Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayan Nuada
"ABSTRAK
Agungnya makna kesehatan sering menyebabkan orang mau mengorbankan segala sesuatu untuk menelihara dan menjaga kesehatannya. Ditinjau dari aspek bisnis, gejala tersebut dipandang sebagai peluang pasar produk yang dapat memelihara dan menjaga kesehatan. Indikasi ini mengakibatkan mnunculnya beberapa merk dagang suplemen makanan dalam kemasan botol kaca, di antaranya ada yang diposisikan sebagai "minuman kesehatan". Konskuensinya, kondisi persaingan produk yang dimaksud menjadi relatif ketat karena pasar sasaran dan/atau pangsa pasarnya tumpang tindih dengan jenis produk lain. Adanya larangan mencantumkan kata kesehatan dalam: kemasan, label, dan penyelenggaraan promosi dapat pula dipandang sebagai ancaman pemasaran bagi produk yang diposisikan sebagai minunan kesehatan dan dipromosikan sebagai produk yang dapat memelihara dan menjaga kesehatan.
Hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam adalah, bagaimanakah persepsi konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan?, kepekaan konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan?, seharusnya suplemen makanan diposisikan?, dan strategi pemasaran yang bagaimanakah seharusnya dirumuskan dan dilaksanakan dalam pemasaran suplenen makanan?. Sejalan dengan uraian di atas, thesis ini nenganalisis tentang persepsi dan kepekaan konsumen terhadap perlengkapan dari delapan suplenen makanan dalam kemasan botol kaca, yang selanjutnya dalam penelitian ini penulis sebut "minunan kesehatan". Implikasi strategisnya adalah untuk menunjukkan alternatif strategi positioning dan strategi pemasaran (menurut manajemen pemasaran) yang berorientasi pada persepsi dan kepekaan konsunen terhadap perlengkapan (harga, kualitas, dan manfaat) "minuman kesehatan".
Karena penulis mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi populasi penelitian ini, maka penetapan subyek penelitian ini dilakukan secara aksidental, yaitu menetapkan mereka yang penulis ketahui suka atau penulis temui meminun "minuman kesehatan" sebagai subyek penelitian ini, jumlahnya sebanyak 215 orang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan temuan penelitian digunakan ukuran kecendrungan pemasaran, untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan analisis Chi-kuadrat dan Koefisien Kontingensi, dan untuk mengetahui kepekaan konsumen terhadap perlengkapan suplemen makanan digunakan "Conjoint Analysis".
Penelitian ini meiiperoleh hasil analisis, yakni sebagai berikut;
a) Analisis hubungan antar variabel pada tingkat a 0,05 adalah sebagai berikut:
a.1. Perbedaan kepemilikan informasi berhubungan secara signifikan dengan perbedaan persepsi terhadap: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan"
a.2. Persepsi konsumen terhadap tingkat harga berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsumen terhadap tingkat kualitas, dan persepsi konsunen terhadap tingkat harga hubungannya tidak signifikan dengan persepsi konsumen terhadap manfaat "minuman kesehatan",
a.3. Persepsi konsunen terhadap kualitas berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen terhadap manfaat "minuman kesehatan",
a.4. Persepsi konsunen terhadap harga dan kualitas barhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen terhadap manfaat yang tinggi "minuman kesehatan",
a.5. Status sosial ekonomi konsunen berhubungan secara signifikan dengan persepsi konsunen pada tingkat: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan",
a.6. Persepsi konsunen terhadap: harga; kualitas; dan manfaat "minuman kesehatan" berhubungan secara signifikan dengan jumlah suplemen makanan yang mereka beli dalam seminggu.
