Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1607 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Julia
"Pada 31 Desember 2019, ditemukan jenis pneumonia virus baru yang berasal dari Wuhan, Cina, yang diberi nama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Klien dengan Covid-19 mengalami kecemasan, stigma sosial yang buruk, diskriminasi, berada dalam karantina dan kebosanan, kesepian juga kemarahan. Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk menjabarkan hasil analisis asuhan keperawatan pada klien Covid-19 dengan kecemasan menggunakan penerapan teknik relaksasi napas dalam, teknik distraksi, dan spiritual di Rumah Sakit Universitas Indonesia Ruang Rawat Inap Covid Lt.14. Asuhan keperawatan dimulai pengkajian, penetapan masalah dan diagnosis keperawatan, membuat rencana keperawatan, dan memberikan asuhan dan evaluasi keperawatan. Pengukuran evaluasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Masalah fisik dan psikososial klien saling mempengaruhi, sehingga diperlukan rancangan tindakan keperawatan yang terintegrasi, yang meliputi bio-psiko-sosial-spiritual untuk mengatasi ansietas klien.

a new type of pneumonia virus was discovered originating from Wuhan, China, which was named Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Clients with Covid-19 experience anxiety, poor social stigma, discrimination, are in quarantine and boredom, loneliness is also anger. This Final Scientific Nurse (KIAN) work aims to describe the results of the analysis of nursing care for Covid-19 clients with anxiety using the application of deep breathing, distraction, and spiritual relaxation techniques at the University of Indonesia Hospital 14th flor Covid Room. Nursing care starts assessment, determining the problem and diagnosis of nursing, making nursing plans, and providing nursing care and evaluation. Evaluation measurements performed are using the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). The clients physical and psychosocial problems influence each other, so an integrated nursing action plan is needed, which includes bio-psycho-social-spiritual to overcome client anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anshari Saifuddin
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi khususnya pada tenaga kesehatan di Indonesia, Studi mengenai manfaat dari vaksin booster mRNA-1273 yang diawali vaksinasi primer Coronavac masih minim sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan insiden COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 yang diberikan vaksinasi primer Coronavac sebelumnya serta profil antibodi pada tenaga kesehatan di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan gabungan desain kohort retrospektif dan potong lintang pada 300 tenaga kesehatan yang dipilih secara acak dari data penerima vaksin booster mRNA-1273 di salah satu RS tersier (RSCM). Subjek yang terpilih kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai riwayat vaksinasi COVID-19, riwayat terinfeksi COVID-19, komorbiditas dan dilakukan pengambilan sampel darah untuk menilai kadar antibodi IgG sRBD. Dari hasil wawancara kemudian dinilai faktor-faktor yang berhubungan terhadap kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster mRNA-1273 serta profil antibodi subjek.
Hasil: 56 orang (18,6%) mengalami COVID-19 setelah divaksinasi booster dalam 5 bulan. Incidence rate per person per month sebesar 3,2%. Median antibodi IgG sRBD dalam 8 bulan 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) dan tidak berhubungan dengan variabel usia, jenis kelamin, komorbiditas, KIPI pasca booster ataupun riwayat infeksi pasca booster. Usia, jenis kelamin, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, obesitas dan KIPI pasca booster tidak berhubungan terhadap insiden COVID-19 pasca booster. Riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berhubungan signifikan terhadap penurunan kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster dengan RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45).
Simpulan: Insiden COVID-19 mencapai 18,6% dalam 5 bulan pasca vaksinasi booster dengan riwayat COVID-19 sebelum vaksinasi booster berperan dalam menurunkan risiko kejadian COVID-19 pasca vaksinasi booster.

Background: COVID-19 pandemic has caused high mortality and morbidity especially among healthcare workers in Indonesia. Studies on the benefits of the mRNA-1273 booster vaccine preceded with Coronavac primary vaccine are still minimal so further studies are needed.
Purpose: Knowing the factors associated with the incidence rate of SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination starting with the Coronavac primary vaccination and the antibody profile of healthcare workers in Indonesia.
