Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandra Pamungkas
"Kapal crew boat merupakan kapal yang digunakan untuk membawa para tenaga ahli yang bekerja di anjungan lepas pantai. Kapal ini mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, terutama dari ancaman kebakaran. Sampai saat ini belum ditemukan kejadian kebakaran di kapal crew boat. Sistem di kapal ini sendiri diadopsi dari ketentuan IMO yang diamandemen, FSS Code, ISM dan SOLAS. Sedangkan di Indonesia belum ada peraturan khusus mengenai sistem keamanan kebakaran di kapal crew boat.
Oleh karena itu, penulis menganalisis sistem fire control plan pada kapal crew boat dengan mengambil contoh desain LOA 50 m kapasitas 200 penumpang yang mengacu pada desain LOA 35 m kapasitas 75 penumpang. Desain kapal menggunakan program Autocad dan Maxsurf sedangkan simulasi dilakukan dengan program Pyrosim.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa identifikasi bahaya kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin dapat diketahui dari heat detector dan smoke detector yang terpasang. Pemadaman kebakaran yang efektif di ruang penumpang menggunakan alat pemadaman portabel, sedangkan pemadaman yang efektif di ruang mesin menggunakan CO2. Selain itu, jalur evakuasi yang berada di tiap deck mempermudah evakuasi saat terjadi kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin.

Crew boat is the vessel that is used to bring the experts who worked on offshore platforms. This ship prioritizes comfort and safety of passengers, mainly from the threat of fire. Until now there has not been found fires in this ship. The system on the ship itself is adopted from the provisions of the amended IMO, FSS Code, ISM and SOLAS. Meanwhile, in Indonesia there are no specific regulations regarding fire safety system on the crew boat.
Therefore, the authors analyze the system of fire control plan on the crew boat with LOA 50 m sample design capacity of 200 passengers which refers to 35 m LOA design capacity of 75 passengers. Ship design using Autocad and Maxsurf while simulations done with the Pyrosim.
From the simulation obtained that the identification of fire hazards in the passenger room and the engine room can be seen from the heat detector and smoke detector. Effective fire suppression in the passenger room using portable extinguishing equipment, while the effective extinction in the engine room using CO2. In addition, evacuation routes those are in each deck makes evacuation during a fire in the passenger room and the engine room.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aziz
"Pembuatan komposit bermatriks aluminium dengan penguat abu terbang digunakan metode stir casting yang bertujuan untuk mereduksi terjadinya pembentukan pengelompokan penguat pada penguat abu-terbang. Peningkatan kekuatan matriks ditingkatkan dengan menambahkan magnesium. Pada penelitian ini, abu terbang menjadi variabel tetap dengan nilai volum fraksi sebesar 2.5% sedangkan magnesium dijadikan sebagai variabel peubah dengan variasi volum fraksi sebesar 1.5%, 3%, 4.5%, dan 6%. Setelah proses pengecoran, sampel diuji untuk melihat sifat mekanik yang terjadi akibat adanya perubahan volum fraksi dari magnesium. Pengujian mekanik yang digunakan berupa pengujian tarik, pengujian kekerasan, pengujian densitas dan porositas. Pengamatan struktur mikro serta scanning electron microscope (SEM) dengan electron dispersive X-Ray spectoscopy (EDX) digunakan sebagai pendukung untuk sifat mekanik yang terjadi pada komposit aluminium.