b) Konsunen yang mempersepsikan harga sebagai keseluruhan pengorbanan/biaya dan tingkat harga minunankesehatan mahal cendrung peka terhadap biaya resiko konsunen yang menpersepsikan kualitas "minunan kesehatan" rendah mereka cendrung peka terhadap perlengkapan intrinsik "minuman kesehatan" dan konsumen yang mempersepsikan manfaat "minuman kesehatan" rendah mereka cendrung peka pada manfaat sosial ekononi dari "minuman kesehatan",
c) Mengacu pada tenuan dan analisis penelitian ini, penulis mengajukan alternatif :
c.1. Strategi positioning, yakni memposisikan "minuman kesehatan" sebagai minuman pemelihara dan/atau penjaga kebugaran serta dapat meningkatkan produktifitas kerja bagi para penakainya,
c.2. Strategi harga, yakni nenaikkan harga per botol "minuman kesehatan",
c.3. Strategi produk, yakni menyempurnakan komposisi bahan dan rasa "minuman kesehatan",
c.4. Strategi promosi, yakni nempromosikan adanya panyenpurnaan komposisi bahan dan rasa "minuman kesehatan", serta nengisyaratkan bahwa "minuman kesehatan" dapat meningkatkan produktifitas kerja, dan
c.5. Strategi distribusi, yakni nenpertahankan strategi distribusi yang menjangkau saluran distribusi yang paling dekat dengan konsunen.
Uraian lebih lengkap atau rinci, disajikan dalam tubuh dan lampiran thesis ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Kurniawati Ngonde
"Tesis ini membahas tentang pemanfaatan sumber daya laut oleh nelayan tradisional di tengah lokasi pelabuhan Surabaya yang dipedomani, oleh pengetahuan lokal dan faktor ekonomi, faktor kekerabatan dan faktor religi. Pengetahuan lokal nelayan Kenjeran, membekali mereka untuk mampu mengenal dan memahami tentang kondisi perairan laut. Kondisi tersebut, digunakan oleh para nelayan Kenjeran untuk menentukan waktu penangkapan dan jenis tangkapan. Selain itu, faktor-faktor tersebut melatar belakangi pembentukan pola wilayah kerja, jalur distribusi pemasaran dan kesepakatan pemanfaatan kawasan penangkapan ikan di sekitar Selat Madura.
Pemilihan kawasan perkampungan nelayan tradisional di Kecamatan Kenjeran khususnya di Kelurahan Kedung Cowek Kota Madia Surabaya, oleh karena pemukiman mereka, sebagai pemukiman pertama nelayan tradisional yang masih aktif dan memiliki keaneka ragaman dalam kegiatan melaut mereka. Untuk dapat belajar memahami aktivitas sehari-hari para nelayan tersebut, peneliti membina hubungan yang akrab, melakukan serangkaian wawancara langsung yang terfokus tentang aktivitas mereka, bahkan ikut serta terlibat dalam kegiatan sehari-harinya.
Maka, penelitian ini menghasilkan suatu pengetahuan bahwa kegiatan melaut para nelayan Kenjeran berpedomankan pada faktor religi, faktor ekonomi, faktor kekerabatan dan dibatasi pula oleh kebijakan dari pihak pelabuhan. Terutama yang berkaitan dengan penentuan batas kawasan penangkapan dan jalur lalu lintas kapal yang keluar dari pelabuhan. Kondisi_ tersebut terbentuk, oleh karena ada perbedaan kepentingan dalam memanfaatkan kawasan laut di sekitar Selat Madura, yaitu kepentingan bertahan hidup dengan bekerja sebagai nelayan tradisional dan kepentingan yang berorientasi pada keuntungan pemasukan pendapatan bagi pemerintah daerah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswasi
