Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damar Akhdan
"Salah satu material yang sering digunakan pada industri transportasi adalah aluminium seri 6xxx. Paduan aluminium seri 6xxx mengandung silikon dan magnesium dengan proporsi yang dibutuhkan untuk membentuk magnesium silisida sehingga membuatnya dapat diberikan perlakuan panas. Penambahan Ti pada paduan aluminium seri 6xxx diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kekuatan dari paduan aluminium melalui penguatan batas butir dengan memperkecil ukuran butir. Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan Ti dan temperatur pencanaian panas saat laku pelarutan pada paduan Al-1,35Mg-0,77Si-0,04Ti (% berat). Sampel dibuat menggunakan pengecoran metode squeeze casting, dilanjutkan dengan homogenisasi pada temperatur 400 °C selama 4 jam. Selanjutnya, sampel diberi perlakuan T5 yaitu pencanaian panas saat laku pelarutan dengan persen reduksi 25% diikuti oleh penuaan buatan pada temperatur 180 °C selama 0-200 jam. Temperatur laku pelarutan divariasikan 450 °C, 525 °C, dan 590 °C selama 1 jam. Sebagai variabel kontrol adalah sampel yang diberi perlakuan T6 yaitu laku pelarutan pada temperatur 590 °C selama 1 jam diikuti oleh penuaan buatan selama 0 – 200 jam. Karakterisasi yang dilakukan adalah pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, pengamatan metalografi menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), dan pengujian X-ray Diffraction (XRD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Ti sebesar 0,04 % berat mengubah morfologi butir dari dendritik menjadi equiaxed, namun tidak cukup untuk menurunkan ukuran butir sehingga terjadi penurunan kekerasan. Homogenisasi tidak memberikan efek signifikan pada nilai kekerasan paduan. Perlakuan T5 memberikan penguatan yang lebih baik dibandingkan T6, ditemukan nilai kekerasan setelah pencelupan cepat pada temperatur laku pelarutan 590 °C adalah 49,2 HRE pada T6, dan 54,6 HRE pada T5. Peningkatan temperatur pencanaian panas saat laku pelarutan meningkatkan pelarutan fasa kedua, mempromosikan peristiwa rekristalisasi dinamis, dan memicu respons penuaan yang lebih baik. Puncak kekerasan perlakuan T5 pada temperatur 450, 525, dan 590 °C masing-masing adalah 41,4 HRE, 78,8 HRE, dan 28 HRB. Fasa kedua yang terbentuk di dalam paduan adalah Mg5Si6, Mg9Si5, dan Mg2Si.

One material that is often used in the transportation industry is 6xxx series aluminium. The 6xxx series aluminium alloys contain silicon and magnesium in the required proportions to form magnesium silicide, making them amenable to heat treatment. The addition of Ti to 6xxx series aluminium alloys is expected to contribute to improving the strength of aluminium alloys through grain boundary strengthening by reducing grain size. This research studied the effect of Ti addition and hot rolling during solution treatment temperature on Al-1.35Mg-0.77Si-0.04Ti alloy (wt%). Samples were prepared using the squeeze casting method, followed by homogenisation at 400°C for 4 hours. Subsequently, the samples were treated with T5 temper, which is hot rolling during solution treatment with a reduction percentage of 25 percent followed by artificial ageing at 180°C for 0-200 hours. The solution treatment temperatures were varied to 450 °C, 525 °C, and 590 °C for 1 hour. As a control variable, the samples were treated with T6, i.e. solution treatment at 590 °C for 1 hour followed by artificial ageing for 0-200 hours. The characterisation carried out was chemical composition testing, hardness testing, metallographic observation using optical microscope and Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), and X-ray Diffraction (XRD) testing. The results showed that the addition of Ti at 0.04 wt% changed the grain morphology from dendritic to