries feminist identities and demands. The feminist perspective in International Relations has laid out how gender is a central unit of analysis in the dynamics of international politics, including how social movements are carried out by bringing gender identities and issues, especially those that revolve around women's experiences. Asia is an area with a dynamic feminist movement, as a region full of issues of gender inequality layered with other aspects of social inequality, such as political, economic, social, and cultural. This paper reviews how the feminist movement in Asia is a transnational, regional, as well as local phenomenon and greatly influences social and political dynamics, both in Asia and internationally. This paper also frames how a feminist perspective in International Relations can be developed, especially by considering the dynamics of the feminist movement in the Asian region which is unique and has its own characteristics. This paper is a collection of academic literature using a taxonomic organizing method and includes 37 accredited academic literature which are categorized into three major themes, namely: (1) the relationship between Asian feminist movements and transnational feminism; (2) various issues of feminist movement in Asia, and; (3) the characteristics of feminist movement in Asia. The author also provides the context and sense that emerge from the literature reviewed regarding how feminist identity is played in movements in Asia to the degree of inclusiveness of the movement for all genders. The author sees how academic studies related to feminist movements in Asia within the scope of International Relations are still fragmented based on social, political, and cultural issues and contexts in each Asian country. In addition, the author also identifies how the feminist movement in Asia is still full of challenges in terms of movement inclusiveness and cohesion. With that in mind, the author recommends that research related to feminist movement in Asia from the perspective of International Relations be diversified and mutually relate to bring up new perspectives and views on this topic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Fenomena
wanita bertato seringkali kita lihat bagaikan sebuah jaringan, yang berkembang dengan pesat
layaknya sebuah virus yang masuk kedalam sel-sel jaringan dan akhirnya menyebabkan orang mengikutinya
tanpa kemudian mereka takut ataupun memikirkan nilai yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai metode pengumpulan
data yang didapatkan dari dua orang key informan yang diambil secara purposif. Indentitas diri dan keindahan
estetis adalah bagian dari motivasi bagi kedua key informan ini. Bahwa mereka ingin membuktikan bahwa
apa yang dipikirkan tentang stereotip yang negatif tentang wanita bertato sedikit demi sedikit terpatahkan.
Pembuktian dengan cara bekerja dan memberikan kontribusi serta memiliki andil besar terhadap pekerjaan
yang mereka emban adalah sebuah contoh pergerakan feminism, yang dapat diibaratkan sebagai perjuangan
dalam meraih persamaan gender. Adapun masyarakat sebagai jaringan sosial yang terbentuk dari sebuah
persepsi yang sama, dan juga suatu bentuk persepsi pengalaman yang sama, sehingga mereka merasa
nyaman untuk saling terhubung satu sama lain. Ketika budaya tato ini menjadi popular maka tidaklah salah
jika media memiliki andil yang sangat besar. Kognisi dari masyarakat kemudian dipenuhi dengan nilai dan
norma yang sesuai dengan kebutuhan media. Tidaklah adil kita memberi sanksi sosial hanya dikarenakan
mereka bukan publik figur. Harus diakui bahwasannya mengubah suatu paradigma adalah sesuatu yang
sangat sulit, oleh karenanya memberikan pencerahan pada masyarakat adalah hal yang tidak dapat dielakan. "
384 JKKOM 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Imaniar
"Feminisme telah menjadi ruang eksklusi bagi sesama perempuan. Hal ini bertentangan dengan tujuan feminisme yang ingin membebaskan perempuan dari ketertindasan. Penyingkiran ini terjadi tentunya karena feminisme tidak melihat situasi dan posisi perempuan yang berbeda di dalam pemahamannya terhadap ketertindasan. Di dalam skripsi ini ingin diungkapkan pretensi feminisme modern dalam mengkonseptualisasikan perempuan. Konseptualisasi yang selama ini hegemonik ingin dibongkar dan diinterpretasi kembali ke dalam pemahaman yang baru. Pola-pola esksklusi ingin dijejaki melalui berbagai kritik yang diutarakan oleh berbagai kelompok perempuan yang terabaikan. Skripsi ini melihat secara komprehensif permasalahan perempuan di dalam feminisme dan berusaha menciptakan pandangan yang dapat mengakomodir seluruh kepentingan perempuan. Di sisi lain skripsi ini ingin mencari jalan keluar dan mencoba merekonstruksi pemahaman feminisme yang lebih mengetengahkan nilai perbedaan dengan perspektif posmodernisme. Di dalam skripsi ini ditawarkan bentuk posmodernisme seperti apa yang ingin digunakan di dalam feminisme. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi feminisme untuk membuka pertanyaan baru atau menciptakan arah baru tanpa harus melandaskan diri pada posmodernisme.