"Candi di dalam Sejarah Kesenian Indonesia, dikenal sebagai istilah generik untuk menamakan golongan bangunan. Candi merupakan salah satu peninggalan Indonesia kuno, khususnya dari masa Hindu dan Budha yang mempunyai fungsi keagamaan. Pada dinding Candi adakalanya terdapat bidang hias berisi pahatan timbul, yang lazim dikenal dengan istilah relief. Relief dapat dibedakan atas relief cerita (naratif) dan relief penghias bidang. Relief cerita sebagian besar didasarkan atas naskah-naskah agama, wiracarita dan sebagainya, sedangkan relief penghias bidang adalah relief yang merupakan hiasan belaka, misalnya berupa roset atau apsara, dan relief berupa pemandangan yang melukiskan keindahan alam (Satan, 1987:288). Berdasarkan motifnya, relief dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : (1) motif geometris, (2) motif manusia dan bagiar-bagian tubuh manusia (3) motif flora, (4) motif fauna, (5) dan lain-lain (Satan, 1987:289). Penampilan gaya relief selama ini dibedakan oleh para ahli dalam dua gaya, yaitu relief gaya Jawa Tengah, yang berkembang pada abad VIII -X M dan relief gaya Jawa Timur, yang berkembang pada abad XI-XV M. Penggunaan istilah gaya untuk seni pahatan relief sebenarnya berawal dari suatu kebiasaan penyebutan gaya seni untuk bangunan Candi. Pengelompokan gaya seni Candi atas dasar aspek wilayah, selanjutnya diajukan suatu keberatan oleh Harlan. Santiko pada saat "Pidato Pengukuhan Guru Besar Sastra Universitas Indonesia". Dinyatakan oleh Santiko, bahwa penamaan gaya seni berdasarkan aspek wilayah merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena seringkali menimbulkan kerancuan. Santiko, mengusulkan penamaan gaya seni Candi berdasarkan aspek zaman atau periode, misalnya Candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X M), Candi gaya Singasari (abad XII-XIV M), dan Candi gaya Majapahit (abad XIII - XV M) (Santiko, 1995:4), Candi gaya Mataram Kuno ditandai dengan pahatan relief motif geometris, motif flora, motif fauna. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwowibowo
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan hasil penelitian di bidang Ekologi Manusia (Human Ecology), hubungan antara manusia dengan lingkungannya menjadi fokusnya. Manusia dengan ekosistem berhubungan secara timbal balik. Tujuan dari Ekologi Manusia adalah memahami bagaimana manusia beradaptasi terhadap ekosistemnya dan bagaimana kegiatan manusia dapat mempengaruhi terjadinya perubahan lingkungan. Sedangkan Ilmu Lingkungan merupakan Ekologi Terapan (applied ecology) yang mama azas-azas Ekologi digunakan untuk memahami permasalahan lingkungan.
Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan hidup alami (natural environment), lingkungan hidup binaan (man made environment), lingkungan hidup social (social environment) . Dalam penelitian tesis ini yang dimaksudkan hubungan antara manusia dengan ekosistemnya adalah petani dengan sawahnya. Banyak sawah yang beralih fungsi menjadi bukan sawah sehingga dapat mempengaruhi adaptasi petani dengan ekosistemnya (sawah)
Tujuannya adalah melihat bagaimana petani beradaptasi dengan sawahnya yang berkurang akibat pembangunan jalan tol, baik mengenai intensitas alokasi waktu kerja, keterlibatan anggota keluarga dalam mengerjakan sawah, dan penggunaan waktu senggang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas alokasi waktu kerja semakin sedikit dilakukan petani. Petani yang dijadikan responden sebanyak 60 orang, dari jumlah itu yang mempunyai sawah kurang dari 0,25 ha ada 23 responden (38,33%), 13 responden di antaranya' alokasi waktunya kurang intensif. Kemudian dari 20 responden yang mempunyai sawah antara 0,25 sampai 0,49 ha, 9 responden (15%) terlihat alokasi waktunya juga kurang intensif.
Kemudian keterlibatan anggota keluarga menunjukkan bahwa anggota keluarga dalam suatu rumahtangga petani semakin sedikit, padahal dalam usahatani yang tergolong subsisten bercirikan adanya pengerahan tenaga kerja anggota keluarga rumahtangga petani dalam mengusahakan tanah pertaniannya. Dari 60 responden ternyata 40 responden (66,67%) di antaranya partisipasi (keterlibatan) anggota keluarga antara 0 sampai 1 orang. Sedangkan 13 responden {21,67%) keterlibatan anggota keluarganya antara 2 sampai 3 orang. Dengan ciri peran buruh tani dalam usahatani subsisten tidak nampak.
