Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Ayudya Pratiwi
"Studi ini bertujuan untuk menggambarkan peran modal sosial dalam sustainability pelaksanaan KUBE saluyu. Hasil deskripsi dan interpretasi data berupa penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat menjelaskan bahwa unsur kepercayaan merupakan unsur yang sangat berpengaruh kuat dalam kekuatan modal sosial di KUBE Saluyu, tergambarkan melalui kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi,lingkungan dan sosial yang mendukung tercapainya sustainability KUBE Saluyu.Unsur Jaringan yang tergambar dalam pelaksanaan kegiatan di KUBE Saluyu terlihat dari kerjasama KUBE Saluyu dengan dinas-dinas terkait pengelolaan budidaya tanaman, ikan dan wirausaha berbasis kelompok. Selain itu KUBE Saluyu juga bekerjasama dengan pihak-pihak swalayan setempat dalam hal pemasaran yang berpengaruh terhadap sustainability KUBE. Sedangkan unsur norma lebih lemah dibanding kedua unsur diatas, dikarenakan kepemilikan aturan sebagian besar hanya bersifat arahan dari ketua secara lisan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peran modal sosial sangat berdampak bagi keberlanjutan (Sustanability) pelaksanaan UEP di KUBE Saluyu serta mempengaruhi keberhasilan kelompok, seluruh unsur modal sosial yang dimiliki dan diimplementasikan oleh anggota KUBE dipengaruhi oleh faktor dominan Ketua Kelompok, sehingga seluruh aturan dan arahan yang diucapkan oleh ketua diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.

This study aims to describe the role of social capital in the implementation of KUBE Saluyu sustainability. The description and interpretation of data in the form of imagery or narrative in the form of a sentence explaining that the element of trust is a more powerful element in the power of social capital in KUBE Saluyu, portrayed through activity-activity in the fields of economic, environmental and social sustainability that supports the achievement of KUBE Saluyu.Unsur network which is reflected in the implementation of activities in Saluyu KUBE KUBE Saluyu seen with the cooperation with related agencies managing the cultivation of plants, fish and group-based entrepreneurship, in addition KUBE Saluyu also cooparet with local supermarkets parties in terms of marketing that affect the sustainability KUBE. While elements is weaker than the norm of the two elements above, because of ownership rules largely merely a referral from the chairman orally. Based on the survey results revealed that the role of social capital severe consequences for the sustainability implementation of the UEP in KUBE Saluyu and influence the success of the group, all the elements of social capital that is owned and implemented by members of KUBE influenced by the cult of Chairman of the Group, so that all the rules and directives are spoken by chairman followed and implemented by all members of the group."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masnur Esterida Cornelia
"Tesis ini merupakan analisis kebijakan program Transformasi Perpustakaan berbasis inklusi sosial, dengan melihat dari aspek pembangunan sosial dan bagaimana pendekatan inklusi sosial diterapkan di dalam implementasi program dengan mengambil studi kasus di Kabupaten Magelang-Jawa Tengah dan Kabupaten Lebak- Banten, yang merupakan mitra program. Layanan perpustakaan yang bertransformasi adalah layanan yang melibatkan masyarakat, terbuka bagi semua kalangan masyarakat, dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Penelitian ini merupakan applied research untuk mengetahui social impact dari program ini dengan pendekatan studi kualitatif. Untuk memperkuat analisis, penelitian ini juga menggunakan data sekunder dari implementasi program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum semua kalangan masyarakat dijangkau dan dilibatkan dalam layanan dan program-program perpustakaan, dikarenakan kurangnya sosialisasi, belum optimalnya strategi penjangkauan dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perpustakaan. Perpustakaan desa di Kabupaten Magelang lebih banyak menjangkau kelompok masyarakat mulai dari pemuda, anak-anak, ibu-ibu dan ada sebagian kecil kelompok pria dan lanjut usia, dibandingkan dengan Kabupaten Lebak yang didominasi oleh pelajar dan pemuda. Keterbatasan sumber daya dan sosialisasi serta strategi penjangkauan menjadi penyebab belum optimalnya penerapan pendekatan inklusi ini. Modal sosial dibangun melalui layanan dan kegiatan perpustakaan yang memberi kesempatan masyarakat untuk bertemu dan saling berinteraksi sehingga memperkuat hubungan dan jejaring di antara mereka. Modal sosial yang sudah ada di masyarakat juga turut mempengaruhi pencapaian program, seperti masyarakat di Magelang dengan latar belakang Nahdlatul Ulama dan budaya yang kuat memberi respon positif terhadap perpustakaan dan terbuka untuk dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di perpustakaan dibandingkan dengan Kabupaten Lebak. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelembagaan dari perpustakaan desa dengan adanya ketetapan kebijakan dan alokasi sumber daya rutin untuk memastikan keberlanjutan program. Pengelola perpustakaan perlu melakukan pemetaan terhadap kelompok-kelompok di masyarakat, menganalisis kebutuhan masyarakat, serta merancang strategi-strategi penjangkauan yang praktis untuk mewujudkan layanan perpustakaan yang inklusif.