Method: This study used combined design of retrospective cohort and cross sectional study. Three hundreds healthcare workers at one of tertiary hospital in Indonesia that obtain mRNA-1273 booster vaccine minimal after 5 months were randomly selected. Subjects were then interviewed regarding their history of COVID-19 vaccination, history of SARS-CoV-2 infection, comorbidities and blood samples were taken to assess IgG sRBD antibody levels. Factors related to antibody profile and incidence of SARS-CoV-2 infection after the mRNA-1273 booster vaccination were then analyzed.
Results: 56 subjects (18.6%) experienced SARS-CoV-2 infection after mRNA-1273 booster vaccination. Median antibody IgG sRBD in 8 months was 6627 AU/ml (min-max, 729-20374 AU/ml) and not related to age, gender, comorbidities, AEFI after booster and infection after booster. Age, gender, diabetes type 2, hypertension, obesity, AEFI after booster were not related to COVID-19 incidence after booster. History of SARS-CoV-2 infection before booster vaccination was significantly associated with reduced risk of SARS-CoV-2 infection after booster vaccination with RR 0,20 (95 % CI: 0,09-0,45).
Conclusion: Cumulative incidence of SARS-CoV-2 infection in 5 months was 18,6% with history of COVID-19 before booster correlated with reduced risk of COVID-19 after booster.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinambela, Thessa Brigitta
"Pada tahun 2020, dunia menghadapi krisis pandemi COVID-19. Di tengah krisis ini, akses informasi menjadi suatu hal yang sangat penting. Media massa di setiap negara dengan cepat mengumpulkan informasi dan menyebarkan berita secara internasional. Semua hal yang diberitakan berhubungan dengan citra nasional suatu negara. Namun, setiap negara memiliki kepentingan nasionalnya sendiri, yang secara alami menentukan isi laporan medianya. Memburuknya citra nasional Tiongkok di tengah krisis ini, membuat pemerintah Tiongkok memanfaatkan momentum pandemi COVID-19 sebagai titik balik untuk menangkis narasi dan tuduhan negatif, sebagaimana terlihat melalui pemberitaan media internasionalnya. Beberapa media internasional arus utama di Barat dan Tiongkok dipilih sebagai objek material dalam tugas akhir ini, dengan berita yang dipilih dari kurun waktu sepanjang tahun 2020—2021. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan ilmu sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pemanfaatan internet sangat efektif dalam upaya Tiongkok menangkis narasi dan tuduhan negatif.

In 2020, the world is facing a crisis of the COVID-19 pandemic. Amid this crisis, access to information is very important. The mass media in every country quickly gather information and spread news internationally. Everything that is reported is related to the national image of a country. However, each country has its national interests, which naturally determine the content of its media reports. The worsening of China's national image amid this crisis has prompted the Chinese government to take advantage of the momentum of the COVID-19 pandemic as a turning point to fend off negative narratives and accusations, as seen through its international media reports. Several mainstream international media in the West and China were selected as material objects in this thesis, with news selected from the period 2020—2021. The research method used is a qualitative method with a historical science approach. The results of this study indicate that the use of science and technology facilities, especially the use of the internet is very effective in China's efforts to ward off negative narratives and accusations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Amarta
"Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS- CoV-2) (Shereen, Khan, Kazmi, Bashi, & Siddique, 2020) Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Tatalaksana pengobatan pasien COVID-19 di Indonesia mengacu pada Pedoman Tatalaksana COVID-19 edisi 4 yang diterbitkan pada bulan Januari 2022. Puskesmas Ps. Rebo memiliki 320 pasien COVID-19 pada bulan Januari hingga Maret 2022. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan penggunaan antimikroba, mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam alur penanganan pasien COVID-19, dan mengevaluasi penatalaksanaan pasien COVID-19 di Puskesmas Ps. Rebo. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa 1. Antimikroba yang digunakan pada pasien COVID-19 di Puskesmas Ps. Rebo adalah favipiravir (80,3%); azitromisin (9,8%); oseltamivir (0,8%); ciprofloxacin (0,8%); amoxicillin (0,8%).