Petani yang menggantungkan tenaga kerja buruh tani sebanyak 56 responden {93,33%). Dari jumlah itu 35 responder ,(58,33%) tergantung sepenuhnya dan 21 responden (35%) dalam mengerj akan usahataninya bersama anggota dan buruh tani.
Pekerjaan dalam bidang usahatani (sawah) memungkinkan seseorang mempunyai banyak waktu senggang. Terutama masa sesudah musim tanam sampai menunggu musim panen. Di sini terlihat bahwa penggunaan waktu senggang dimanfaatkan oleh petani untuk mencari tambahan penghasilan. Karena keterampilan yang dimiliki terbatas, maka pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan itulah banyak dikerjakan petani. Misalnya menjadi buruh tani di petani lain, menjadi buruh kasar di kota atau di mana
saja, dan menjadi pedagang kecil. Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut dilakukan oleh sebanyak 23 responden (40%). Dari jumlah itu 16 responden (26,67%) bekerja sebagai buruh kasar, yang sudah barang tentu tanpa memerlukan ketrampilan, kecuali kemauan dan kekuatan fisik saja.
Bila perubahan sawah menjadi bukan sawah akan terus berlangsung di masa datang, maka sudah bisa dipastikan petani dan buruh tani akan kehilangan lapangan pekerjaan. Ketrampilan yang kurang memadai menjadikan petani dan buruh tani semakin terjepit dan tersingkir hal inilah yang perlu diupayakan pemecahannya.
Kepustakaan: 49 (1976 - 1994)

ABSTRACT
This thesis is based on a study in the field of human Ecology, with the interaction of man and his environment as its focus. The aim of the human ecological study is to comprehend how human beings adapt themselves to their ecosystem and how their activities generate environmental changes.
The living environment comprises three categories of environment, i.e. natural environment, man -- made environment, and social environment. In this study, the relationship between man and his environment is understood as the relationship between peasants and their ricefields. The existing conversion of agricultural lands (ricefields) into non-agricultural purposes evidently bring also changes in the peasants, pattern of adaptation to their ricefields.
The aims of this study to find out, how the peasants adapt themselves, to the decreasing ricefields owed to the development of highways. in term of their intensity of working time alocation. Involvements of their family members in the teiling of their ricefields, and in terms of the use of spare times.
Results of the study indicate that the peasants? working time allocation is significantly lower. Out of the 60 respondents, 23 respondents s have lees than 0.25 ha ricefields ( 38,33% ) 13 of those are less intensive in their working time allocation. Twenty respondents possess 0.25-0.49 ha ricefields: out of them. 9 respondents have lower intensive working time allocation.
Viewed from the family members' involvement, it was found out that each household has only few family members. This is contrary to the theory that higher rate of family members' involvements in the ricefields are the main characteristics of subsistent peasant families. Forty (66.67%) of the 60 respondents with low level of participations is found amongst 13 respondents (21.67%), i.e. 2-3 family members. Situation also reflects the absence of agricultural workers" involvement in farming. Around 56 respondents (93.33) depend their farming activities on agricultural workers. Out of this, 35 respondents (56.33%) depend fully, while the rest depend on family members and agricultural workers as well.
Result of study also indicate that rice planting activities enable the peasants enjoy their spare times, particularly during the planting and harvesting periods. During these spare times, the peasants engaged themselves in additional employment opportunities, mostly those with limited skill. They are employed as agricultural workers, urban workers, or small-scale traders; there are represented by 23 respondents (40%), 16 of those have to accept their faith as common unskilled physical workers. If land conversions continue, it can be clearly estimated that those peasants will loose their jobs and being deprived from any living opportunity.