equiaxed, but not enough to decrease the grain size resulting in a decrease in hardness. Homogenisation had no significant effect on the hardness value of the alloy. T5 treatment provided better reinforcement than T6, where it was found that the hardness values after quenching at a solution treatment temperature of 590 °C were 49.2 HRE in T6, and 54.6 HRE in T5. Increasing the hot rolling temperature during solution treatment enhances the dissolution of the second phase, promotes dynamic recrystallisation events, and triggers a better ageing response. The peak aged hardness of the T5 treatment at 450, 525, and 590 °C were 41.4 HRB, 78.8 HRB, and 28 HRB, respectively. The second phases that was formed in the alloy are Mg5Si6, Mg9Si5, and Mg2Si."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Andriana
"Pada penelitian ini dibuat gemuk bio NLGI 2 food grade menggunakan base oil Epoksida RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) dan pengental sabun aluminium kompleks (Al-stearat dan Al-benzoat) yang komposisinya divariasikan. Gemuk dibuat dengan metode - saponifikasi dua tahap - pada reaktor batch tertutup, dilanjutkan pendinginan, kemudian dihomogenisasi. Gemuk yang terbentuk diuji nilai konsistensi, dropping point serta ketahanan aus dengan four ball test. Gemuk bio aluminium kompleks terbaik yang dihasilkan memiliki dropping point 218_C, diperoleh pada jumlah Al-Stearat 20%wt serta persen mol asam benzoat/ asam stearat 0.5%. Gemuk ini memiliki tackiness yang baik sehingga pada four ball test, jumlah keausannya sangat kecil.

The focus in this study is synthesis of bio food grade grease with NLGI 2 using Epoxies of RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) as the base oil and aluminium complex soap (Al-stearic and Al-benzoic) as the thickener in the various compositions. Grease is made using 'two stages saponification' in the closed batch reactor, continue with cooling and homogenization. The consistence, dropping point and anti wear of grease produced is tested. The best quality grease produced has dropping point 218_C, obtained at 20%wt Al-stearic composition and 0.5% mol benzoic acid/ stearic acid. This grease has good tackiness properties showed from the very small wear value in the four ball test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51783
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Eveline
"Pembangunan serta kemajuan yang ada sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin modern menyebabkan pencemaran yang meningkat di bumi. Pencemaran yang timbul di lingkungan antara lain adalah pencemaran tanah, pencemaran udara dan pencemaran air. Penggunaan deterjen merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran air. Penggunaan deterjen tersebut pada akhirnya akan mempercepat bertambahnya konsentrasi fosfat dalam badan air buangan, sehingga memicu pertumbuhan alga. Salah satu cara untuk mengurangi kadar fosfat di perairan adalah dengan membuat adsorben untuk mengadsorpsi fosfat secara efektif. Adsorben ini dibuat berukuran mesopori yang mengandung besi dan aluminium oksida. Besi oksida berperan sebagai material aktif yang dapat menyerap fosfat dengan kapasitas yang tinggi sedangkan aluminium oksida sebagai pemberi luas permukaan yang besar. Pembuatan adsorben ini menggunakan kitosan sebagai cetakan atau template pembentuk rongga berukuran mesopori. Adsorben logam mesopori yang mengandung besi dan aluminium oksida dapat menyerap fosfat secara efektif, dengan pengaruh kandungan besi, adsorben terbaik adalah 50 FeAl yang komposisinya mengandung 50% Fe dan 50%Al, dengan adsorpsi fosfat sebesar 72,87%. Pada percobaan pengaruh pH diperoleh kondisi optimum pada pH 2 dengan persen adsorpsi 91,97%. Waktu optimum untuk menyerap fosfat adalah 360 menit. Adanya pengaruh.