Fabrication of aluminum matrix composite with fly-ash as reinforce used liquid casting method to reduce the formation of fly-ash cluster. Aluminum matrix was enhanced by the addition of magnesium. In the study, fly-ash was a fixed variable with a value of the volume fraction of 2.5% hence magnesium was used as variables with variations in the volume fraction of 1.5%, 3%, 4.5%, and 6%. After fabrication, composite was tested to see the mechanical properties caused by changes in the volume fraction of magnesium. Mechanical testing were used in the form of tensile testing and hardness testing. Microstructure observation and scanning electron microscope (SEM) with electron dispersive X-Ray spectroscopy (EDX was used as a support for the mechanical properties of aluminum composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A collective effort of 53 recognized experts on aluminum and aluminum alloys. This book is a joint venture by world-renowned authorities and the Aluminum Association Inc. and ASM International."
Metals Park, Ohio: American Society for Metals, 1984
e20442469
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Aslikhah Mustika Pratiwi
"Paduan aluminium sangat sering digunakan untuk komponen pada industri otomotif, penerbangan, dan juga elektronik. Salah satunya adalah paduan aluminium silikon yang sering ditemukan dalam industri otomotif. Sifat silikon yang memiliki kemampuan cor yang baik menjadi salah satu alasan silikon banyak digunakan sebagai
paduan. Namun, adanya kandungan unsur besi yang tinggi dalam paduan Al-Si menyebabkan presipitasi fasa intermetalik beta, adanya fasa intermetalik beta dapat mengurangi sifat mekanik paduan, yang disebabkan oleh morfologi β-Al5FeSi yang berbentuk seperti jarum. Modifikasi morfologi β-Al5FeSi dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh dari fasa intermetalik beta dengan menambahkan unsur pemodifikasi dan dengan meningkatkan laju pendinginan. Dalam penelitian ini, analisis ermal simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan (10°C min-1) pada pembentukan fasa intermetalik beta dalam paduan Al-1Fe-7Si yang ditambahkan dengan yttrium pada 0.3, 0.6, dan 1%. Mikroskop optik juga digunakan untuk melihat struktur mikro dari paduan aluminium ini. Selain itu, juga dilakukan pengujian SEMEDX
untuk melihat unsur yang terkandung dan fasa yang terbentuk dalam paduan. Berdasarkan hasil analisis gambar yang diperoleh, terlihat bahwa terjadi pengurangan ukuran fasa intermetalik beta sebagai hasil dari penambahan unsur tanah jarang yttrium.

Aluminum alloys are mostly used for components in automotive industry,
aerospace, and also electronic. One of aluminum alloys that mostly use is aluminum silicon alloy which can find in automotive industry. Properties of silicon which has good castability cause the reason of silicon mostly found in aluminum alloy. However, the
existence of high content of iron element in Al–Si alloys lead to precipitation of beta intermetallic phase that will decrease mechanical properties caused by morphology of β- Al5FeSi that shaped called needle-likes. Modification morphology of β-Al5FeSi can be done to reduce the effect of beta intermetallic phase by adding element modifier and increasing solidification cooling rate. In this study, simultaneous thermal analysis was used to find out the effect of cooling rate (10°C min-1) on beta intermetallic phase formation in Al–1Fe-7Si alloy added with yttrium at 0.3, 0.6, and 1 wt%. Optical microscopy also used to characterized the microstructure of this aluminium alloy. SEMEDX
also used in this experiment in order to know element of the alloy and phase thatformed during solidification. Image analysis results represented the reduction in size of beta intermetallic phase as a result of the rare earth element addition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Raga Praditya
"Kebutuhan material dengan sifat mekanik yang baik serta berbobot ringan sudah semakin tinggi saat ini, terutama untuk aplikasi yang memerlukan performa tinggi. Komposit aluminium berpenguat Al2O3 (AMC) menawarkan keunggulan tersebut. Pada penelitian ini, fabrikasi komposit dilakukan menggunakan paduan aluminium 6061 dan penguat serbuk Al2O3 berukuran 60 μm. melalui proses stir casting. Dalam penelitian ini diketahui pengaruh penambahan kadar Al2O3 serta Mg sebagai agen pembasahan terhadap sifat mekanik komposit. Variasi kadar Al2O3 yang ditambahkan sebesar 10% dan 15% fraksi volume serta kadar Mg 8%, 10%, dan 15%. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan tarik optimal sebesar 170 Mpa diperolah pada komposit dengan kadar Al2O3 10% dan Mg 10%. Di mana kekerasan dan ketahanan aus komposit meningkat seiring penambahan kadar Al2O3 dan Mg. Demikian halnya porositas meningkat ketikat kadar Al2O3 yang ditambahkan semakin besar.