Bibliogrphy : 49 ( 1976 - 1994 )
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Siswanti E
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor sosial budaya dan fertilitas, dimana didalam faktor tersebut terdapat aspek sentralitas kekerabatan. Dalam sentralitas kekerabatan ini dapat dilihat dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat di Indonesia pada umumnya terdapat perbedaan yang menyolok antara kota dan pedesaan, sehingga sering dikatakan bahwa masyarakat kota sebagai masyarakat yang bercorak patembayan dan masyarakat pedesaan bercorak paguyuban. Dua corak masyarakat yang berbeda ini tentunya akan mempunyai dampak yang berbeda pula dalam perilaku fertilitas. Akan tetapi perilaku fertilitas tidak sepenuhnya tergantung pada sifat kekerabatan, faktor individu seperti umur, pendidikan, umur kawin pertama dan pemakaian alat juga mempengaruhi fertilitas. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih Propinsi Sawa Timur sebagai daerah penelitian. Responden penelitian ini adalah wanita yang berstatus kawin (currently married women) berusia antara 15 - 49 tahun berjumlah 1581 responden. Untuk menggali informasi lebih mendalam, dilakukan wawancara dengan responden yang telah menikah dan juga para orang tua serta para pimpinan tidak formal dalam masyarakat.
Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini adalah analisa yang diajukan oleh Davis dan Blake yang dikembangkan oleh Freedman. Teori ini cenderung berpangkal pada tingkat fertilitas yang terjadi pada suatu saat, kemudian diteliti faktor-faktor yang melatar belakangi kehidupan individu dan masyarakat. Model tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang kuat antara lingkungan dan struktur sosial dan ekonomi. Struktur sosial ekonomi saling berpengaruh melalui norma mengenai besarnya keluarga dan norma mengenai peubah antara yang pada gilirannya mempengaruhi fertilitas melalui peubah antara. Sebaliknya fertilitas mempengaruhi struktur sosial ekonomi dan tingkat mortalitas melalui peubah - peubah tersebut. Dari model ini juga dapat dilihat bagaimana norma-norma social dan organisasi bekerja mempengaruhi fertilitas melalui peubah antara.
Analisa data dilakukan dengan cara analisa deskriptip yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi silang untuk membahas masing-masing hubungan dari model yang dibuat. Sedangkan untuk melihat peubah bebas dalam satu model secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan peubah tak bebas dilakukan dengan analisa regresi ganda. Langkah-langkah dalam analisa ini dibagi menjadi tiga model. Model pertama membahas hubungan antara peubah antara dengan jumlah anak yang dilahirkan, model ke-dua hubungan antara peubah sosial budaya dengan jumlah anak yang dilahirkan, sedangkan model ke-tiga, hubungan antara peubah antara dan peubah sosial budaya secara bersama-sama terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Model pertama, Umur kawin pertama menunjukkan hubungan yang negatif dengan jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Semakin muda usia pada waktu kawin maka jumlah anak yang dilahirkan ada kecendurangan lebih banyak. Sedangkan wanita yang pernah pakai alat kontrasepsi menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Wanita yang pernah pakai alat kontrasepsi mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak pernah pakai alat kontrasepsi. Interaksi umur dan pemakaian alat kontrasepsi menunjukkan hubungan positif baik di kota maupun pedesaan. Ini berarti wanita yang tinggal di kota dan pedesaan memakai alat kontrasepsi hanya untuk tujuan "stopping". Sedangkan wanita yang, berumur muda masih dalam masa pembentukan keluarga, sehingga masih enggan untuk memakai alat kontrasepsi. Interaksi umur kawin pertama dan pemakaian alat kontrasepsi untuk daerah kota menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya wanita yang kawin pada umur muda mempunyai kecenderungan tidak menggunakan alat kontrasepsi, mengingat masa awal suatu perkawinan bertujuan untuk pembentukan keluarga. Wanita yang tinggal di kota meskipun sudah relatif modern ternyata belum banyak memakai alat kontrasepsi. Berarti perilaku masyarakat kota masih mempunyai nilai-nilai yang berlaku pada umumnya, yaitu bertujuan untuk mempunyai anak lebih dahulu sampai mempunyai anak berikutnya.