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) virus (Shereen, Khan, Kazmi, Bashi, & Siddique, 2020) Community Health Centers are health care facilities which organizes community health efforts and individual health efforts at the first level, by prioritizing promotive and preventive efforts, to achieve the highest degree of public health in their working area (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2014). The management of the treatment of COVID-19 patients in Indonesia refers to the 4th edition of the Guidelines for the Management of COVID-19 which was published in January 2022. The Ps. Rebo had 320 COVID-19 patients from January to March 2022. This research was conducted to describe the use of antimicrobials, identify problems that occur in the flow of handling COVID-19 patients, and evaluate the management of COVID-19 patients at the Ps Health Center. Rebo. Based on the research, it can be concluded that 1. Antimicrobials used on COVID-19 patients at the Ps. Rebo is favipiravir (80.3%); azithromycin (9.8%); oseltamivir (0.8%); ciprofloxacin (0.8%); amoxicillin (0.8%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto Surya
"Latar Belakang. Coronavirus Disease-19 (COVID-19) sampai sekarang masih menjadi ancaman kesehatan global. Baku emas diagnosis COVID-19 adalah pemeriksaan RT-PCR dari sampel usap nasofaring. Pengambilan sampel dengan cara ini memiliki kekurangan seperti rasa tidak nyaman pada pasien, risiko perdarahan, dan risiko paparan pada tenaga medis. Saliva merupakan salah satu alternatif sampel yang bisa digunakan untuk tujuan ini. Tujuan. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi RTPCR saliva. Metode. Penelitian potong lintang pasien dewasa suspek COVID-19 pada April-Juni 2021 di instalasi gawat darurat rumah sakit Siloam Lippo Village. Pasien yang memenuhi syarat dan menyatakan setuju dilakukan pemeriksaan RT-PCR dari sampel usap nasofaring dan saliva. RTPCR dikerjakan dengan menilai gen N dan gen ORF1AB menggunakan alat Rotorgen QPlex-5Plus dengan batas positif CT Value < 40. Hasil. Sebanyak 126 pasien suspek COVID-19 yang eligible ikut penelitian selama periode studi. Enam pasien menolak mengikuti penelitian. Analisis akhir dikerjakan pada 120 pasien dengan proporsi laki-laki 42,5% dan median usia 50 tahun. Hasil RT-PCR positif ditemukan pada 69 (57,5%) sampel saliva dan 75 (62,5%) sampel usap nasofaring. Sensitivitas uji RT-PCR COVID19 dari sampel saliva adalah 86,67% (95% CI 76,84- 93,42), spesifisitasnya 91,11% (95% CI 78,78- 97,52). Nilai NDP yang didapat adalah 94,20% (95% CI 86,39-97,65) dan nilai NDN yang didapat 80,39% (95% CI 69,57-88,03). Akurasi yang didapat adalah 88,33% (95% CI 81,2093,47). Rerata CT value RT-PCR dari sampel saliva lebih tinggi dibandingkan sampel nasofaring, baik pada gen N (mean saliva 26,22 vs nasofaring 22,18; p= 0,01) maupun ORF1AB (mean saliva 26,39 vs nasofaring 23,24; p= 0,01). Simpulan. Saliva yang diambil dengan metode drooling merupakan sampel yang akurat untuk pemeriksaan RT-PCR COVID-19.