Nowadays, development and technological advances cause the earth is getting more polluted. Some problems arise in environment are soil pollution, gas pollution and water pollution. The use of detergents is one of the sources that cause water pollution. For example, the use of detergents will increase phosphate concentration to wastewater streams, that will accelerate the growth of algae. One of the method to reduce phosphate is to make adsorbent to adsorp phosphate effectively. The size of adsorbent is mesoporous and it contains iron and aluminium oxide. Iron oxide is as an active material which have high phosphate adsorption capacity while aluminium oxide provides a large specific surface area. Mesoporous adsorbent which contain iron and aluminium oxide can adsorp phosphate effectively, by the effect of iron content, the best adsorbent is 50 FeAl which contains 50% Fe and 50% Al with phosphate adsorption is 72,87%. For the effect of pH, phosphate adsorption is 91,97%. Optimum time needed to adsorp phosphate from solution is 360 minutes. The effect of anion interferences by chloride and bicarbonate show no significant on the adsorption of phosphate."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiin Zhakiah
"[Komposit paduan aluminium A356 berpenguat silikon karbida memiliki potensi untuk memiliki sifat mekanik yang baik dengan massa yang rendah. Pada penelitian ini, pengecoran dilakukan melalui metode pengecoran aduk dengan menambahakan silikon karbida dengan presentase 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% fraksi volume ke dalam matriks, serta penambahan magnesium 10% fraksi berat sebegai agen pembasahan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik mencapai nilai optimum pada penambahan 8%. Selain itu, sifat kekerasan meningkat seiring dengan penambahan partikel penguat yang juga menyebabkan turunnya laju keausan. Karakterisasi struktur mikro menunjukkan terbentuknya huruf cina serta Mg2Si utama dan eutektik.

Aluminium alloy A356 composite strengthened by silicon carbide particles has the potential to have good mechanical properties with low mass. In this study, casting was done by stir casting method by added silicon carbide 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% volume fraction, also magnesium 10% weight fraction as a wetting agent. The results showed that the increase in tensile strength reach optimum point on the 8%. In addition, the nature of hardness increased with the addition of silicon carbide which also cause a decrease in the wear rate. Microstructure characterization showed the presence of chineese script, primary and eutectic Mg2Si.
, Aluminium alloy A356 composite strengthened by silicon carbide particles has the potential to have good mechanical properties with low mass. In this study, casting was done by stir casting method by added silicon carbide 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% volume fraction, also magnesium 10% weight fraction as a wetting agent. The results showed that the increase in tensile strength reach optimum point on the 8%. In addition, the nature of hardness increased with the addition of silicon carbide which also cause a decrease in the wear rate. Microstructure characterization showed the presence of chineese script, primary and eutectic Mg2Si.
]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warneri
"Aplikasi perlindungan korosi melalui metode pelapisan (coating) biasa dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan korosi pada suatu struktur, struktur yang akan dilapisi pada penelitian ini dilakukan pada sambungan las baja karbon S355KT dengan metode las GTAW-FCAW. Pelapisan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan dua tipe pelapis yaitu pelapisan menggunakan cat dan pelapisan menggunakan aluminium dengan metode TSA (Thermal Spray Aluminium). Pelapisan cat menggunakan metode pelapisan sesuai rekomendasi manufaktur hingga didapat ketebalan 300 – 350 µm. Pelapisan selanjutnya menggunakan aluminium dengan metode TSA hingga didapat ketebalan 300 – 350 µm sama dengan pelapis cat. Preparasi permukaan dilakukan sebelum aplikasi pelapis pada permukaan substrat dengan melakukan mechanical grinding pada permukaan las hingga rata dengan base metalnya dan setelah itu dilakukan blasting menggunakan Eurogrit dan Aluminium Oxide, kekasaran permukaan sebelum dilakukan pelapisan yaitu 60 – 80 µm. Tiap sampel dilakukan pengujian kekuatan ikatan (bonding) dan kualitas lapisan dengan metode pull-off test, uji sembur garam (salt-spray) selama 72 jam, uji microhardness dan pengamatan SEM/EDX.
Pengamatan dengan pengujian hardness tidak terlihat kekerasan antara basemetal dan welding area dengan pelapis baik untuk pelapis cat maupun aluminium. Pengamatan SEM/EDX pelapis cat terjadi ikatan yang baik antara pelapis dan substrat begitu juga dengan pelapis aluminium meskipun terlihat sedikit porositas. Pengamatan uji sembur garam pada kedua pelapis tidak mempengaruhi daerah penggoresan namun terlihat perubahan warna secara signifikan yang terlihat adanya pembentukan korosi secara merata pada pelapis aluminium sedangkan untuk pelapis cat tidak terlihat. Kekuatan lekat adhesi lapisan aluminium lebih tinggi dibanding cat, mekanisme ikatan untuk kedua pelapis tersebut adalah ikatan mekanis interlocking berdasarkan kekasaran permukaan.