This thesis is an analysis of the policy of the Library Transformation program based on social inclusion, by looking at the aspect of social development and how the social inclusion approach is applied in program implementation by taking case studies in Magelang District-Central Java and Lebak-Banten. Transformed library services are services that involve the community), are open to all circles of society (inclusive), and adapt to advances in information and communication technology (ICT). This research is applied research to find out the social impact of this program with a qualitative study approach. To strengthen the analysis, this research also uses secondary data from program implementation. The results of the study indicate that not all communities are reached and involved in library services and programs, due to lack of socialization, not optimal outreach strategies and limited resources owned by libraries. Village libraries in Magelang District reached more community groups ranging from youth, children, mothers and there is a small group of men and the elderly, compared to Lebak District which is dominated by students and youth. Limited resources and socialization and outreach strategies are a concern for further efforts. Social capital is built through library services and activities that provide opportunities for people to meet and interact with each other so as to strengthen relationships and networks between them. The social capital that already exists in the community also affects the achievement of the program, as the community in Magelang with a strong Nahdlatul Ulama background and culture gives a positive response to the library and is open to being involved in activities in the library compared to Lebak District, which so far is still reaching children and youth, so that relationships between youths are built. This study recommends the need for institutionalization of the library with policy provisions and regular resource allocations to ensure program sustainability. Library managers need to map out groups in the community, analyze community needs, and design practical outreach strategies to enhance inclusive library services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Andriani
"Penelitian ini mencoba menguji secara empiris pengaruh social capital yang dimediasi oleh kemampuan ambidexterity dan knowledge sharing terhadap inovasi pada unit kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang merupakan salah satu perusahaan semen swasta terbesar di Indonesia yang sedang berada pada lingkungan yang tidak stabil. Hasil penelitian membuktikan bahwa social capital yang dimediasi oleh kemampuan ambidexterity dan knowledge sharing dapat berpengaruh terhadap inovasi. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perusahaan yang berada di industri semen Indonesia agar dapat bertahan dengan mendukung kegiatan inovasi pada tiap unit kerja di perusahaannya.

The purpose of this study is to examine the effect of social capital on innovation through the mediation of ambidexterity and knowledge sharing in work units at PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, one of the largest private cement companies in Indonesia. The company operates in an unstable environment. The study's findings demonstrate that social capital can influence the generation of innovation when it is mediated through ambidexterity and knowledge sharing. This research is expected to assist enterprises in the Indonesian cement sector in surviving by fostering innovation within each work unit."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Yulianita
"Penelitian ini berfokus pada pengaruh tingkat efektivitas e-learning, sebagai solusi dari dampak pandemi Covid-19, terhadap tingkat modal sosial mahasiswa. Studi-studi sebelumnya mengemukakan bahwa penggunaan e-learning dianggap efektif karena berdampak pada peningkatan pencapaian hasil belajar dan memudahkan interaksi pada peserta didik sehingga berpengaruh pada modal sosial peserta didik. Meskipun, realitasnya beberapa studi juga menggambarkan e-learning dianggap kurang efektif karena sarana dan prasarana yang tidak mendukung dan berdampak pada kondisi modal sosial individu. Untuk itu, penelitian ini ingin mengkaji bagaimana efektivitas e-learning mempengaruhi tingkat modal sosial mahasiswa dalam konteks Pandemi. Peneliti berargumen bahwa pembelajaran e-elarning yang efektif dapat mempengaruhi kondisi modal sosial peserta didik. Hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat efektivitas e-learning dengan tingkat modal sosial mahasiswa FISIP UI. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survey yang ditujukan kepada 341 responden.