Background. Coronavirus Disease-19 (COVID-19) is still a global health problem. Diagnostic gold standard for COVID-19 is RT-PCR of the nasopharyngeal swab specimen. However, this method has several issues such as patient’s discomfort, risk of bleeding, and risk of exposure to examiner. Saliva is a viable alternative sample for this examination. Aim. To find out the sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, and accuracy of saliva RT-PCR. Method. Crossectional study in adult patient with suspect ofCOVID-19 during April-June 2021 in emergency unit Lippo Village Hospital. Eligible and agreed patient are examined with RT-PCR from nasopharyngeal swab and saliva. RT-PCR was done by targeting gene N and ORF1AB using Rotorgen QPlex-5-Plus with CT value cut off 40. Result. A total of 126 suspected COVID-19 cases were admitted to ER during study period. Six patients were disagree to join. Final analysis was carried out on 120 patients (42.5% male, media age 60). Positive RT-PCR was found in 69 (57.5%) saliva specimens and 75 (62.5%) nasopharyngeal specimens. Sensitivity of saliva specimens was 86.67% (95% CI 76.84- 93.42), with specificity of 91.11% (95% CI 78.78-97.52). NDP of saliva was 94.20% (95% CI 86.39-97.65) with NDN of 80.39% (95% CI 69.57-88.03). Saliva’s accuracy was 88.33% (95% CI 81.20-93.47). Mean CT value of saliva specimens was higher than nasopharyngeal specimens in both gene N (mean saliva 26.22 vs nasopharyngeal 22.18; p= 0.01) and ORF1AB (mean saliva 26.39 vs nasopharyngeal 23.24; p= 0.01). Conclusion. Saliva collected with drooling method is an accurate sample for COVID-19 RT-PCR."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maransdyka Purnamasidi
"Latar Belakang: Aktivasi komplemen dapat menyebabkan respon imun berlebihan dan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas serta mortalitas pasien COVID-19. Beberapa penghambat aktivasi komplemen saat ini sedang dipelajari untuk menghambat aktivasi sistem komplemen yang berlebihan pada pasien COVID-19. Resiko, keuntungan, waktu pemberian dan bagian dari sistem yang akan ditargetkan perlu dipertimbangkan pada saat akan menggunakan penghambat komplemen, oleh karena itu telaah sistematis ini dibuat untuk mengambil kesimpulan apakah pemberian terapi penghambat sistem komplemen dapat menurunkan mortalitas pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit berdasarkan penelitian-penelitian yang tersedia.
Tujuan: Mengetahui efek pemberian terapi penghambat sistem komplemen terhadap mortalitas pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit.
Metode: Dengan menggunakan kata kunci spesifik, dilakukan pencarian artikel potensial secara komprehensif pada PubMed, Embase, Cochrane, dan Scopus database dengan pembatasan waktu 2019 sampai dengan sampai 31 Desember 2022. Protokol studi ini telah diregistrasi di PROSPERO (CRD42022306632). Semua penelitian pemberian terapi penghambat komplemen pada pasien COVID-19 dimasukkan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Review Manager 5.4.
Hasil: 5 penelitian memenuhi kriteria dan dimasukkan dalam telaah sistematis serta meta-analisis dengan total 739 pasien COVID-19. Hasil analisis Forest plot menunjukan bahwa pemberian terapi penghambat sistem komplemen menurunkan mortalitas sebesar 28% pada pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit (RR 0,72; 95% CI: 0,46 – 1,14, I2 = 61%, P-value = 0.16).
Kesimpulan: Pemberian terapi penghambat sistem komplemen secara statistik tidak signifikan menurunkan mortalitas pada pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit

Background: Complement activation can cause an exaggerated immune response and is one of the factors that influence the morbidity and mortality of COVID-19 patients. Several complement activation inhibitors are currently being studied to inhibit excessive complement activation in COVID-19 patients. The risks, benefits, time of administration and the part of the system to be targeted need to be considered when using complement inhibition, therefore this systematic review was made to conclude whether the administration of complement system inhibition therapy can reduce the mortality of COVID-19 patients who are hospitalized based on available studies.
Objective: To determine the effect of complement system inhibitory therapy on the mortality of hospitalized COVID-19 patients
Methods: Using specific keywords, we comprehensively searched the PubMed, Embase, Cochrane, and Scopus databases for potential articles from 2019 to December 31, 2022. The research protocol was registered with PROSPERO (CRD42022306632). All studies administering complement inhibitory therapy to COVID-19 patients were processed. Statistical analysis was performed using Review Manager 5.4 software.
Result: 5 studies met the criteria and were included in a systematic review and meta-analysis of a total of 739 COVID-19 patients. The results of the Forest plot analysis showed that administration of complement system inhibitor therapy reduced mortality by 28% in hospitalized COVID-19 patients (RR 0.72; 95% CI: 0.46 – 1.14, I2 = 61%, P -value = 0.16).