The application of corrosion protection through a coating method is usually done as an effort to prevent corrosion of a structure, the structure to be coated in this study was carried out on S355KT carbon steel welded joints using the GTAW-FCAW welding method. The coating carried out in this study uses two types of coatings, namely coating using paint and coating using aluminum using the TSA (Thermal Spray Aluminum) method. Coating the paint using a coating method according to the manufacturer's recommendations to obtain a thickness of 300-350 µm. The next coating uses aluminum with the TSA method to obtain a thickness of 300-350 µm with paint coatings. Surface preparation was carried out before the application of coatings on the surface of the substrate by doing mechanical grinding on the weld surface to flatten with the metal base and after blasting using Eurogrit and Aluminum Oxide, surface roughness before coating was 60 - 80 µm. Each sample was tested for bonding strength and coating quality by the pull-off test method, salt-spray test for 72 hours, microhardness test and SEM / EDX observation.
Observations with hardness testing showed no hardness between basemetal and welding areas with coatings for both paint and aluminum coatings. Observation of SEM / EDX paint coatings has a good bond between coatings and substrate as well as aluminum coatings even though it looks a little porosity. Observation of the salt spray test on the two coatings did not affect the streaking area, but there was a significant color change which showed an even formation of corrosion in aluminum coatings while the paint coating was not seen. The adhesion strength of the aluminum coating adhesion is higher than that of paint, the bonding mechanism for these two coatings is the interlocking mechanical bond based on surface roughness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soejono Tjitro
"Arah pembekuan yang tidak mengarah ke arah riser dapat menyebabkan cacat penyusutan (shrinkage). Cacat ini dapat diprediksi dengan mengamati distribusi temperatur di riser atau produk cor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan distribusi temperatur dengan bantuan piranti lunak Finite Element Method (ANSYS) dan eksperimen khusus dilakukan untuk memvalidasi hasil simulasi terutama ada tidaknya cacat penyusutan (shrinkage).
Simulasi dilakukan pada pengecoran cetakan pasir dengan bahan aluminium murni. Penelitian ini menggunakan metoda enthalpi untuk mendapatkan distribusi temperatur. Sifat logam cair yang dipakai dalam simulasi adalah enthalpy H(T) dan konduktivitas thermal k(T). Pengecoran cetakan pasir untuk eksperimen menggunakan bahan aluminium murni dan aluminium eutektik. Hasil cor aluminium eutektik dipakai sebagai data pendukung untuk mendukung terhadap hasil cor aluminium mumi.
Hipotesis hasil simulasi terhadap cacat penyusutan (shrinkage) sesuai dengan hasil yang dicapai melalui eksperimen.

The directional solidification which is not toward to riser causes the shrinkage defect. This defect can be predicted by investigating the temperature distribution in riser or castings. The goal of this research is to examine the temperature distribution using Finite Element Software (ANSYS) and then an ad hoc experiment has been performed to verify the result of the simulation, especially the existences of shrinkage.
The simulation is carried out by sand casting process using pure aluminum. This research uses enthalpy method to examine the distribution of temperature. The properties of melted metal that being used for the simulation are enthalpy H (T) and thermal conductivity k (T). For experiment, the sand casting process uses pure aluminum and eutectic aluminum. The eutectic aluminum castings are used to support the pure aluminum castings.