This research focuses on the influence of the effectiveness of e-learning as a response to the effects of the Covid-19 pandemic on student social capital. According to previous research, the usage of e-learning is effective since it improves learning outcomes and facilitates connection with students, so that it affects the social capital of students. However, some studies have found that e-learning is less successful as a result of insufficient facilities and infrastructure, which has an impact on the state of individual social capital. As a result, the goal of this research is to see how the efficiency of e-learning influences the degree of student social capital during a pandemic. Effective e-learning, according to researchers, can have an impact on students' social capital. The findings of this study show that there is a link between the effectiveness of e-learning and the amount of social capital among FISIP UI students. This study takes a quantitative approach, with 341 people participating in a survey."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Putri Nurindra
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tren wellness lifestyles sebagai hasil dari komodifikasi budaya. Tren wellness lifestyle ini sedang banyak ditemui di kota-kota besar, khususnya DKI Jakarta dengan banyak munculnya studio wellness dan produk-produk wellness lainnya. Studi-studi terdahulu, melihat bahwa konsepsi wellness berasal dari budaya-budaya yang diadaptasi dan di reproduksi kembali menjadi sebuah gaya hidup baru. Selain itu, studi lainnya melihat bahwa wellness lifestyle merupakan cerminan dari budaya konsumsi di kalangan kelas menengah atas. Berangkat dari temuan dari penelitian terdahulu, penulis lebih lanjut melihat bahwa tren wellness lifestyle muncul karena ada konstruksi makna baru mengenai wellness yang tidak hanya sebagai praktik pencegahan penyakit, namun bisa digunakan untuk menunjukkan status seseorang melalui lifestyle yang dikonstruksikan oleh pelaku usaha wellness industry. Penulis berargumen bahwa terdapat praktik komodifikasi budaya dari aktivitas wellness yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan. Proses komodifikasi dilakukan dengan menanamkan konstruksi-konstruksi nilai tukar baru dalam wellness dengan melakukan penyebaran informasi melalui media sosial terhadap produk budaya wellness. Hal ini dilakukan dengan mereproduksi nilai dan simbol dari kegiatan wellness seperti yoga yang menjadi suatu komoditas baru dan dilanggengkan dalam bentuk gaya hidup seseorang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan bentuk-bentuk yang terdapat dalam komodifikasi wellness lifestyle serta proses komodifikasi budaya dalam tren wellness lifestyle. Hasil dari penelitian ini mengkonfirmasi argumentasi penelitian bahwa pelaku usaha melakukan berbagai usaha untuk mengkomodififikasi kegiatan wellness melalui bantuan peran media sosial dengan melakukan difusi dan defusi yang kemudian di bentuk menjadi suatu gaya hidup baru di masyarakat. Selain itu, para konsumen juga menjalankan gaya hidup wellness sebagai cerminan status dan posisi sosial mereka yang ditunjukkan melalui media sosial pribadi mereka.

This study aims to describe the trend of wellness lifestyles as a result from cultural commodification. This wellness lifestyle trend is being found in big cities, especially DKI Jakarta with the emergence of many wellness studios and other wellness products. Previous studies, saw that the conception of wellness came from indigenous cultures which were adapted and reproduced back into a new lifestyle. In addition, other studies see that the wellness lifestyle is a reflection of the consumption culture among the upper middle class. Departing from the findings of previous research, the author further sees that the wellness lifestyle trend arises because there is a new meaning construction regarding wellness which is not only a disease prevention practice but can be used to show one's status through a lifestyle constructed by wellness industry business actors. The author argues that there are cultural commodification practices of wellness activities carried out by business actors for profit. The process of commodification is carried out by embedding new exchange value constructs in wellness by disseminating information through social media on wellness cultural products. It’s done by reproducing the values and symbols of wellness activity like which become a new commodity and are perpetuated in the form of a person's lifestyle. This study uses a qualitative method to explain the aspects contained in the commodification of a wellness lifestyle and the process of cultural commodification in a wellness lifestyle trend. The results of this study confirm the research arguments that business actors make various efforts to commodify wellness activities through the help of the role of social media by doing diffusion and deffusion which are then shaped into a new lifestyle in society. In addition, consumers also live a wellness lifestyle as a reflection of their status and social position which is shown through their personal social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gede Agung Artha Kusuma
"Sebagai salah satu titik utama dalam proses customer journey, interaksi antar konsumen dalam komunitas berbasis sosial media berperan krusial sebagai sistem penciptaan brand meaning, dan juga berpotensi mengarahkan perilaku konsumen. Dikarenakan perannya yang esensial, maka mengevaluasi dinamika interaksi antar konsumen adalah dasar dari desain penelitian ini. Sebagai salah satu teori yang sesuai untuk mendalami dinamika komunitas brand online, maka pada studi ini, teori social capital digunakan untuk menelaah akumulasi sumber daya sosial yang terjadi pada tingkatan kolektif dan juga individu, serta dampaknya pada jangka panjang terhadap brand.