Conclusion: Providing complement system inhibitor therapy did not statistically significantly reduce mortality in hospitalized COVID-19 patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iman Nugraha
"Latar Belakang: Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit yang menjadi pandemi diseluruh dunia sejak awal tahun 2020 dengan memiliki angka kematian yang tinggi. Derajat klinis COVID-19 beragam dari mulai ringan hingga kritis. Pasien COVID-19 derajat kritis dengan kondisi sindrom gawat napas akut (ARDS) yang menggunakan ventilasi mekanis memiliki angka kematian yang tinggi. Penelitian yang berfokus kepada lama kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis terutama di Indonesia masih belum banyak dilakukan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan analisis kesintasan pada pasien COVID-19 derajat kritis yang menggunakan ventilasi mekanis dalam rentang Maret 2020 sampai September 2020. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan data subjek yang memenuhui kriteria inklusi diambil dari rekam medis.
Hasil Penelitian: Terdapat 70 subjek, 51 subjek memiliki kelengkapan rekam medis dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Mayoritas subjek merupakan laki-laki (58,8%), rerata usia subjek 55,98 tahun (+ 11,96) dengan median IMT 23,9 kg/m2(17-54). Median durasi penggunaan ventilasi mekanis 4 hari (1-20) dengan angka kesintasan 7,8% dan kematian 92,2%. Nilai median kadar PaO2/FiO2 72 mmHg (31-606) dengan mayoritas sindom gawat napas akut derajat berat (84,3%). Median kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis adalah 4 hari (IK95% ; 3,139-4,861) dan rerata kesintasan 5,5 hari (IK95% ; 4,213-6,922). Median kesintasan subjek dengan sindrom gawat napas akut berat adalah 4 hari (IK95% ; 3,223-4,777). Median kesintasan subjek tanpa sindrom gawat napas akut berat adalah 6 hari (IK95% ; 2,799-9,201) HR 0,802 (IK95% ; 0,337-1,911) p = 0,619. Median kesintasan subjek dengan hiperkapnia adalah 2 hari (IK95% ; 0,00-4,006) HR 0,613 (IK95% ; 0,3030-1,242) dan p = 0,174. Median kesintasan subjek dengan hiponatremia adalah 3 hari (IK95% ; 2,157-3,843) HR 0,897 (IK95% ; 0,5-1,610) p = 0,716. Median kesintasan subjek dengan hiperkalemia adalah 2 hari (IK95% 2,0-2,0) HR 0,293 (IK95% ; 0,061-1,419) p = 0,127.
Kesimpulan: Angka kesintasan pasien COVID-19 derajat kritis dengan ventilasi mekanis pada awal pandemi memiliki angka yang rendah dengan lama kesintasan selama 4 hari. Derajat sindrom gawat napas akut sebelum intubasi, hiperkapnia, hiperkalemia dan hiponatremia memengaruhi lama kesintasan.

Background: The severity of Coronavirus Disease year 2019 (COVID-19) varies from mild to critical. Critically ill COVID-19 patients with acute respiratory distress syndrome (ARDS) receiving mechanical ventilation have a high mortality rate. Research that focuses on the survival time of critically ill COVID-19 patients receiving mechanical ventilationhas not been carried out especially in Indonesia.
Methods: This retrospective survival cohort analysis observed critically ill COVID-19 patients receiving mechanical ventilation treated at a national respiratory center in Jakarta, Indonesia, between March and September 2020. Sampling was carried out by consecutive sampling and data of subjects who met the study criteria were obtained from medical records.
Results: Among 70 subjects, 51 subjects had complete medical records and met the study criteria. Subjects were predominately male (58.8%), mean age 55.98+11.96 years and median BMI 23.9 (IQR17-54) kg/m2. The median duration of mechanical ventilation was 4 (IQR 1-20) days with a survival rate of 7.8%. The median PaO2/FiO2 ratio was 72 (IQR 31-606)as the most of the subjects suffered from severe ARDS (84.3%). The median survival of critically ill COVID-19 patients with mechanical ventilation was 4 days (95%CI;3.139-4.861) and the mean survival was 5.5 days (95%CI;4.213-6.922). The median survival of subjects with severe ARDS was 4 days (95% CI;3.223-4.777). Median survival of subjects without severe ARDS was 6 days (95%CI; 2.799-9.201) with HR=0.802 (95%CI;0.337-1.911, p=0.619). The median survival of subjects with hypercapnia was 2 days (95%CI;0.00-4.006) with HR=0.613 (95%CI;0.3030-1.242, p=0.174). Median survival of subjects with hyponatremia was 3 days (95%CI;2.157-3.843) with HR=0.897 (95%CI; 0.5-1.610, p=0.716). Median survival of subjects with hyperkalemia was 2 days (95%CI;2.0-2.0) with HR=0.293 (95% CI; 0.061-1.419, p=0.127).