Demand of materials with good mechanical properties and have lightweight increased in recent years especially for high performance applications. Aluminium reinforced Al2O3 composite (AMC) provide this superiority. In this research, composite was fabricated from Aluminium Alloy 6061 and 60 μm Al2O3 reinforce particles by stir casting process. This research investigated the effect of addition Al2O3 content and Mg as wetting agent to mechanical properties of composite. The addition of Al2O3 into Al melt was 10% and 15% of volume fraction and Mg was 8%, 10%, and 15%. The result showed that the optimum tensile strength of 202 Mpa was obtained in composite with 10% volume fraction of Al2O3 and 10% Mg. Moreover, hardness and wear resistant of composite increased with the addition of Al2O3 and Mg content. Porosity also increased when greater amount of Al2O3 content was added."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatkur Rohman
"ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan maksud untuk menunjukkan erosi yang terjadi pada
Dural-aluminum 20l7. Belum ada alat uji yang dapat menunjang percobaan ini Untuk itu dibuatlah alat uji yang dinamakan alat uji impact erosi ( impact erosion apparatus).
Prinsip dasar dari alat uji impact adalah menjatuhkan bola impactor pada specimen. Kondisi utama yang harus dipenuhi adalah bahwa pembebanan impact harus terjadi hanya pada satu titik (tanpa berubah-ubah).
Percobaan memakai bola impactor diameter 16mm. Kecepatan impact (Impact velocity) diperoleh dari metode benda jatuh bebas dari ketinggian 0.7m sehingga diperoleh kecepatan impact (impact velocity) seb
Pada pembahasan ini penulis menganalisa pengaruh sudut impact (impact angle) terhadap erosi akibat impact pada Dural-aluminum 2017. Sudut impact berpengaruh terhadap jumlah impact (number of impact) untuk mendapatkan erosion initiation. Sudut impact juga berpengaruh terhadap ukuran crater (crater dimension) yang dihasilkan.
Pada sudut impact 60 0 jumlah impact (number of impact) yang diperlukan lebih banyak dari pada sudut impact 50 0.Ukuran crater yang dihasilkan oleh sudut impact 60 0 lebih besar dari pada sudut impact 50 0

"
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Pada pengecoran aluminium dihasilkan limbah dross yang merupakan hasil oksidasi logam-logam yang berbentuk serbuk Dari hasil pengujian komposisi, ternyata dross ini memiliki kandungan alumina yang tinggi, yaitu 61,67 %. Dengan kandungan alumina yang tinggi ini make diusahakan pemanfaatan dross limbah ini sebagai refraktori alumina kadar tinggi, dengan melakukan penelitian terhadap sifat-sifat refraktorinya.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan silika sebesar 5%; 7,5% dan 10% serta 5 % air dan 5% bentonit sebagai pengikat. Pada tahap awal dilakukan proses persiapan dross, yang meliputi penyaringan kasar, pengeringan, pengklasifikasian serta pemfotoan struktur serbuk dross. Tahap kedua adalah pembuatan sampel pengujian, yang meliputi pencampuran dross dengan air, bentonit dan silika tambahan; kompaksi dengan beban 400 kg/cm2; pengeringan dengan temperatur 400°C selama 1 jam dan pembakaran pada temperatur 1350°C selama 24 jam. Tahap terakhir adalah pengujian ekspansi termal, ketahanan kejut temperatur dan pengamatan struktur.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan koefisien ekspansi termal, yaitu berturut-turut untuk penambahan silika 5 % (9,04.10^-6 °c^-1); 7,5 % (8, 18.10^-6 °C^-1) dan 10 % (7,13.10^-6 °c^-1). Sementara hasil pengujian ketahanan kejut temperatur tidak memperlihatkan kecenderungan, yang kemungkinan disebabkan pada saat proses pengujian, maupun dari material dasarnya. Siklus untuk masing-masing penambahan silika 5 %; 7 ,5 % ; dan 10 % adalah lebih dari 30 siklus, 19 siklus dan 22 siklus. Untuk pengamatan struktur mengalami kesulitan karena fokus yang tidak tepat, akibat dari tidak meratanya permukaan sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah dross pengecoran aluminium dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan refraktori, karena sifat-sifat refraktorinya masih berada dalam batas-batas material refraktori. Refraktori dari dross limbah pengecoran ini dapat dimanfaatkan pada kondisi dengan beban yang tak berlebih, yaitu pada bagian atap dapur pengecoran.