Untuk mengkontraskan tingkatan social capital, makai penelitian ini mengkombinasikan elemen social capital yang terakumulasi secara kolektif dan berimplikasi secara personal. selanjutnya tiga jenis motivasi intrinsik sebagai anteseden untuk mewakili karakteristik pengguna sosial media secara umum. Sebagai konsekuensi akhir, perilaku loyalitas terhadap brand dan komunitas digunakan sebagai konstruk yang menegaskan implikasi jangka panjang. Hasil pengolahan data yang bersumber dari 540 responden, menyatakan bahwa akumulasi social capital hanya akan terjadi jika adanya partisipasi anggota kepada suatu konten atau interaksi sesama anggota. Untuk pengguna yang hanya menyerap informasi, walaupun keberadaan mereka meningkatkan profil komunitas, tidak mampu berkontribusi kepada pembentukan sumber daya kolektif. Selanjutnya sumber daya yang terakumulasi akan memberdayakan individu-indvidu untuk mengadopsi dan menginterpretasi nilai-nilai terkait brand dan akhirnya mengarahkan kepada suatu perilaku loyal kepada brand dan komunitas.

In the concept of the customer journey, interactions among customers on social media stand out as a critical point, playing a crucial role in shaping brand meaning and influencing consumer behaviors. Given its significance, this study is grounded in evaluating the dynamics of consumer interactions within the context of a virtual community. Social capital is chosen as a suitable theory for studying the mechanics of online brand communities, examining the accumulation of social resources at both the collective and individual levels. Furthermore, it delves into its long-term impact on the brand.
To contrast the levels of social capital, this study integrates the elements of social capital that are collectively accrued and examines their impact on an individual level. Additionally, three types of intrinsic motivations are incorporated to convey the general characteristics of social media users. The ultimate outcomes are loyalty behaviors toward the brand and the community. The results of the data analysis, derived from 540 respondents, indicate that the accumulation of social capital is contingent upon active and continuous participation from community members. While passive members may increase community profiles in terms of numbers, merely acquiring information inactively does not contribute to the development of collective resources. Additionally, the accumulated social resources guide individuals toward a commitment to adopting and interpreting brand values, ultimately leading to loyalty behaviors towards both the brand and the community.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Sakinah
"Easterlin Paradox yang dicetuskan oleh Richard Easterlin pada tahun 1974 mendorong maraknya penelitian terkait kesejahteraan subjektif dalam beberapa dekade terakhir. Paradoks tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan tidak selamanya bisa dikaitkan dengan aspek materi semata. Beberapa peneliti berusaha memecahkan paradoks tersebut dengan meneliti faktor-faktor apa sajakah yang sebenarnya mampu mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh modal modal sosial, spiritual, manusia, fisik, dan finansial terhadap kesejahteraan subjektif individu dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey 5. Dengan dimasukkannya kelima modal tersebut dalam penelitian, peneliti berusaha melengkapi penelitian yang sudah ada sebelumnya sekaligus membandingkan apakah modal yang bersifat non materi lebih banyak memberikan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif atau justru sebaliknya. Untuk mengolah penelitian ini, peneliti menggunakan metode ordered logit dengan berbagai analisis terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal yang bersifat non materi seperti modal sosial, spiritual, dan modal manusia lebih banyak memberikan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif dibandingkan dengan modal yang bersifat materi seperti modal fisik dan finansial. Penelitian ini memperkuat penelitian yang telah ada sebelumnya bahwa kesejahteraan tidak hanya bisa diukur dengan aspek materi semata. Kedepannya, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan, melakukan pengukuran kesejahteraan, ataupun membuat indeks yang lebih banyak melibatkan faktor-faktor yang bersifat non materi seperti modal sosial, spiritual, dan modal manusia.