Feminism becomes an exclusion site for women. This statement is no longer apropriate to the point of view of feminism to liberate women from oppression of patriarchy. These emergence of exclusion due to incapability of feminism for accomodating differences position and situatedness of women with difference conceptual framework. Therefore, this thesis tries to elaborate a pretension of modern feminism in conceptualizing women?s subjectivity and representation. Feminism which is assumed to be hegemonic will be decontextualized, reinterpreted, and deconstructed within a new understanding. The circuit of exclusion on going to be traced from the critical standpoint by The Other women. This thesis wants to see the problems of women comprehensively in a one hand try to construct another foundations. This thesis is seeing a way out and construct new understanding which concern with difference and postmodernism. Which postmodernism can be articulated by feminist perspective? Which consideration of postmodernism can be adopted without eliminating any possibility for open conceptual framework? This is about setting the future of feminism without considering itself with foundational framework."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16149
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Collection of articles on feminism and women's rights in Islam."
Jakarta: Al-Huda, 2005
297.082 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana
"Perumusan dan penjelasan konsep tentang kebebasan wanita perlu dilaksanakan. Tujuannya ialah untuk menjelaskan bahwa kebebasan adalah dasariah milik manusia. Kebebasan adalah kenyataan universal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Sebagai bukti bahwa kebebasan itu penting bagi wanita, bisa dikaji melalui studi kepustakaan tentang wanita dalampandangan beberapa filosof yang telah membahasnya, diperkuat dengan pengamatan terhadap keadaan sekitar dan penyimakan terhadap keadaan yang sedang berlangsung berdasarkan informasi dari majalah dan surat kabar. Hasil dari penelitian studi tentang wanita yaitu ditemukan adanya dua pola yang diminati oleh wanita yang menginginkan kebebasannya bisa diaktualisasikan. Dua pola tersebut adalah Altruisme dan Feminisme. Altruisme adalah merupakan pola yang mewakili citra wanita tradisional. Altruisme adalah suatu paham yang condong untuk mengutamakan kepentingan orang lain yang dicintainya di atas kepentingan sendiri. Tujuan altruisme bersifat positif, akan tetapi hasil dari perilaku altruisme bisa positif dan bisa negatif, tergantung dari bobot pelaku AItruisme Supaya bisa membuahkan hasil altruisme yang positif, pelaku altruisme harus bisa melengkapi beberapa syarat yang diperlukan. Kesadaran moral yang bersifat otonom harus dimiliki oleh pelaksana altruisme, demi tanggung jawabnya pada pihak yang bersangkutan. Pelaku altruisme tidak melupakan individualitasnya. Pelaku altruisme harus menyadari bahwa pendidikan adalah penting artinya, dengan demikian maka pelaku Altruisme mau berusaha mengembangkan dirinya dan berusaha memerangi kebodohan yang bisa membelenggu kebebasannya. Feminisme adalah pola yang diminati oleh wanita modern. Wanita modern menghendaki potensi wanita yang ada bisa diaktualisasikan dalam masyarakat secara optimal. Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut: Konsepsi Nasional Indonesia menghendaki peran serta wanita dalam pembangunan. Wanita Indonesia dituntut supaya tampil sebagai pribadi yang profesional sesuai bidangnya masing-masing. Dalam hal tersebut, maka terlihat betapa pentingnya arti kebebasan bagi wanita Indonesia. Kebebasan wanita harus bisa dilaksanakan Sebagai sarana untuk bisa menjangkau kebebasan, maka orientasi perlu diadakan, yaitu bisa berkiblat pada altruisme yang bernilai positif dan ferninisme. Keterbukaan masyarakat sangat diharapkan demi membantu supaya wanita bisa aktualisasi diri secara optimal. Citra kodrat yang dibentuk oleh masyarakat harus ditanggalkan, sebab citra kodrat bisa melunturkan semangat dan cita-cita wanita."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aston, Elaine
London: Routledge, 1999
R 792.082 AST f
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mina Elfira
"Buku ini merupakan kritik sastra yang diberikan mengenai pandangan Leo Tolstoy terhadap perempuan yang tercermin pada novel Anna Karenina."