Model ke-dua, wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah di pedesaan mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah. Wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah diduga dipengaruhi saran-saran dari orang tua yang dapat mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan. Masyarakat pedesaan yang mempunyai corak paguyuban dan struktur masyarakat yang bersifat mekanis mempunyai nilai-nilai tradisionil yang masih layak untuk ditaati, antara lain masih adanya pengaruh dari orang tua terutama aturan-aturan terhadap jumlah anak yang dilahirkan dan di satu sisi masih ada pengaruh dari orang tua dikarenakan masih percaya adanya mitos yaitu masih percaya adanya pemeo-pemeo seperti sendang kapit pancuran. Di kota tidak ada perbedaan antara wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah dengan yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Suatu hal yang wajar kalau kita simak bagaimana ciri kota di Indonesia yang bercorak patembayan dengan struktur masyarakat yang bersifat organis, kota mempunyai lingkungan budaya yang sering dipandang banyak menerima medernisasi menyebabkan ikatan sosial masyarakat yang ada terutama dalam keluarga inti semakin "longgar", sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh lingkungan masyarakat lebih dominan daripada lingkungan keluarga terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Sedangkan wanita yang tidak tamat SD mempunyai anak lebih banyak dari yang tidak pernah sekolah baik di kota maupun di pedesaan.
Model ke-tiga, Umur ibu tetap menunjukkan hubungan yang positif dengan jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Pada umumnya semakin tinggi umur seseorang wanita maka semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, karena peubah umur dengan jumlah anak yang dilahirkan mempunyai korelasi yang tinggi. Demikian halnya dengan umur kawin pertama yang pada model ke-tiga ini tetap menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan.
Apabila hanya memperhatikan peubah antara saja (model pertama) pemakaian alat kontrasepsi menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Setelah peubah sosial budaya diperhatikan (model ke﷓ dua) ternyata menunjukkan hubungan positif. Perubahan ini dikarenakan ada hubungan yang kuat dengan peubah pendidikan. Apabila dibandingkan menurut tempat tinggal, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita yang memakai alat kontrasepsi di pedesaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tinggal di kota. Karena pada umumnya tingkat sosial ekonomi orang kota lebih tinggi dibandingkan pedesaan, diharapkan keikut sertaan wanita yang memakai KB lebih tinggi di kota. Keikut sertaan masyarakat kota dalam KB bukan karena kurang kesadaran atau tidak mampu membiayai, kemungkinan disebabkan segi pelayanan yang dirasakan tidak sesuai dengan masyarakat kota. Karena pada umumnya orang kota ingin mendapatkan pelayanan yang lebih pribadi atau ?a personalized servive" . Sedangkan di pedesaan lebih banyak dikarenakan struktur masyarakatnya yang "kolektif" sehingga datang berduyun-duyun ke Puskesmas adalah sesuatu yang wajar.
Tidak ada perbedaan antara wanita yang berpendidikan dengan yang tidak pernah sekolah terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Dari hasil korelasi Pearson ternyata ada hubungan yang cukup kuat dengan peubah umur kawin pertama dan pemakaian alat kontrasepsi. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wan Al Kadri Sai Sohar
"ABSTRAK
Intensifikasi program kusta adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan kusta, menurunkan angka kecacatan serta menghilangkan rasa takut terhadap kusta.
Intensifikasi program ini terdiri dari tiga komponen yaitu intensifikasi penyuluhan kesehatan, penemuan kasus baru serta pengobatan kombinasi.
Tujuan penelitian penilaian ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan intensifikasi program, khususnya pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan praktek serta penemuan kasus kusta baru dengan kecacatan.