The Easterlin Paradox, discovered by Richard Easterlin in 1974, has led to many kinds of research on subjective well-being in recent decades. This paradox shows that welfare cannot always be related to material aspects. Some researchers try to solve this paradox by examining what factors can affect subjective well-being. This study aims to determine how the effect of social, spiritual, human, physical, and financial capital on individual subjective well-being using data from the Indonesian Family Life Survey 5. With the inclusion of the five capitals in this study, the researcher tries to complement the existing research while at the same time comparing whether non-material capitals have more effects on subjective well-being or vice versa. To process the data of this study, the researcher used the ordered logit method with various related analyzes. The result of this study indicates that non-material capitals such as social, spiritual, and human capital have more effects on subjective well-being than material capitals such as physical and financial capital. This study reinforces previous research that welfare cannot only be measured by material aspects. In the future, this research can be a reference for the government in setting policies, measuring well-being, or making indexes that involve more non-material factors such as social, spiritual, and human capital."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Leksono
"The fall of social capital and traditional market in Malang."
Malang: Citra, 2009
307.72 SON r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Andrian
"Penelitian ini menjadikan Desa Biting di Jawa Tengah, Indonesia, sebagai studi kasus untuk mengeksplorasi makna dan praktik kesuksesan dari perspektif pemuda. Desa Biting dikenal dengan praktik gotong royong, nilai guyub rukun, pertanian tembakau, tingkat urbanisasi tinggi, dan partisipasi rendah dalam pendidikan formal. Dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya ini, pemuda Biting menjadi subjek yang menarik untuk memahami kesuksesan pemuda rural di Indonesia. Menggunakan kerangka teori praktik Bourdieu, saya menganalisis praktik kesuksesan pemuda yang berkaitan dengan kapital dan habitus dalam konteks Biting sebagai field. Penelitian ini mengungkap bagaimana habitus keluarga dan masyarakat (doxa) berperan dalam praktik kesuksesan pemuda Biting. Kesuksesan mereka meliputi praktik ekonomi (memiliki pekerjaan, mencapai kemandirian, serta stabilitas ekonomi), tanggung jawab keluarga (berbakti kepada keluarga, khususnya orang tua), dan tanggung jawab sosial serta keagamaan (menjaga hubungan baik, saling membantu, dan hubungan resiprositas di antara anggota masyarakat). Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan etnografi selama satu bulan dengan melibatkan dua belas pemuda dan sembilan tokoh Desa, menggunakan metode auto-driven photo-elicitation, wawancara semi-terstruktur, dan observasi partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi pemuda Biting, kesuksesan diukur tidak hanya dari pencapaian ekonomi atau status individu, tetapi juga dari kesuksesan kolektif yang mencakup tanggung jawab keluarga dan sosial. Praktik kesuksesan mereka didasarkan pada akumulasi kapital sosial yang diperoleh dari kontribusi dan keaktifan di masyarakat, yang tertanam dalam nilai guyub rukun dan praktik gotong royong. Kapital sosial memiliki nilai simbolik yang paling dominan bagi kesuksesan di masyarakat Biting. Studi ini mengungkap bahwa kesuksesan di Biting dipahami sebagai doxa, yaitu habitus kolektif berupa disposisi, nilai, atau kepercayaan yang mengaitkan kesuksesan individu pemuda dengan kesuksesan kolektif masyarakat Biting.

This research focuses on the village of Biting in Central Java, Indonesia, as a case study to explore the meaning of success from the perspective of rural youth, with a specific focus on how the local context of Biting shapes their understanding of success. Biting is known for its practices of mutual cooperation (gotong royong), the value of social harmony (guyub rukun), tobacco farming, a high level of urbanization, and low participation in formal education. Given its social, economic, and cultural background, the youth of Biting are an intriguing subject for understanding rural youth success in Indonesia. In this study, Bourdieu's theory of practice serves as the framework to analyze the practices of success among youth, involving capital and habitus, within the Biting context as a field. The research reveals how family and community habitus (doxa) play a role and integrate into the practices of success among Biting's youth. This is represented through their concepts of success, including economic success (having a job and achieving economic independence and stability), family responsibilities (filial piety, particularly towards parents), and social and religious responsibilities (maintaining good relationships, mutual assistance, and reciprocal relationships among community members). Data was collected through a month-long ethnographic field study involving twelve youth and fourteen village leaders, utilizing methods such as auto-driven photo-elicitation, semi-structured interviews, and participant observation. The study shows that for Biting's youth, success is measured not only by economic achievements or individual status but also by collective success involving social and familial responsibilities. Their success practices are based on accumulating social capital through community contributions and active participation, rooted in values of social harmony and cooperation. In Biting, strong social relationships, reciprocity, mutual assistance, and a sense of belonging hold the most symbolic value for success. This study concludes that success in Biting is understood as doxa, a collective habitus of dispositions, values, or beliefs that link individual youth success to the collective success of the Biting community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edith Humris Pleyte
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S10600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>