Depok: Ulinnuha Press, 2001
891.73 MIN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Gloriosa
"Penelitian ini dikembangkan untuk menganalisis fenomena `Lookism` dalam profesi hubungan masyarakat (humas) menurut perspektif mahasiswa S1 humas. Akibat dari miskonsepsi bahwa humas adalah garda terdepan dari sebuah perusahaan, masyarakat Indonesia cenderung menganggap humas adalah pekerjaan yang bersifat feminim dan seseorang hanya memerlukan penampilan fisik yang menarik untuk bekerja di bidang humas. Perspektif feminis akan diutilisasi untuk menganalisis fenomena ini, mengingat profesi humas diasumsikan sebagai profesi yang feminim. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan mahasiswa humas di Jakarta untuk menganalisis keterkaitan antara pengetahuan mengenai humas dengan ekspektasi terhadap `lookism` di dalam profesi humas.
This paper is designed to develop an understanding on `lookism` in the public relations profession according to the perspective of Jakarta public relations undergraduates. Due to the misconception of public relations profession as the face of a company, Indonesian society and institutions tend to conform to the idea that public relation is a feminine job and attractiveness is the main prerequisite to the industry. Feminist perspectives will be utilized in analyzing the phenomenon, considering that public relations are recognized as a feminine field. Data collection process would include in-depth interviews on Jakarta public relations scholars, analyzing the interconnectedness between the public relations knowledge and the expectation of public relations profession in terms of lookism."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia Supriatna
"Seorang penulis Korea bernama Pu Hee-ryeong mengutarakan pendapatnya tentang gambaran kehidupan perempuan di Korea melalui novelnya berjudul Kkot. Perempuan dalam cerita ini mendapat diskriminasi dari orang-orang yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis perlawanan dan seksualitas yang digambarkan perempuan dalam novel Kkot dengan menggunakan teori feminisme dan sudut pandang feminisme tentang seksualitas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik deskriptif. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah membaca berulang-ulang novel Kkot, menerjemahkan novel tersebut ke dalam bahasa Indonesia, memahami lebih dalam teori feminisme, sudut pandang feminisme tentang seksualitas, dan metafora. Kemudian, memilah bagian cerita yang dianalisis dengan teori feminisme dan sudut pandang feminisme tentang seksualitas melalui kacamata metafora. Hasil penelitian ini menunjukkan feminisme yang Pu sampaikan dalam novel Kkot melalui tindakan perlawanan dan seksualitas perempuan di Korea digambarkan secara tersirat dan tersurat. Tindakan perlawanan perempuan secara tersirat adalah saat mengekspresikan kemarahan dengan menggunakan frasa metafora "meludahkan kata." Perlawanan perempuan yang disampaikan secara tersurat adalah tindakan memukul dan berteriak saat orang yang tidak dikenal mencoba memperkosanya. Tindakan seksualitas perempuan terlihat secara tersirat saat melakukan masturbasi dan fantasi seksual.
A Korean writer named Pu Hee-ryeong expressed his opinion about the description of women's lives in Korea through his novel titled Kkot. The women in this story are discriminated against by those around them. Therefore, this study analyzes the resistance and sexuality portrayed by women in the Kkot novel by using the theory of feminism and the perspective of feminism about sexuality. The research method used is a qualitative method with descriptive techniques. The research procedure carried out was to read Kkot`s novel repeatedly, translating the novel into Indonesian, to understand more deeply the theory of feminism, feminism`s perspective on sexuality, and metaphor. Then, sort out the part of the story that is analyzed with the theory of feminism and the perspective of feminism about sexuality through viewpoint of a metaphor. The results of this study indicate that the feminism Pu convey in the Kkot novel through acts of resistance and female sexuality in Korea is described implicitly and explicitly. The act of women`s resistance is implicit when expressing anger using the metaphorical phrase `spitting out words.` Women`s resistance expressed explicitly is the act of hitting and screaming when an unknown person tries to rape her. Acts of female sexuality are implied when masturbating and sexual fantasies."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>