The result of the simulation hypothesis against shrinkage defect is appropriate with the experiment result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T9463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Haruman
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengamati mekanisme pembentukan lapisan aluminida pada proses pack aluminizing, khususnya pengaruh kandungan Al di dalam pack dengan aktivator NaC1 berdasarkan aspek thermodinamika dan kinetika. Proses dapat terkendali secara difusi di dalam gas atau interdifusi pada lapisan coating. Untuk meninjau hal tersebut antara lain dibuat model difusi di da lam fasa gas yang menyangkut faktor-faktor temperatur, tekanan spesi-spesi gas Al dan aktivitas Al di permukaan sumber pelapis (source) dan di permukaan coating (spesimen) dengan bantuan program CHEMIX/REACT-CSIRO. Penambahan berat akibat pelapisan yang diperoleh pada suatu kondisi proses tertentu dapat diprediksi berdasarkan model difusi di dalam fasa gas. Percobaan yang dilakukan menyangkut pengamatan berat Al yang mengendap pada iapisan coating yang akan dibandingkan dengan hasil simulasi. Dengan menggunakan data sekunder, hasil percobaan mendekati prediksi simulasi pada kondisi temperatur 1050°C serta komposisi pack 4 % Al + 4 % NaCl. Pada kondisi 2 % Al + 4 % NaCl dan I % Al + 4 % NaCl terjadi penyimpangan bila prediksi simulasinya menggunakan faktor koreksi yang sama dengan prediksi simulasi pada kondisi 4 % Al + 4 % NaCl. Hasil percobaan pada kondisi 1% Ai + 4 % NaCl tidak menunjukkan proses yang terkendali oleh difusi di dalam fasa gas.
Untuk meninjau degradasi lapisan coating dilakukan proses oksidasi siklik masing-masing pada temperatur maksimum 950°C dan 1100°C serta temperatur minimum 30°C dengan mengamati pertambahan berat spesimen sebagai fungsi dari waktu. Data kinetika oksidasi siklik menunjukkan hubungan parabolik serta terjadi pengelupasan (spalling) kerak oksida akibat thermal stress."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Zamroni
"Salah satu penggunaan paduan aluminium yang cukup panting adalah sebagai kawat transmisi listrik. Sebagai kawat transmisi listrik, aluminium dituntut untuk memberikan konduktivitas listrik yang balk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian daya pada transmisi listrik tersebut. International Electrical Comission (EEC) menetapkan harga konduktivitas listrik minimal yang harus dipunyai oleh konduktor dengan material paduan aluminium sebesar 61 %-IACS (International Annealed Copper Standard) pada temperatur 20°C.
Akhir-akhir ini, kapasitas jaringan transmisi listrik udara dibuat semakin besar sehingga dalam pengoperasiannya sering menimbulkan panas yang cukup tinggi, dengan temperatur sekitar 250°C. Pada kondisi demikian, kawat ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced) biasa, yang sering digunakan sebagai konduktor transmisi tegangan tinggi, tidak dapat digunakan lagi secara laik, karena mengalami penurunan kekuatan dan terjadi proses pemuluran.
Menurut informasi literatur, unsur zirkonium dapat meningkatkan sifat tahan panas suatu material akan tetapi menurunkan konduktivitas listrik-nya, sedangkan unsur logam tanah jarang meningkatkan konduktivitas listrik suatu material. Penelitian ini hendak mengamati pengaruh penambahan kedua unsur tersebut terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik kawat ACSR, dengan harapan dapat diperoleh komposisi paduan yang menghasilkan peningkatan sifat tahan panas kawat ACSR dengan tidak mengurangi konduktivitas listriknya.
Pada penelitian ini dilakukan proses pembuatan kawat secara keseluruhan (dalam skala laboratorium), mulai dad proses pengecoran, pengerolan dan penarikan. Dari rangkaian proses tersebut banyak variabel yang mempengaruhi sifat mekanis dari hasil kawat yang diperoleh, antara lain : proses solidifikasi, penambahan unsur paduan, deformasi akibat pengerolan dan penarikan serta proses periakuan panas. ()fah karena itu, pada penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh unsur paduan (Zr dan logam tanah jarang, dalam hal ini Ce) terhadap sifat tahan panas dan konduktivitas listrik dari hasil kawat yang diperoleh, dengan menjaga variabel yang lain konstan. Sifat tahan panas dari kawat ditunjukkan oleh karakteristik kekuatan tank kawat pada berbagai kondisi anil, karakteristik kekuatan tank kawat pada temperatur tinggi, serta karakteristik creep dari masing-masing kawat pada temperatur rendah dan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan, penambahan 0,051 %-Ce pada ACSR dapat meningkatkan harga konduktivitas listriknya sebesar 0,72 %-IACS, sedangkan penambahan 0,107 %-Zr pada ACSR menyebabkan konduktivitas listrik mengalami penurunan sebesar 5,5 %-IACS. Akan tetapi penambahan Zr dapat memperbaiki sifat tahan mulur kawat.
