Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari MSB/L.65 yang dikerjakan pada tahun 1943 oleh petugas Panti Boedaja, di bawah pimpinan Tjan Tjoe Siem di Yogyakarta. Naskah ini merupakan ketikan asli, sedangkan MSB/L.66 adalah tembusan karbon. Untuk keterangan selengkapnya tentang naskah babon, lihat Behrend 1990: 250-251. Naskah yang berisi teks Kakawin Bharatayuddha Mawi Jarwa (Bratayuda Kawi Jinarwa) ini berasal dari Cirebon. Teksnya meliputi pupuh pertama bait 14 dalam edisi Gunning (1903) sampai tamat. Teks dilengkapi pula dengan keterangan makna teks Jawa Kuna dalam bahasa Jawa baru (idiom Cirebonan). Menurut keterangan dalam teks, naskah induk untuk salinan ini (MSB/L.65) merapakan sandikirana milik kraton Kanoman, Cirebon. Dalam kata pengantarnya terdapat pernyataan bahwa Bratayuda Kawi'Cerbon ini tidak boleh dibaca oleh siapa pun kecuali bila mendapatkan perintah Sultan. Naskah diketik dengan mempergunakan tinta hitam, tidak ada perbedaan warna tinta antara kata-kata yang diterangkan dengan yang menerangkan, seperti halnya pada naskah aslinya, yang ditulis dengan mempergunakan tiga macam warna yaitu hitam, abu-abu, dan merah."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.15-G 185
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Bratayuda karangan Yasadipura, pupuh 1-69 (tamat). Tentang teks ini lihat Cohen Stuart 1860, Vreede 1892: 129-134, Pratelan I: 56-64, Poerbatjaraka 1964: 129-134, dan Pigeaud 1967:239-240. Naskah induk tidak diketahui, tetapi kemungkinan disalin dari salah satu naskah Panti Boedaja. Penyalinan dilakukan oleh petugas Panti Boedaja pada jaman Jepang, sekitar tahun 1943."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.16-G 191
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi daftar pupuh Bratayuda Kawi Miring yang termuat dalam naskah KBG 720. Daftar ini disusun pada tahun 1930 oleh Mandrasastra. FSUI/CP.l8 merupakan salinan ketikan dari catatan ini."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.17-L 8.61a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Salinan ketikan dari FSUI/CP.17. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.18-L 8.61b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Ekaparwa, diawali dengan percakapan sang Prabhu Bretyadana dengan Bhagawan Danurdara tentang Astadasa Parwa (18 parwa dari Mahabharata) yaitu: Sabhaparwa, Aranyakaparwa, Wirataparwa, Samodyaparwa, Bhismaparwa, Dronoparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Ghadaparwa, Aswamedaparwa, Suntikaparwa, Sranawasaparwa, Musalaparwa, Suptikaparwa, Swargga Ruhanaparwa, Tri Repaparwa, Udyagaparwa dan Krepaparwa. Teks dilanjutkan dengan uraian tentang keberhasilan lima pertapa bersaudara Pratikara, Prapidara, Pralika, Prawijana, dan Pramita), dalam wujud raksasa, yang ertapa dengan cara sendiri-sendiri dan menuju arah yang berbeda. Sang Pratikara dianugrahi Dewa Iswara sebelas orang anak yang semuanya bersifat baik dan bijaksana, sang Prapidara dianugrahi seorang putri yang sangat cantik tiada tara bernama Dewa Mahadewa, sang Pralika dianugrahi Dewa Brahma rakyat kera yang tak terhitung jumlahnya, sang Prawijana dianugrahi Dewa Wisnu kesaktian (kawisesan) dan rakyat binatang (sato) dua juta, sedangkan sang Pramitra dianugrahi Dewa Siwa kesaktian yang luar biasa dan rakyat raksasa sepuluh juta. Diuraikan juga keterangan tentang penolakan lamaran raja seberang (sang Mayalati) yang sangat sakti dan kaya oleh Raja Indra Saba (sang Sastra Wijaya) karena ngin mempersunting putrinya (Dewi Dewati). Penolakan ini menimbulkan rasa larah di hati Mayapati , yang selanjutnya merencanakan akan menggempur Indra laba. Raja Sastra Wijaya merasa bingung untuk melawan Mayapati yang tidak ertandingi kesaktiannya. Akhirnya atas sabda ayahnya, perkara tersebut dapat liatasi. Raja Sastra Wijaya dititahkan untuk minta bantuan ke Dwarawati (Raja Cresna) untuk mempersunting putrinya (Dewi Dewati). Titah tersebut segera dilaksanakan, ternyata mendapat sambutan baik dari pihak Dwarawati (Kresna). Cresna menyampaikannya