Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marina Rospitasari
"Penelitian ini berfokus pada kekerasan simbolik yang dialami oleh perempuan yang memiliki multi-peran sebagai seorang ibu, istri, dan mahasiswa pendidikan pasca-sarjana. Konteks pandemic Covid-19 memberikan beban ganda yang sangat signifikan terhadap perempuan yang harus mengikuti perkuliahan online. Tanggung jawab mereka menjadi tumpang tindih karena tidak ada batas tempat antara pekerjaan rumah tangga dan tugas perkuliahan. Dalam perspektif feminis, beban ganda ini merupakan implikasi dari konstruksi gender yang mengakar pada masyarakat tentang domestifikasi perempuan. Ideologi patriarki yang tertanam kuat pada keluarga membuat perempuan menanggung semua beban, baik secara fisik, psikologis, dan ekonomi. Berdasar pada Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu, penelitian ini hendak membongkar dominasi patriarki yang terselubung dalam bahasa, simbol, dan representasi. Dengan menggunakan metode fenomenologi, penelitian ini menemukan bahwa cinta, rasa bersalah, dan kekeluargaan memiliki dominasi dalam mengukuhkan doxa patriarki yang membentuk habitus perempuan untuk selalu mengalah dan berkorban kepada suami, kakak laki-laki, dan ayahnya. Adanya proses misrecognition, condescension, consent, and complicity membuat perempuan tidak sadar atas penindasan dan subordinasi yang menimpanya. Kapital ekonomi (penghasilan) dan kapital budaya (gelar pendidikan) yang dimiliki oleh Scholarship Momstudent justru diarahkan untuk mereproduksi budaya patriarki secara homology di berbagai arena kehidupannya. 

This study focuses on the symbolic violence experienced by women who have multiple roles as mothers, wives, and graduate education students. The context of the Covid-19 pandemic places a very significant double burden on women who have to attend online lectures. Their responsibilities become overlapping because there is no place limit between household work and coursework. In a feminist perspective, this double burden is an implication of the gender construction that is rooted in society regarding the domestication of women. The patriarchal ideology that is firmly entrenched in the family makes women bear all the burdens, both physically, psychologically, and economically. Based on Pierre Bourdieu's Theory of Symbolic Violence, this study aims to uncover the hidden patriarchal domination of language, symbols, and representations. By applying the phenomenological method, this research finds that love, guilt, and kinship have the dominance in strengthening the doxa of patriarchy that forms the habitus of women to always succumb and sacrifice to their husbands, older brothers, and fathers. The existence of a process of misrecognition, condescension, consent, and complicity makes women unaware of the oppression and subordination that befell them. The economic capital (income) and cultural capital (education degree) owned by the Scholarship Momstudents are precisely directed to reproduce patriarchal culture homology in the various arenas of their life."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Novarisa
"Penelitian ini membahas bagaimana kekerasan simbolik beroperasi dalam sinetron Catatan Hati Seorang Istri dengan membongkar ideology patriarki sebagai ideology dominan dalam sinetron tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana Sara Mills dan teknik pengumpulan data melalui analisis teks, serta studi literatur. Konsep kekerasan simbolik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana dominasi yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan melahirkan kekerasan simbolik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sinetron Catatan Hati Seorang Istri menampilkan dominasi laki-laki terhadap perempuan berupa dominasi mengatas namakan kewajiban wilayah domestik, dominasi dengan menutup mulut perempuan, dominasi menempatkan perempuan sebagai objek seksual. dan dominasi menyebabkan perempuan bersuara. Dominasi inilah yang mendasari kekerasan simbolik pada sinetron Catatan Hati Seorang Istri.

