Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelisa Putri Agustina
"Diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh perempuan muncul akibat perbedaan bidang sosial ekonomi. Perbedaan status sosial di antara masyarakat yang tergolong kelas atas serta kelas bawah inilah menjadi penyebab utama terjadinya ketidakadilan pada perempuan. Hal tersebut terlihat pada tulisan dalam novel berjudul Jerum karya Oka Rusmini. Kajian  ini ditujukan untuk menjelaskan berbagai bentuk dari diskriminasi pada tokoh perempuan serta berbagai bentuk perlawanan tokoh perempuan dalam novel Jerum karya Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra karena mengangkat permasalahan kondisi sosial masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan tiga bentuk diskriminasi gender, yaitu subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Selain itu, ada juga berbagai perlawanan yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh perempuan akibat budaya patriarki. Bentuk-bentuk perlawanan itu terdiri atas menjadi perempuan mandiri, menjadi perempuan kuat, menjadi perempuan pintar, serta melalui tindakan seksual perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan, budaya patriarki secara tidak langsung merugikan pihak perempuan. Atas dasar itulah mereka melakukan perlawanan.

Gender discrimination experienced by female characters arises due to differences in the socio-economic field. The difference in social status between people who belong to the upper class and the lower class is the main cause of injustice to women. This can be seen in the writing in the novel Jerum by Oka Rusmini. This study aims to explain the various forms of discrimination against female characters and the various forms of resistance of female characters in Oka Rusmini's Jerum novel. This study uses a qualitative method with a literary sociology approach because it raises the issue of the social conditions of society. The results of the study show three forms of gender discrimination, namely subordination, stereotypes, and violence. In addition, there are also various resistances shown by female figures due to patriarchal culture. These forms of resistance consist of being an independent woman, being a strong woman, being a smart woman, and through women's sexual acts. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture indirectly harms women. It was on this basis that they fought back."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Razanah Balqis
"Sistem pemikiran serta gerakan politik fundamentalisme Islam berkembang pesat di Aljazair pasca kolonialisme Prancis guna menjawab tantangan-tantangan modernitas, baik internal maupun eksternal. Agama Islam pun terbawa arus pergolakan sosial seiring dengan upaya mereka dalam membentuk suatu wilayah yang memiliki makna strategis dalam bidang ekonomi dan militer sebagai respon terhadap berbagai isu serta konflik di Aljazair. Berkembangnya paham fundamentalisme Islam berdampak besar terhadap kesejahteraan perempuan di Aljazair, perempuan dianggap lebih lemah dan diharapkan lebih rendah daripada laki-laki. Artikel ini berupaya membahas kritik terhadap paham fundamentalisme Islam di Aljazair yang terdapat dalam novel L'Interdite (1993) karya Malika Mokeddem. Novel ini mengisahkan seorang perempuan yang memiliki konflik batin dengan lingkungan di negara asalnya, yakni Aljazair. Dengan metode kualitatif, penelitian ini menggunakan teori Sekuen oleh Schmitt dan Viala (1982), teori Feminisme Liberal oleh Betty Friedan (1963), dan teori Écriture Féminine oleh Hélène Cixous (1975). Hasil analisis mengemukakan kehadiran Mokeddem sebagai écriture feminine telah berperan dalam menyuarakan pendapatnya atas tindakan-tindakan yang menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dan penguatan budaya patriarki yang disebabkan oleh berkembangnya paham fundamentalisme Islam, khususnya di Aljazair.