Dari hasil penelitian secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Zr menyebabkan turunnya harga konduktivitas listrik kawat, sebaliknya Ce meningkatkan harga konduktivitas listriknya. Pengaruh Ce terhadap sifat tahan panas belum dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini.
Dari semua sampel penelitian yang dibuat, komposisi Zr dan Ce yang memberikan hasil terbaik adalah 0,088 %-Zr dan 0,114 %-Ce, dengan harga konduktivitas listrik sebesar 58,55 %-IACS serta temperatur maksimum sebesar 300°C (jangka pendek) dan 250°C (kontinyu). Sedangkan ACSR tanpa pemadu mempunyai harga konduktivitas listrik sebesar 60,42 %-IACS serta terperatur maksimum sebesar 210 °C (jangka pendek) dan 170 °C (kontinyu). Hasil terbaik tersebut belum memenuhi standard konduktivitas minimal yang ditetapkan (yaitu 61 %-IACS). Oleh karena itu komposisi Ce hams ditingkatkan lagi. Hasil estimasi komposisi Ce yang menghasilkan konduktivitas 61 %-IACS adalah 0,2 °A-Ce."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Nurul Paramita
"Data statistik PLN tahun 2018 menyatakan konsumsi energi terbesar berasal dari sektor rumah tangga dan akan terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Lemari pendingin merupakan salah satu peralatan yang mengkonsumsi energi paling banyak. Perlu dilakukannya penghematan energi agar ketersediaan energi listrik dapat ditingkatkan. Upaya penghematan energi dilakukan dengan mencampurkan lubricant kompresor dengan nanopartikel Aluminum Oxide (Al2O3) yang menghasilkan nanolubricant POE- Al2O3. Pencampuran ini ditujukan untuk meningkatkan heat transfer rate dari lubricant kompresor sehingga dapat mengurangi beban kerja kompresor. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati convective heat transfer coefficient sistem refrigerasi dengan metode Computational Fluid Dynamics (CFD) menggunakan software ANSYS Fluent. Simulasi dilakukan dengan memvariasikan nilai Reynolds Number aliran fluida pada 100, 300, 600, 900, 1200, dan 1500 dan fraksi volume dari nanopartikel terhadap lubricant yang digunakan sebesar 1%, 2.5%, dan 5% yang akan dibandingkan dengan fluida dasar (Pure POE). Hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan nilai overall convective heat transfer coefficient dengan penambahan nanopartikel Al2O3.