This research explain how symbolic violence operates in the soap opera "Catatan Hati Seorang Istri" with expose the patriarchal ideology as the dominant ideology in the soap opera. This is a qualitative research with discourse by Sara Millls as the method to analyze the text and text analysis technique along with literature study to collect the data. The concept of symbolic violence, that is used in this research, assumes that domination by men against women produce symbolic violence.
The result of this research indicates "Catatan Hati Seorang Istri" showing domination of men over women in the form of dominance grouped under the obligation of the domestic, dominance with shut mouth women, domination of putting women as sexual objects. And the dominance of the female-voiced cause. The dominance of underlying symbolic violence on soap opera "Catatan Hati Seorang istri".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliva Laili Inayah
"Jender pada umumnya dikonstruksi oleh masyarakat. Seringkali, masyarakat mendorong orang-orang sekitar untuk melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh keyakinan mereka. Dengan demikian, televisi memproduksi berbagai acara yang bisa menggambarkan hubungan jender dan bagaimana masyarakat mengkonstruksinya. How I Met Your Mother adalah salah satu acara televisi terkenal yang diproduksi sepanjang tahun 2005 sampai 2014. Acara televisi ini cukup menggambarkan masalah jender dalam salah satu karakter. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis karakter pendukung, Robin Scherbatsky, dan bagaimana cara beliau membangun jender dalam dirinya sendiri berdasarkan latar belakang keluarganya dan beberapa perubahan yang muncul dari perspektif Judith Butler (1990). Untuk melengkapi analisis, jurnal ini juga menggunakan perspektif Bell Hooks (2006) dan teori patriarkinya. Tidak hanya Judith Butler dan Bell Hooks, penulis juga menambahkan peneliti lain untuk mendukung analisis. Hasil analisis dari jurnal ini menemukan bahwa How I Met Your Mother mencoba mendekonstruksi teori jender dan membuktikan bahwa hal itu dapat terpengaruh oleh patriarki. Penulis juga menemukan bahwa acara televisi ini menekankan tentang bagaimana kekuatan yang dimiliki kaum perempuan dapat mengarah ke kebingungan dan kegelisahan.

Gender is mostly constructed by society. Usually, society pushes people into doing something that society can accept. Thus, television produces variety of shows that somehow can depict gender relations and how society constructs them. How I Met Your Mother is one of the most famous TV shows around 2005-2014 that portrays gender issue in one of the characters. This paper aims to analyze the supporting character, Robin Scherbatsky, from the way she construct her own gender based on her family background and some changes that appears later from the perspective of Judith Butler (1990). To complete the analysis, this paper is also uses the perspective of Bell Hooks (2006) and her patriarchy theory to analyze more about Robin and her relationship with her father. Not only Judith Butler and Bell Hooks, writer also adds another researchers to support the analysis. At the end, this article finds some analysis that How I Met Your Mother deconstructs gender theory and how it could get affected from patriarchy. It also emphasizes more about how women's powers are able to confuse and drive them to insecurities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dara Adinda Kesuma
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana pemaknaan khalayak perempuan terhadap mitos patriarki tentang street harassment yang ditampilkan oleh media massa. Studi resepsi ini menggunakan paradigma kritis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa mitos patriarkis digunakan untuk mengembalikan perempuan kepada peran gender tradisional. Khalayak perempuan memaknai mitos patriarki secara bervariasi dalam tiga posisi pemaknaan Stuart Hall yang dilatarbelakangi oleh sosialisasi gender, pengalaman dengan street harassment, dan kepercayaan terhadap realitas dalam media. Pemaknaan perempuan terhadap mitos patriarkis berkaitan pula dengan reaksi perempuan terhadap pelaku dan strategi yang digunakan untuk berpartisipasi di ruang publik. Selain itu, kehadiran media online berperan menjadi ruang alternatif sekaligus mendatangkan reviktimisasi bagi korban.

ABSTRACT
This research discusses how women audience attach meanings to patriarchal myths in mass media potrayals about street harrassment. In depth interview method is used in collecting data. This reception study using critical paradigm. The findings show that patriarchal myths are used to keep women in traditional gender role. Women audiences attach meaning in various way in three different positions of Stuart Hall rsquo s reception theory, depends on gender socialization, experiences with street harassment, and perceived realism towards media. Women rsquo s reception toward patriarchal myths are related to women rsquo s responses to harassers and the strategies employed to participate in public places. Meanwhile, online media are potential to be alternative place and source of revictimization for women at the same time. "
2017
S67600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bora, Chung
Jakarta: Haru Media Sejahtera, 2022
895.7 BOR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: W.W. Norton , 1991
616.89 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Traube, Elizabeth G
Oxford: Westview Press, Inc, 1992
791.43 TRA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deanita Adharani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dari film Kaguya Hime no Monogatari yang diadaptasi dari cerita rakyat Taketori Monogatari. Sebagaimana yang dipaparkan Linda Hutcheon dalam teorinya mengenai adaptasi, tidak ada karya adaptasi yang dibuat sama persis dengan karya yang menjadi rujukan adaptasinya. Penelitian ini menggunakan metode Feminist Reading dan kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian, ditemukan dua perbedaan besar antara cerita rakyat dan film. Poin pertama adalah relasi tokoh kakek dan kaisar yang menggambarkan relasi kuasa patriarki terhadap tokoh Kaguya Hime. Relasi kuasa pada cerita rakyat digambarkan dengan baik-baik saja, sementara di dalam film, relasi kuasa digambarkan sebagai antagonis terhadap tokoh utama. Poin kedua adalah penggambaran tokoh Kaguya Hime di dalam cerita. Tokoh Kaguya Hime diceritakan dengan berafiliasi pada kecantikan penampilannya dalam versi cerita rakyat, sementara di dalam film, ia diafiliasikan dengan kebebasan dalam berekspresi. Kedua perbedaan tersebut mengerucut ke dalam sebuah gagasan bahwa dalam cerita rakyat, sistem patriarki seolah terlihat baik-baik saja sementara di dalam film, sistem patriarki adalah sesuatu yang bermasalah. Berangkat dari gagasan ini, apabila karya adaptasi dikaitkan dengan keadaan sosial masyarakat Jepang pada saat film ini diproduksi, yaitu tahun 2010an, film ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah refleksi keadaan masyarakat patriarki di Jepang yang didominasi oleh laki-laki dan mendiskriminasi perempuan dalam berbagai institusi.