The thought system and political movements of Islamic fundamentalism developed rapidly in post- French colonialism in Algeria in order to respond to the challenges of modernity, both internal and external. Islam was also carried away by social upheaval along with their efforts to form an area that had strategic significance in the economic and military fields in response to various issues and conflicts in Algeria. The development of Islamic fundamentalism has a major impact on the welfare of women in Algeria, women are considered to be weaker and are expected to be inferior to men. This article attempts to discuss the criticism of Islamic fundamentalism in Algeria which is contained in the novel L'Interdite (1993) by Malika Mokeddem. This novel tells the story of a woman who has an inner conflict with the environment in her home country, Algeria. With qualitative methods, this study uses Sequence theory by Schmitt and Viala (1982), Liberal Feminism theory by Betty Friedan (1963), and Écriture Féminine theory by Hélène Cixous (1975). The results of the analysis show that Mokeddem's presence as an écriture féminine has played a role in voicing her opinion on actions that show gender inequality and strengthening the patriarchal culture caused by the development of Islamic fundamentalism, especially in Algeria."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lutvia Ananda Dewita
"Penelitian ini membahas praktik nilai-nilai patriarki oleh keluarga diaspora Korea di Kanada yang direpresentasikan dalam serial TV Kanada Kim’s Convenience. Serial TV mempunyai peran sebagai media representasi yang dapat menggambarkan sebuah realitas sosial di masyarakat, seperti gambaran kehidupan keluarga diaspora di suatu negara. Salah satu negara yang banyak menjadi tujuan diaspora adalah Kanada. Kanada juga disebut sebagai negara multikultural karena banyaknya populasi imigran dari berbagai negara. Walaupun begitu, masyarakat diaspora, khususnya kelompok minoritas masih kurang direpresentasikan dalam media massa Kanada. Di antara acara TV Kanada yang menampilkan kelompok masyarakat minoritas, terdapat serial TV Kim’s Convenience yang menampilkan orang Asia sebagai pemeran utama. Serial TV ini bercerita tentang keluarga diaspora Korea di Kanada. Penelitian ini menggunakan metode analisis naratif kritis dengan korpus serial TV Kanada Kim’s Convenience musim ke-3 (2019) dan musim ke-4 (2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa serial TV Kim’s Convenience musim ke-3 dan ke-4 merepresentasikan generasi pertama diaspora Korea yang terwakili oleh pemeran laki-laki Tuan Kim yang masih mempraktikan empat nilai-nilai patriarki, yaitu perempuan bertanggung jawab dalam pekerjaan domestik, kepala keluarga mengontrol dan mengawasi anggota keluarga, kepala keluarga bertanggung jawab atas kesalahan anggota keluarga, dan kepedulian ayah kepada anak laki-laki. Sebaliknya, tokoh perempuan generasi pertama diaspora Korea dalam serial TV ini direpresentasikan sebagai seseorang yang menolak praktik patriarki terhadap dirinya.

This study discusses the practice of patriarchal values by Korean diaspora family in Canada represented in the Canadian TV series Kim's Convenience. TV series has a role as a media representation that can portray social reality in society, such as a representation of a diaspora family life in a country. One of the most popular destinations for diaspora is Canada. Canada is also known as a multicultural country because of the large population of immigrants from various countries. However, the diaspora community, especially visible minorities, are still underrepresented in the Canadian mass media. Among Canadian TV shows featuring visible minorities, there is a TV series, Kim's Convenience, which features Asian people as the main characters. This TV series tells the story of a Korean diaspora family in Canada. This study uses a critical narrative analysis method with the corpus of Canadian TV series Kim's Convenience season 3 (2019) and season 4 (2020). The results of this study show that the TV series Kim's Convenience season 3 and season 4 represent the Korean diaspora's first generation, Mr. Kim, who still practicing four patriarchal values. Those patriarchal values are a woman who is responsible for domestic work, the head of the family who controls and supervises family members, the head of the family who is responsible for the family member’s mistake, and the father's concern for his son. On the other hand, the female character of the Korean diaspora's first generation in this TV series is represented as someone who resists patriarchal practices against her."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia Naomi Nandatya Massardi
"ABSTRAK
Tidak hanya menjual suara, tubuh seksi dan goyangan erotis menjadi tuntutan bagi perempuan penyanyi dangdut Indonesia untuk kepentingan komersialisasi. Studi-studi terdahulu, menemukan bahwa tuntutan erotisme dan seksualitas didorong oleh pasar musik dangdut dan relasi manajemen dengan penyanyi dangdut.
Peneliti melihat bahwa ada peran yang juga signifikan yaitu aktor pencari bakat (middleman) dalam menciptakan opresi erotisme melalui relasi patron-klien dengan penyanyi dangdut. Pemaksaan yang dilakukan aktor pencari bakat dilanggengkan dengan konstruksi peran gender perempuan di Indonesia yang masih dianggap sebagai obyek hiburan dan sasaran opresi gender melalui pemanfaatan gambaran kecantikan, kepasifan, serta ketidakberdayaan perempuan dalam figur penyanyi dangdut.
Argumen peneliti adalah middleman memanfaatkan relasi patriarkis yang kuat melalui hubungan keluarga dengan penyanyi dangdut dalam relasi patron-klien yang unik. Middleman, berbeda dengan manajemen, secara personal memiliki relasi kekuasaan dalam proses kekerasan seksual terhadap penyanyi dangdut baik sebagai mucikari atau pelaku sendiri. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan melakukan observasi partisipatoris pada perempuan penyanyi dangdut Semarang serta studi kasus. Ditemukan bahwa relasi kekuasaan merupakan akar yang mewujudkan kekerasan seksual terhadap perempuan dalam hubungan keluarga dengan middleman.