From PLN statistical data for 2018, the largest energy consumption comes from the household sector and will continue to incfrease significantly each year. Refrigerator is one of the equipment that consumes the most energy. It is necessary to save energy so that the availability of electrical energy can be increased. The energy saving effort is carried out by mixing the compressor lubricant with Aluminum Oxide (Al2O3) nanoparticles which produce POE-Al2O3 nanolubricants. This mixing is intended to increase the heat transfer rate of the compressor lubricant so as to reduce the compressor workload. This study aims to observe the convective heat transfer coefficient of the refrigeration system with the Computational Fluid Dynamics (CFD) method using ANSYS Fluent software. The simulation is done by varying the Reynolds Number value of fluid flow at 100, 300, 600, 900, 1200, and 1500 and the volume fraction of nanoparticles to the lubricant used by 1%, 2.5%, and 5% which will be compared with the base fluid (Pure POE). The results of this study are an increase in the overall convective heat transfer coefficient value with the addition of Al2O3 nanoparticles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"Pengaruh penambahan iogam azirkonium (Zr) dan lanthanum (La) terhadap konduktivitas listrik dan ketahanan panas aluminium telah diteliti. Penelitian dilakukan terhadap tiga jenis cuplikan aluminium, yaitu aluminium kemurnian komersial (Cuplikan A), aluminium dengan tambahan Zr (Cuplikan B) serta aluminium dengan tambahan 0.04 % berat Zr dan La dengan kandungan La bervariasi(Cuplikan C). Cuplikan dibuat dengan proses penuangan dan pengerolan menjadi kawat berdiameter 3.52 mm. Konduktivitas listrik aluminium ditentukan dari pengukuran resistivitas listriknya menggunakan alat jembatan ganda Kelvin. Ketahanan panasnya ditentukan dari pengukuran kekuatan tarik cuplikan sebelum dan setelah pemanasan selama 1 jam pada temperatur bervariasi serta pengukuran kurva DSC(Differential Scanning Calforimetry). Untuk menjelaskan pengaruh penambahan unsur Zr dan La terhadap perubahan sifat aluminium, struktur mikro cuplikan juga diamati dengan mikroskop optik maupun elektron dan parameter kisi kristalnya dikonfirmasi dengan difraksi sinar-X.
Hasil penetitian menunjukkan bahwa penambahan 0.04% berat Zr meningkatkan ketahanan panas aluminium dari 85.1 % menjadi 91 %, tetapi menurunkan konduktivitas listriknya dari 61.78 % 1ACS (International Annealed Copper Standard) menjadi 60.07 % IACS. Dengan menambahkan lanthanum ke dalam aluminium yang mengandung 0.04 ° berat Zr, konduktivitas listrik cuplikan B dapat ditingkatkan dari 60.07 menjadi 60.80 %IACS. Diperoleh indikasi kuat ?bahwa peningkatan ketahanan panas aluminium disebabkan oleh penghalusan butir dan terbentuknya fasa-fasa kedua di dalam aluminium, sedangkan peningkatan konduktivitas iistrik disebabkan adanya penurunan kelarutan unsur-unsur pengotor di dalam Iogam aluminium akibat penambahan unsur lanthanum. Berdasarkan data penefitian ini, ketahanan panas dan konduktivitas listrik cuplikan aluminium yang optimum dapat diperoleh dengan penambahan 0.04 % berat Zr dan 0.13 % berat La.

A close study about the effects of the addition of zirconium (Zr) and lanthanum (La) metals on the condutivity and heat resistance of commercial purity aluminium has been carried out on the three kinds of aluminium samples consisting of commercial purity aluminium (Sample A), aluminium with the addition of Zr (Sample B), as well as aluminium with the addition of 0.04 wt % Zr and La (SampleC). The samples were made by casting and rolling processes to form a-3.52 mm wire in diameter. The electrical conductivity of the aluminium samples was determined by measuring the resistivity employing Kelvin double bridge instrument. The heat resistance properties were obtained by measuring their strength before and after heating the sample for one hour at various temperatures, and by measuring their DSC curves. To elucidate the effect of the addition of Zr and La to the properties of aluminium, their microstructures were also observed by the optical as well as electron microscopes and their lattice parameters were confirmed by X-ray diffraction.
The results shows that the addition of 0.04 wt.% Zr increased the heat resistance of aluminium from 85.1% to 91.0 %, however it reduces their electrical conductivity from 61.78 % IACS (International Annealed Copper Standard) to 60.07 % IACS. By the addition of La into aluminium containing 0.04 % wt. %Zr, the electrical conductivity of the Sample B can be increased from 60.07 IACS to 60.80 %IACS. There is a strong indication that the increase of the heat resistance was caused by grain refinement and the second phase formation in the aluminium, whereas the increase in the electrical conductivity of aluminium was caused by a decrease in the solid solubility of impurities in the aluminium due to the addition of lanthanum elements. Based on the data from such study, the optimum heat resistance and electrical conductivity were obtainable by the addition of 0.04 wt. °A Zr and 0.13 wt. % La.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T2099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>