ABSTRACT
This research is meant to seek for infidelity of Kaguya Hime no Monogatari film adaptation owards the folktale of Taketori Monogatari. As Linda Hutcheon explained in her theory of adaptation, that there is no adaptation work that is made exactly as the reference work. This research uses feminist reading approach with qualitative descriptive method. The difference lies in two big points, first, the relationship between the figure of grandfather and emperor who describes the patriarchal power relation to the character of Kaguya Hime. This patriarchal power are shown as something proper and common in the folktale version, meanwhile, in the film version, the patriarchal power are shown as the antagonist of the main character. The second point is the portrayal of Kaguya Hime's character in the story. Kaguya Hime in the folktale version is affiliated with beauty and beautiful appearance, meanwhile, in the film version, she is affiliated with freedom and expression. Based on this finding, it can be simplified that, patriarchy in the folktale version is shown as if nothing was wrong, while in the film, it is shown as a problem. Departing from this findings, the film can be interpretedas a reflection of patriarchal hegemony in Japan that dominated by males and discriminates females in many institution."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qinthara Nafisah Azzahra
"Keterdesakan ekonomi telah menjadi faktor utama yang mendorong perempuan Indonesia untuk bekerja sebagai seorang pekerja rumah tangga migran di Malaysia. Selama proses migrasi, perempuan pekerja rumah tangga migran rentan menghadapi terjadinya pelanggaran hak seperti eksploitasi dan kekerasan. Eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga migran merupakan fenomena global yang terus berulang. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan realitas forced labour yang dialami oleh perempuan pekerja rumah tangga migran Indonesia di Malaysia. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif, penulis menemukan bahwa perempuan pekerja rumah tangga migran mengalami viktimisasi akibat dari situasi forced labour yang dihadapi selama bekerja. Forced labour dilihat sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga migran karena telah merugikan perempuan melalui dampak fisik, psikis, ekonomi, maupun sosial. Kekerasan ini telah memaksa perempuan untuk terus bertahan dalam kondisi buruk tanpa adanya pilihan untuk keluar. Teori feminis Marxist digunakan untuk menjelaskan bagaimana kapitalisme dan patriarki telah mempengaruhi penindasan terhadap perempuan pekerja rumah tangga migran. Kapitalisme terus mengedepankan eksploitasi tenaga kerja perempuan untuk memperoleh keuntungan dan menciptakan perbedaan kelas dalam masyarakat, sementara patriarki meminggirkan posisi perempuan.

Economic desperation has been a major factor driving Indonesian women to work as migrant domestic workers in Malaysia. During the migration process, women migrant domestic workers are vulnerable to rights violations such as exploitation and violence. Exploitation and violence against women migrant domestic workers is a recurring global phenomenon. This paper aims to describe the reality of forced labour experienced by Indonesian women migrant domestic workers in Malaysia. Using a qualitative content analysis method, the author found that women migrant domestic workers experience victimization as a result of the forced labour situation faced during their work. Forced labour is seen as a form of violence against women migrant domestic workers because it has harmed women through physical, psychological, economic, and social impacts. This violence has forced women to continue to endure bad conditions without the option to leave. Marxist feminist theory is used to explain how capitalism and patriarchy have influenced the oppression of women migrant domestic workers. Capitalism continues to prioritize the exploitation of women's labor for profit and creates class differences in society, while patriarchy marginalizes the position of women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shiva, Vandana
Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1998
305.495 4 SHI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>