ABSTRACT
Not only offering voices, sexy bodies and erotic swaying became a demand for Indonesian dangdut singers for commercialization. Previous studies found that demands for eroticism and sexuality were driven by the dangdut music market and management relations with dangdut singers.
Researchers see that there is also a significant role, namely the talent scout actor (middleman) in creating oppression of eroticism through patron-client relations with dangdut singers. Coercion by talent actors is perpetuated by the construction of the role of womens gender in Indonesia which is still considered as an entertainment object and the target of gender oppression using images of beauty, passivity and powerlessness of women in dangdut singer figures.
The researchers argument is that middleman uses strong patriarchal relations through family relationships with dangdut singers in unique patron-client relations. Middleman, in contrast to management, personally has power relations in the process of sexual violence against dangdut singers either as pimps or perpetrators themselves. The research approach used in the study was qualitative, with the method of collecting data in the form of in-depth interviews and conducting participatory observations on women from Semarang dangdut singers and case studies. It was found that the relation of power is the root that manifests sexual violence against women in family relations with middleman.
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shahida Ramadani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang dinamika partisipasi perempuan dalam politik, secara khusus dalam Majelis Nasional Korea pada periode tahun 1990-2014, yang dipengaruhi oleh faktor penghambat, seperti ideologi masyarakat, dan faktor pendukung, seperti sistem pemilihan umum yang diberlakukan di negara. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif yang ditulis menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun persentase partisipasi perempuan dalam Majelis Nasional meningkat selama periode 1990-2014, namun persentase tersebut masih dinilai rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase perempuan yang berpartisipasi dalam parlemen pemerintahan Korea masih sangat sedikit, yaitu dari seluruh anggota parlemen hanya 16,3% adalah anggota perempuan. Oleh karena itu, dari studi ini dapat disimpulkan bahwa kesetaraan gender belum tercapai dalam Majelis Nasional Korea dilihat dari persentase partisipasi perempuan selama periode 1990-2014. 

ABSTRACT
This thesis studies about the dynamics of women`s participation in politics, particularly in Korea`s National Assembly during the period of 1990-2014, which is influenced by hindering factors, such as ideology and supporting factors, such as electoral system. This research is a qualitative research and was written using the descriptive analysis method. The result of this research shows that even though women`s participation percentage in the National Assembly has increased during 1990-2014, the number is still considered low. Out of all the members, women members only take up 16.3%. Therefore, it is concluded that gender equality is yet to be reached in the National Assembly based on women`s participation percentage during the period of 1990-2014."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
"Penelitian ini bertujuan memperlihatkan perbedaan antara penulis perempuan dan penulis laki-laki dalam penggunaan bahasa Indonesia. Metode penelitian kualitatif yang khas linguistik digunakan untuk menganalisis data kalimat dan kata yang diperoleh dari korpus berbentuk tulisan dari media massa dan karya ilmiah. Penelitian ini menemukan bahwa perempuan dan laki-laki menggunakan bahasa Indonesia secara berbeda baik dalam pembentukan kalimat maupun dalam pilihan konjungsi. Temuan itu memperlihatkan bahwa penutur perempuan dan penutur laki-laki menggunakan bahasa yang berbeda karena pengasuhan yang menyosialisasikan kedudukan dan peran setiap jenis kelamin yang berbeda.