ABSTRAK
The casting of aluminum yields the dross as the powder result of metal oxidation. Based on the composition testing, it's observed that this dross has high alumina content, i. e 61,6 7 %. In order to benefit its high alumina content, a research of dross on its characteristic as high alumina has been done.
The research is done by varying silica (5%; 7.5% and 10 %) added into the dross, mixed with 5 % water and 5% bentonite as the binders. The first step is the preparing of the dross by coarse screening, drying, sizing and dross structure photographing. The next step is making testing sample, through the mixing and blending dross with added silica, water and bentonite; compacting the sample under load of 400 kg/cm^2; drying in 400°C for an hour and firing in 13 50°C for 24 hours. The last step is testing the sample, i.e. thermal expansion testing, thermal shock resistance testing and structure observing.
Based on thermal expansion testing, thermal expansion coefficient decreased as the percentage of added silica is increased. The coefficient is 9.04 x 10^-6 °C^-1 in the adding 5 % silica; 8.18 x 10^-6 °c^-1 in 7.5% and 7.13 x 10^-6°C^-1 in 10%. The results of thermal shock resistance testing do not show any trend, which can be caused by condition of testing and the complexity of raw material. It is difficult to observe the structure because of the unflatness of the sample surface. It is concluded from this research, that the dross from aluminum casting can be used for the material of refractory bricks production, because its characteristics are in the range of requirement. This brick can be used where the condition is not overloaded, such as the roof of the furnaces. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dwi Septian
"Kebutuhan akan material yang memiliki sifat mekanik yang baik serta berbobot ringan sudah semakin tinggi saat ini, terutama untuk aplikasi yang memerlukan performa tinggi. Komposit aluminium berpenguat Al2O3 (AMC) menawarkan keunggulan tersebut. Pada penelitian ini, fabrikasi komposit dilakukan menggunakan paduan aluminium 6061 dan penguat serbuk Al2O3 berukuran 60μm melalui proses stir casting. Dalam penelitian ini diketahui pengaruh penambahan kadar Al2O3 serta Mg sebagai agen pembasahan terhadap sifat mekanik komposit. Variasi kadar Al2O3 yang ditambahkan sebesar 10% dan 15% fraksi volume serta kadar Mg 8%, 10%, dan 15%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik optimal sebesar 202 MPa diperoleh pada komposit dengan kadar Al2O3 10% dan Mg 10%. Selain itu, kekerasan dan ketahanan aus komposit meningkat seiring penambahan kadar Al2O3 dan Mg. Porositas juga meningkat ketika kadar Al2O3 yang ditambahkan semakin besar.

Demand of materials with good mechanical properties and have light weight increased in recent years especially for high performance applications. Aluminium reinforced Al2O3 composite (AMC) provide this superiority. In this research, composite was fabricated from Aluminium Alloy 6061 and 60 μm Al2O3 reinforce particles by stir casting process. This research investigated the effect of addition Al2O3 content and Mg as wetting agent to mechanical properties of composite. The addition of Al2O3 into Al melt was 10% and 15% of volume fraction and Mg was 8%, 10%, and 15%.
The result showed that the optimum tensile strength of 202 MPa was obtained in composite with 10% volume fraction of Al2O3 and 10% Mg. Moreover, hardness and wear resistant of composite increased with the addition of Al2O3 and Mg content. Porosity also increased when greater amount of Al2O3 content was added.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pascal Sampeliling
"Pengembangan tank sebagai kendaraan tempur saat ini terus dilakukan untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Salah satu komponen utama pada tank adalah material armor. Penggunaan aluminium dan serat kevlar yang kemudian disusun menjadi material komposit laminat memiliki massa jenis yang jauh lebih rendah dari baja, namun memiliki kekuatan impak yang tinggi, sehingga diharapkan dapat menggantikan peran baja pada tank sebagai material armor. Pada penelitian ini, untuk membuat material komposit laminat hybrid digunakan AA 5052 sebagai matriks dan kevlar yang diimpregnasi dengan nano aluminium oksida sebagai penguatnya. Terdapat 3 variasi jumlah lapisan kevlar yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu 20, 30, dan 40 lapisan yang disusun tiga tingkat dalam satu sampel komposit laminat hybrid. Semakin tebal lapisan kevlar, semakin besar nilai kekuatan impak komposit laminat hybrid. Pada sampel terimpregnasi, hasil pengujian balistik dengan NIJ standard 0108.01 yang dilakukan menunjukkan sampel dengan 20 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 3, sedangkan sampel dengan 30 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 4.

The development of tank as a combat vehicle is currently being carried out to increase the military strength of a country. One of the main components of the tank is the armor material. Aluminum and kevlar fiber which is then arranged into a laminated composite material has a lower density than a steel, but has a high impact strength, so it is expected to replace the role of steel in tanks as armor material. In this study, to make a hybrid laminate composite material, aluminum alloy 5052 was used as a matrix, and kevlar impregnated with nano aluminum oxide as reinforcement. There are 3 variations in the number of kevlar layers carried out in this study (20, 30, and 40 layers). Each of the type will be arranged in three tiers in one sample of hybrid laminate composite. The thicker the kevlar layer, the greater the value of the impact strength of the hybrid laminate composite. For the impregnated sample, the results of the ballistic test with NIJ standard 0108.01 that were carried out showed that the sample with 20 layers of kevlar could withstand the level 3 ballistic test, while the sample with 30 layers of kevlar could withstand the level 4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>