Hasil yang ditemukan adalah (1) intensifikasi program berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat, meskipun dikontrol dengan pengaruh variabel pendidikan sebagai confounding (2)terhadap praktek masyarakat ternyata tidak ada pengaruhnya (3)terhadap kasus baru dengan kecacatan ternyata intensifikasi program berpengaruh meskipun dikontrol dengan pengaruh variabel umur dan tipe penyakit sebagai confounding.
Dari analisa data sekunder didapatkan bahwa(1) kasus baru ditemukan sebagian besar telah datang dengan sukarela tetapi masih ada yang datang dalam keadaan lanjut atau dengan kecacatan (2)sebagian kasus baru adalah tipe multi basiler.
Daftar bacaan : 40 ( 1978 - 1989 )"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Imam Supaat
"Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disertai dengan perubahan struktur ekonomi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan struktur ekonomi ini dapat dipandang dari dua sisi, yaitu: sisi permintaan dan penawaran. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan output semakin menurun sedangkan kontribusi sektor industri pengolahan semakin meningkat.
Namun akibat dari krisis yang terjadi telah menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan kondisi obyektif perekonomian Propinsi Jawa Timur dengan melakukan analisis terhadap perubahan struktur perekonomian dan sektor kunci selama periode 1994-2000.
Dengan menggunakan label Input-Output, perubahan struktur ekonomi dianalisis dengan melakukan "static comparative" terhadap tabel Input-Output Propinsi Jawa Timur periode 1994-2000, yang meliputi struktur permintaan dan penawaran, struktur produksi, dan struktur nilai tambak Sedangkan untuk mengetahui perubahan sektor kunci dianalisis dengan membandingkan tabel Input-Output dari dua periode berbeda tersebut berdasarkan orientasi perubahan yang dituju, yaitu: orientasi pertumbuhan sektor (growth oriented) dan orientasi keterkaitan (linkage oriented).
Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur perekonomian Propinsi Jawa Timur didominasi oleh sektor industri pengolahan. Akan tetapi akibat dari krisis kontribusi sektor industri pengolahan secara keseluruhan terhadap struktur permintaan dan penawaran mengalami penurunan. Sedangkan hasil analisis sektor kunci berdasarkan orientasi pertumbuhan dan keterkaitan selama periode 1994-2000, masih tetap mengandalkan sektor industri pengolahan (manufacture) sebagai sektor kunci, terutama untuk sektor industri makanan, minuman dan tembakau.
Oleh karena itu, kerangka kebijakan ekonomi regional harus diarahkan untuk mengembangkan sektor-sektor produksi yang mempunyai keunggulan komparatif dan permintaan akan komoditi industri yang tinggi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.B. Suhartoko
"Krisis ekonomi yang mulai terjadi pada pertengahan tahun 1997 diperkirakan mempunyai dampak buruk terhadap berbagai bidang, tennasuk diantaranya bidang pendidikan. Dampak adanya krisis ekonomi diperkirakan sebagai berikut :
1. Drop out meningkat, sehingga APK turun
2. Pelayanan pendidikan turun, sehingga mutu pendidikan turun
3. Biaya ]angsung pendidikan meningkat, sehingga kesadaran masyarakat dalam investasi pendidikan turun.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mencanangkan program Jaring Pengaman Sosial Bidang Pendidikan, yang juga disebut Program Aku Anak Sekolah yang berupa Dana Bantuan Operasional dan beasiswa bagi sekolah-sekolah tidak rnampu dan siswasiswa tidak mampu.
Program jaring pengaman sosial banyak mengalami kebocoran dan ketidaktepatan sasaran di dalam pelaksanaannya, dan oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengevaluasinya agar pada kemudian hari pelaksanaannya nienjadi lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, tesis ini melakukan penelitian ketepatan sasaran penerimaan beasiswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakar data primer yang didapatkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan British Council.
Sebagai responden dalam penelitian ini adalah orang tua siswa baik yang meneriina beasiswa, maupun yang tidak menerima beasiswa yang berasal dari sekolah-sekolah yang
mendapatkan DBO. Daerah penelitian meliputi Kotamadya Surabaya, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Trenggalek.