The research aims to describe the differences of language use in the women and men writing. It used the linguistic specific way of collecting and analyzing data from a corpus of Indonesian articles published in the mass media and academic works. The results show that women author used the different Indonesian from men author in syntaxe and choice of conjunctions. These differences are due the way women author and men author were brought up: nurturing the position and the role of each sex."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khumairo Fadillah
"Di abad 21, Korea Selatan mengalami perubahan yang sangat drastis, dari masyarakat agrikultur menjadi industrialisasi modern. Perubahan ini menimbulkan masalah baru yang berdampak besar pada kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah struktur keluarga. Secara tradisional, Korea Selatan menerapkan sistem patriarki dalam masyarakatnya yang menjadikan laki-laki sebagai dominan dan pemegang kekuasaan, sementara wanita sebagai istri bertugas untuk melayani suami patriarki . Namun, seiring dengan modernisasi, hal itu menggeser nilai-nilai patriarkal dalam keluarga Korea. Studi ini menjelaskan tentang lunturnya nilai patriarki sehingga berpengaruh pada peran wanita Korea dalam keluarga. Dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif, deskriptif, dan menggunakan korpus drama Korea modern berjudul lsquo;Can We Get Married rsquo;. Studi ini menyimpulkan bahwa wanita Korea masa modern memiliki peran lebih banyak dibandingkan masa lalu sehingga hal ini melemahkan patriarki dalam keluarga.

In the 21st century, South Korea experienced a very drastic change, from agriculutral society into modern industrialization. This change raises new issues that gave a major impact in daily lives, one of them is family structure. Traditionally, South Korea apply patriarchy in society that makes men as dominant and power holders, meanwhile women as wives duty to serve the husband patriarchy . But along with the formation of modernization has weakening patriarchal values in Korea family. This study explains the diminishing value of patriarchy so that it affects the role of Korean women in the family. Using a qualitative, descriptive research methodology, and using a modern Korean drama corpus entitled 39 Can We Get Married 39 . The study concludes that modern Korean women have more roles than the past so this weakens patriarchy in the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Farhana Nurman
"Meskipun banyak karya sastra yang telah mendukung pemberdayaan perempuan atau interseksional feminisme, terdapat perbedaan pada representasi antara perempuan dengan perbedaan ras saat berurusan dengan patriarki dalam sastra Amerika Indian. Karakter wanita dalam novel Indian Winter in the Blood (1974) dan The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian (2007) selalu dibayangi oleh dominasi laki-laki. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis karakterisasi kompleks pada karakter minor yang tampak tidak signifikan dari kedua kekasih perempuan dalam novel, yaitu seorang wanita suku Cree Agnes dan seorang gadis kulit putih Penelope, melalui analisis tekstual. Artikel ini mencoba mengidentifikasi negosiasi patriarkal kedua kekasih saat mengalami subordinasi, obyektifikasi, dan bentuk penindasan lainnya yang lebih bermasalah karena protagonis pria sedang mengalami krisis maskulinitas. Temuan awal pada artikel ini menunjukkan bahwa kedua kekasih dalam novel mungkin tidak memiliki kendali atas subordinasi dan pandangan obyektifitas seksual yang dialaminya; pada kenyataannya, mereka selalu berjuang melawan patriarki untuk mempertahankan kekuasaan dan keamanan mereka dengan negosiasi patriarkal sebagai strategi. Oleh karena itu, Agnes dan Penelope, yang memiliki perbedaan identitas ras, kelas, dan usia, menunjukkan pemberdayaan dengan bernegosiasi dengan patriarki dalam mekanisme yang berbeda.