Conclusion: The survival rate for critically ill COVID-19 patients with mechanical ventilation at the start of the pandemic was low with a survival period of 4 days. The severity of ARDS before intubation, hypercapnia, hyperkalemia and hyponatremia influence the survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Spadini Putri
"Pendahuluan Industri hulu minyak dan gas bumi adalah industri yang esensial dimana proses aktivitas di industri ini tidak dapat berhenti. Langkah-langkah pengaturan tanpa mengurangi target produksi dan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di tempat kerja sudah dilakukan, namun kasus Covid-19 pada pekerja terus bertambah.
Objektif Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Covid-19 bergejala pada pekerja industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Metode Studi cross sectional dengan pengumpulan data sekunder dari hasil pencatatan di tempat kerja. Data dari responden yang berhasil menyelesaikan prosedur penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap sejumlah 616 termasuk didalamnya adalah data demografi pekerja, area kerja, paparan Covid-19, jenis pemeriksaan dan upaya pencegahan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis univariat dan multivariat adalah uji regresi logistik. Uji statistik yang digunakan dalam korelasi antar variabel adalah dengan menggunakan chi-square. Hasil total data responden yang didapat sebanyak 616 pekerja. 65.3 % pekerja tidak mengalami gejala dan 34.7% pekerja mengalami gejala ringan sampai berat. Didapatkan bahwa sumber penularan di tempat kerja berhubungan signifikan dengan kejadian infeksi COVID-19 yang bergejala pada pekerja KKKS (p<0,001) dengan risiko bergejala 3,4 kali lebih tinggi, sedangkan antara usia dan karakteristik infeksi bergejala (p=0,019), dimana pekerja dengan usia diatas 39 tahun memiliki 1.5 kali risiko lebih besar untuk mengalami infeksi yang bergejala dibandingkan dengan pekerja usia ≤39 tahun dan pada pekerja laki-laki didapatkan 2 kali lebih tidak beresiko untuk bergejala jika terinfeksi COVID-19 (p=0,027) dibanding perempuan.
Kesimpulan faktor- faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 bergejala pada pekerja KKKS adalah sumber penularan di tempat kerja, usia pekerja yang lebih tua dan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Didapatkan risiko penularan tertinggi di tempat kerja adalah pada saat melakukan pekerjaan bersama, menggunakan fasilitas umum bersama dan makan bersama.

BACKGROUND. The upstream oil and gas industry was essential to operating continuously during the covid-19 pandemic. Preventive and management guidelines had been implemented, but cases were increasing.
OBJECTIVES. To find the factors affecting symptomatic Covid-19 in Special Task Force for Upstream Oil and Gas Industry - KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) workers in Indonesia.
METHODS A cross-sectional study was done using secondary data about covid-19 infection in SKK MIGAS and KKKS environment. Six hundred sixteen respondents were included in this study. Data about demographic characteristics, working area, covid-19 status and exposure, and examination and management before were also recorded. Univariate analysis and Multivariate analysis were done using a logistic regression test. Correlation between variables was found using chi-square.RESULTS From 616 eligible respondents 65.3% were asymptomatic, and 34.7% were symptomatic infections ranging from mild to severe symptoms. Working sites possessed a higher transmission risk as workers did the activity together. We found a correlation between a working site as a source of infection with symptomatic covid-19 (p<0.001) with a risk 3.4 times higher, age and symptomatic covid-19 (p=0.019) and female workers with symptomatic covid-19 disease (p=0.027).