Metode pengambilan sampelnya dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1. Pemilihan propinsi
2. Pemilihan kabupaten
3. Pemilihan sekolah
4. Pemilihan siswa
5. Pemilihan orang tua siswa
Data yang didapatkan dipilih yang mencerminkan kemampuan orang tua siswa dalam membiayai anaknya bersekolah, seperti tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tingkat pendapatan kepala rumah tangga, proporsi pendapatan untuk konsumsi makanan, kesulitan pembiayaan sekolah dan kekayaan .
Untuk keperluan penelitian, data tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tingkat pendapatan kepala rumah tangga, proporsi pendapatan untuk konsumsi makanan, kesulitan pembiayaan sekolah dilakukan analisis data deskriptif dengan memisahkan antar daerah penelitian . Sedangkan data tingkat pendapatan dan kekayaan digunakan untuk model regresi logistik dengan variabel dependen responden anaknya mendapatkan beasiswa atau tidak. Model regresi logistik dipisahkan menurut tingkat sekolah, SD, SLTP dan SLTA.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan semakin tinggi kemampuan (wealth) orang tua siswa semakin rendah kemungkinan anaknya mendapatkan beasiswa . Namun demikian penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu terjadinya "bias seleksi sampel" (Sample Selectivity Bias), karma hanya nmenggunakan data dari orang tua yang berasal dari anak di mana sekolahnya mendapatkan beasiswa
"
2000
T20525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Noris Delen
"ABSTRACT
Research on Local Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund on economic growth, poverty, unemployment, and Gini ratios have often been done. However, there is no research that uses these three funding sources as latent variables that have a simultaneous influence on quality economic growth variables as a latent variable consisting of economic growth, poverty, unemployment and the Gini ratio as constructs. Similarly, capital expenditure as a moderating variable will be seen as influencing the source of funds. East Java is a province with 38 districts/cities where the level of economic growth is quite high and even exceeds the level of national economic growth. But the level of poverty, unemployment, and inequality is also very high. This study aims to look at the effect of decentralized funding sources on Quality Economic Growth in East Java. The data used comes from the Directorate General of Financial Balance of the Ministry of Finance in 2012 - 2015 for realization's fund, and from the Central Bureau of Statistics for economic growth, poverty, unemployment, and Gini ratios. This study uses Partial Least Squares (PLS) in analyzing data, where quality economic growth becomes endogenous latent variables that are influenced by funding sources as exogenous latent variables and capital expenditure as a moderating variable. The results of the analysis show that the source of funds does not significantly affect quality economic growth even though the direction is positive. Likewise, capital expenditure cannot strengthen the influence of funding sources on quality economic growth. From this research, it is expected that the regional government can reanalyze the allocation of funds and the realization of regional expenditures which are prioritized for public service spending so that the triple track strategy can be implemented properly and achieve quality economic growth."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, 2019
351 JBP 11:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Yofani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang keberagaman gambaran tanaman pada relief tanaman di Jawa Timur abad 14 Masehi. Setelah diteliti, diketahui 21 jenis tanaman yang masih dapat dikenali penggambarannya. Penelitian ini juga membutuhkan data penunjang dari naskah-naskah Jawa Kuna dan Berita Cina untuk memberikan informasi mengenai relief tanaman yang paling sering dipahatkan, gambaran lokasi adegan cerita pada relief, fungsi relief tanaman sesuai konteks adegan cerita pada relief serta informasi tentang hubungan antara manusia dengan tanaman pada kehidupan masyarakat Jawa Kuno.

Abstract
The Focus of this study is the different kind of plants at relief on temple walls in East Java at 14 AD. After the research is over, there is 21 kind of plants form which still recognizable. The research of this study need supported by manuscript from old-Java and Chinese report to giving information about relief of plants who often carved, the location of story scene figure in relief, the function of plants figure who concord with scene story context, and then giving information about relationship between human and plants in daily life of old-Java."
2010
S12069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>