kepada Arjuna. Arjuna sanggup dan segera berangkat ke ndra Saba untuk mengawali perang dengan raksasa Mayapati, disertai Sang Samba, arsanda, Rukma, Satyaki, dan Burisrawa. Arjuna berhasil menyembuhkan Dewi Dewati serta melarikannya saat itu juga. Berita tersebut didengar oleh Mayapati. Dengan sangat marah Mayapati beserta emua tanda mantri dan balatentaranya menggempur Indra Saba. Namun tidak berapa lama munculah pihak Dwarawati yang dipimpin Kresna, didampingi Korawa, Pandawa, Ekacakra, Wirata, dan Pancala bersama-sama membantu Raja Indra Saba. Perang terjadi sangat ramai dan sengit dan kekalahan di pihak Detya Mayapati. Naskah berakhir dengan kesedihan sang Gor Gumulu dengan segala kesukaran lan penuh tantangan dalam mencari jejak ayahnya sang Prabhu di Dawusa Bali. Teks yang berbentuk prosa ini memakai dua bahasa secara bergantian, yakni bahasa Jawa Kuna dan bahasa Bali. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas. Menurut data pada h.90b menyatakan bahwa laskah ini diberi nama Eka Parwa yang ditemukan (?) di Gunung Tampaksiring Gianyar Bali."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.22-LT 210
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Gatotkacasraya yang berbentuk kakawin ini, diawali dengan kisah Abimanyu, putra Arjuna yang dititipkan di Dwarawati ketika para Pandawa dibuang ke hutan selama 12 tahun. Abimanyu sangat disayangi oleh Kresna, bahkan timbul keinginan untuk menjodohkannya dengan Siti Sundari. Siti Sundari berniat pergi ke hutan untuk mengikuti cara hidup sederhana para pertapa. Abimanyu turut bergabung dengan para prajurit pengawal. Mereka berdua akhirnya saling jatuh cinta. Hubungan mereka tidak berlangsung lama, sebab Siti Sundari akan dijodohkan dengan Laksanakumara, anak Duryudana. Abimanyu bertekad mempertahankan Siti Sundari dengan taruhan nyawa. Baladewa sangat marah mendengar berita tentang hubungan mereka, dan ingin segera menikahkan Siti Sundari dengan Laksanakumara sebelum Kresna kembali ke kraton. Abimanyu melakukan semadi mohon anugerah dewa. Pada saat itu, Karalawakra, abdi Dewi Durga menyergap Abimanyu untuk dipersembahkan kepada Dewi Durga. Berkat mantra sakti yang dilontarkan Abimanyu, Dewi Durga urung memangsanya, bahkan memberi nasihat agar dia minta bantuan Gatotkaca di Kurubaya. Kisah dilanjutkan dengan upaya Gatotkaca dan Abimanyu merebut Siti Sundari. Gatotkaca menyamar sebagai Siti Sundari. Upaya ini diketahui Bajradanta dan segera melaporkan kepada Laksanakumara. Terjadi pertempuran sengit antara Gatotkaca dengan Bajradanta yang menyamar sebagai Laksanakumara. Bajradanta akhirnya tewas. Duryadana sangat murka mengetahui kematian Bajradanta, sehingga berniat menggempur Dwarawati. Niatnya dapat dicegah oleh Baladewa. Tentara Korawa menyerang para Yadu, namun dapat ditangkis oleh Gatotkaca dan Abimanyu. Baladewa hampir saja bertriwikrama dalam wujud yang menggetarkan, jika perintah untuk menghentikan perang tidak ditaati. Dalam suasana kemurkaan seperti itu, datanglah Kresna meredakannya. Teks berakhir dengan pesta pernikahan antara Abimanyu dengan Dewi Utari dan Siti Sundari. Naskah selesai ditulis pada hari Sabtu Manis, Medangkungan, th 1738 (1816 M) i Sasak (h.50a). Suatu catatan tambahan yang terdapat pada h.la menyebutkan: Gatotkacasraya, I G. Jlantik (t.t), magang bestir residen, 1896. Juga pada h.50b menyebutkan: druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1896. Dengan demikian, naskah yang semula ditulis dan berada di Sasak (1816 M), kemudian disalin menjadi milik Ida I Gusti Putu Jlantik tahun 1896, di Singaraja Bali."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.24-LT 216
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari LOr 1855 yang dikerjakan oleh Tjan Tjoe Siem pada tahun 1937, di Leiden, untuk membantu J. Soegiarto, asisten Prof. Berg yang bertugas menyalin naskah yang menarik. Salinan ketikan ini sama dengan LOr 10.617. Naskah berisi teks Arjunasasrabahu Kawi Miring yang dikarang pada tahun 1802-1803 di Surakarta, oleh Yasadipura II. Lihat McDonald 1983 untuk bahasan mendalam tentang teks ini maupun teks-teks kawi miring lainnya."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.33-G 142