CONCLUSION Some factors that increased the risk of covid-19 in KKKS workers were working site transmission, older age, and female workers. Other factors found influenced symptomatic covid-19 infection were doing the activity together, public facility usage, and eating together.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parmitasari
"Latar belakang. Saat pandemi COVID-19 terjadi, penderita asma dianggap memiliki peningkatan risiko infeksi terhadap COVID-19. Timbul pertanyaan apakah persiapan khusus terhadap kondisi klinis yang berat mungkin dibutuhkan bagi pekerja di lokasi terpencil. Objektif. Studi ini berusaha menjawab apakah terdapat peningkatan risiko perawatan intensif (Intensive Care Unit/ ICU) pada pekerja dengan COVID-19 yang memiliki riwayat asma. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui database PubMed, Scopus dan ProQuest, serta pencarian manual. Kriteria inklusi adalah tinjauan sistematis, studi kohort, studi retrospektif, studi cross sectional, COVID-19, asma, dan ICU. Kemudian dilakukan telaah kritis terhadap lietratur berdasarkan Center of Evidence-Based Medicine, Oxford University, Critical Appraisal for Prognostic Studies and Systematic Reviews. Hasil. Tiga studi tinjauan sistematis dan tiga studi kohort retrospektif ditemukan. Tinjauan sistematis oleh Sunjaya, et al. (2021) dan Husein, dkk. (2021), serta studi kohort retrospektif oleh Calmes, MD, et al. (2021) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada risiko perawatan di ICU untuk penderita asma dibandingkan non-asma (RR 1.19; CI 95%: 0.93 – 1.53; p= 0.16), (RR= 1.64, 95%CI = 0.67-3.97; p=0,27), dan (OR = 1,4 (95% CI = 0,64-3,2); p = 0,39). Tinjauan sistematis oleh Liu (2021), menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi asma antara pasien ICU dan non-ICU (RR, 1,19; 95% CI, 0,92-1,54; P = 0,17; I2 = 48,6%;). Studi kohort oleh Choi, et al (2020) menunjukkan bahwa asma bukan merupakan faktor prediktif masuknya ICU pada pasien COVID-19 (OR 0,656 (95%CI= 0,295 – 1,440); nilai p =0,302). Sebaliknya, studi kohort oleh Jin, MMed, et.al (2020) menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan asma memiliki proporsi masuk ICU yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Kesimpulan. Pekerja COVID-19 dengan asma tidak memiliki risiko masuk ICU yang lebih tinggi.

Background. As the COVID-19 pandemic occurs, those with asthma were thought to have an increased risk of infection. Question arisen whether special preparation for severe clinical outcomes might be needed for remote site workers. Objective. The study sought to answer whether an increased risk of an ICU admission for COVID-19 patients among workers who have a history of asthma exist. Method. A literature search was conducted through PubMed, Scopus and ProQuest databases, as well as hand searched. The inclusion criteria were systematic review, cohort study, retrospective study, cross sectional study, COVID-19, asthma, and ICU. Then, they were critically appraised based on Center of Evidence-Based Medicine, Oxford University, Critical Appraisal for Prognostic Studies and Systematic Reviews. Result. Three systematic review studies and three retrospective cohort studies were found. Systematic reviews by Sunjaya, et al. (2021) and Hussein, et al. (2021), also retrospective cohort study by Calmes, MD, et al. (2021) showed no significant difference in risk requiring admission to ICU for asthmatic compared to non-asthmatic (RR 1.19; CI 95%: 0.93 – 1.53; p= 0.16), (RR= 1.64, 95%CI = 0.67-3.97; p=0.27), and (OR = 1.4 (95% CI = 0.64-3.2); p =0.39), respectively. Systematic review by Liu (2021), showed no significant difference in asthma prevalence between ICU and non-ICU patients (RR, 1.19; 95% CI, 0.92-1.54; P =0 .17; I2 = 48.6%;). Cohort study by Choi, et al (2020) showed asthma was not a predictive factor for ICU admission in COVID-19 patients (OR 0.656 (95%CI= 0.295 – 1.440); p value =0.302). Contrary, cohort study by Jin, MMed, et.al (2020) showed that COVID-19 patients with asthma had a higher proportion of ICU admission than those who do not have. Conclusion. COVID-19 workers with asthma does not have a higher risk of ICU admission."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>