Although many literature works have already supported women empowerment or intersectional feminism, there is a big disparity of representations between women with different races while dealing with patriarchy in Native American literature. Female characters in Native American novels Winter in the Blood (1974) and The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian (2007) have been overshadowed due to male domination. The purpose of this article is to analyze the complex characterization of the seemingly insignificant minor characters of the girlfriends in both novels, who are a Cree woman Agnes and a white girl Penelope, through a textual analysis. This article attempts to identify the two girlfriends` patriarchal bargains while experiencing subordination, objectification, and other forms of oppression which are more problematic since the male protagonists are going through masculinity crisis. The preliminary finding on this article suggests that the girlfriends of the two novels may have no control over the subordination and sexual objectifying gaze; in fact, they always have fought patriarchy in order to maintain their power and safety by patriarchal bargains as the strategy. Therefore, Agnes and Penelope, who have differences in terms of race, class, and age, show empowerment by negotiating with patriarchy in different mechanisms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jung Hyun Jin
"Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini ini menceritakan seorang wanita cantik dari kasta Sudra, yaitu kasta terendah dalam struktur perkastaan masyarakat Bali yang menikah dengan lelaki dari kasta yang lebih tinggi, yaitu kasta Brahmana. Tujuan perkawinan itu, agar si wanita dapat mencapai impiannya akan status dan menjadi penari terbaik di Bali. Pada akhirnya, ia memenuhi mimpinya. Di tengah ketidakmampuan suami dan ibu mertuanya, ia berusaha membesarkan satu-satunya putrinya, Telaga sebagai bagian kaum bangsawan. Dalam konteks itu, novel Tarian Bumi ini dipandang sebagai pemberontakan terhadap adat-istiadat Bali. Penelitian ini akan mengungkapkan gambaran sistem kekerabatan keluarga Bali dalam novel Tarian Bumi menurut perspektif orang Korea. Oleh karena itu, sistem kekerabatan keluarga masyarakat Bali akan diperbandingkan juga dengan sistem kekerabatan keluarga Korea.

Dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik untuk membandingkan sistem kekerabatan di Bali dalam novel itu dengan sistem kekerabatan masyarakat Korea, terungkap bahwa dalam beberapa hal terdapat perbedaan, tetapi dalam hal lain ada persamaannya. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya patriakat di Bali dan patriakat di Korea, terutama berkaitan dengan sistem kekerabatan dalam pohon keluarga di Bali dan di Korea. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan novel Tarian Bumi dapat dikatakan merupakan representasi  budaya patriakat dan sistem kasta yang tidak terdapat dalam masyarakat Korea.


The novel Tarian Bumi by Oka Rusmini tells the story of a beautiful woman from the Sudra caste, the lowest caste in the structure of Balinese society who is married to a man from a higher caste, the Brahmin caste. The purpose of the marriage is so that the woman can achieve her dream of status and become the best dancer in Bali. In the end, he fulfilled his dream. In the midst of the inability of her husband and mother-in-law, she tried to raise her only daughter, Telaga as part of the nobility. In that context, this Tarian Bumi novel is seen as a rebellion against Balinese customs. This research will reveal a picture of the Balinese family system in the novel Tarian Bumi from the perspective of the Korean people. Therefore, the Balinese family kinship system will also be compared with the Korean family kinship system.

Using an extrinsic approach to compare the kinship system in Bali in the novel with the Korean kinship system, it was revealed that in some respects there were differences, but in other respects there were similarities. The theoretical framework used in this study is patriarchal culture in Bali and patriarch in Korea, especially with regard to the kinship system in family trees in Bali and in Korea. Based on this research it can be concluded that the Tarian Bumi novel can be said to represent a patriarchal culture and caste system that is not found in Korean society."

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>