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini semula milik Dipakusuma, kemudian disumbangkan PT. Caltex Indonesia kepada FSUI di Jakarta pada 21 Januari 1977 (h.i). Naskah berisi teks Serat Panji Angreni, yaitu kisah petualangan Raden Prasanta sesudah kematian istrinya, Dewi Angreni, yang dibunuh mertuanya sendiri, sebab Prasanta sebenarnya telah dijodohkan dengan Candrakirana. Dalam petualangannya itu, Panji berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Bali, dan Blambangan dan menikahi putri raja yang ditaklukkannya. Keterangan bibliografis selengkapnya lihat FSUI/CP.38. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) asmarandana; (3) pangkur; (4) sinom; (5) kinanthi; (6) mijil; (7) dhandhanggula; (8) asmarandana; (9) pangkur; (10) dhandhanggula; (11) gambuh; (12) pucung; (13) dhandhanggula; (14) maskumambang; (15) sinom; (16) dhandhanggula; (17) kinanthi; (18) sinom; (19) pangkur; (20) durma."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.36-CT 24
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah sumbangan PT. Caltex Indonesia ini diterima FSUI di Jakarta pada 21 Januari 1977 (h.i). Berisi beberapa teks yaitu: Panji Angreni; Serat Sewaka (h.64); cerita orangtua yang memberi nasehat pada anaknya (h.78); cerita wayang (h.l 1-12) dan Cerita Baron Sakendher. Deskripsi isi cerita Panji Angreni dan keterangan bibliografis selanjutnya lihat pada FSUI/CP.38. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) gambuh; (3) asmarandana; (4) dhandhanggula; (5) dhandhanggula; (6) sinom; (7) kinanthi; (8) pangkur; (9) asmarandana; (10) gambuh; (11) mijil; (12) dhandhanggula; (13) asmarandana; (14) pangkur; (15) kinanthi; (16) mijil; (17) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.37-CT 25
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Meskipun penomoran hal. dimulai dari h.l, namun melihat awal cerita yang tidak lengkap, maka kemungkinan awal teks ini sudah hilang. Penomoran hal. tersebut kemungkinan dilakukan kemudian. Teks berisi kisah petualangan Panji Kuda Wanengpati dari kerajaan Jenggala yang mengembara setelah kematian istri tercinta, Dewi Angreni. Dewi Angreni dibunuh oleh ayah Panji yang merasa malu kepada saudaranya, raja Kediri, karena sesungguhnya Raden Panji sudah ditunangkan dengan sepupunya sendiri Dewi Sekartaji/Candrakirana. Raden Panji akhirnya menikah dengan Dewi Sekartaji yang ternyata yang sangat mirip wajahnya dengan Dewi Angreni. Keterangan bibliografis lihat Pratelan II: 182; MSB/L.240, L.246, L.259; Keterangan bibliografis tentang cerita Panji selengkapnya lihat Pigeaud 1970: 335. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) dhandhanggula; (5) sinom; (6) pangkur; (7) sinom; (8) pangkur; (9) asmarandana; (10) durma; (11) asmarandana; (12) sinom; (13) durma; (14) sinom; (15) pangkur; (16) asmarandana; (17) pangkur; (18) dhandhanggula; (19) mijil; (20) asmarandana; (21) asmarandana; (22) mijil; (23) asmarandana; (24) mijil; (25) sinom; (26) mijil; (27) asmarandana; (28) mijil; (29) dhandhanggula; (30) sinom; (31) pangkur; (32) durma; (33) pangkur; (34) sinom; (35) asmarandana; (36) sinom; (38) asmarandana; (39) mijil; (40) sinom; (41) dhandhanggula; (42) sinom; (43) pangkur; (44) mijil; (45) asmarandana; (46) mijil; (47) sinom; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) asmarandana; (51) sinom; (52) dhandhanggula; (53) sinom; (54) pangkur; (55) dhandhanggula; (56) pangkur; (57) asmarandana; (58) durma; (59) asmarandana; (60) sinom; (61) durma; (62) pangkur; (63) durma; (64) sinom; (65) pangkur, (66) dhandhanggula; (67) pangkur; (68) sinom; (69) mijil; (70) asmarandana; (71) dhandhanggula; (72) asmarandana; (73) pangkur; (74) durma; (75) sinom; (76) pangkur; (77) dhandhanggula; (78) pangkur; (79) durma; (80) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.38-NR 152
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>