Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wardian
"Pasar modal adalah wahana yang mempertemukan pihak yang memerlukan dana dan pihak yang ingin menempatkan dana. Pihak yang memerlukan dana adalah Perusahaan atau Dunia Usaha untuk melakukan kegiatan usaha dan ekspansi, sedang pihak yang ingin menempatkan dana adalah investor dengan tujuan agar dana yang dimilikinya menjadi lebih produktif. Dalam perkembangan selanjutnya, Pasar Modal mempunyai peran yang sangat strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi yang menarik bagi masyarakat pemodal Didalam kegiatannya, ada beberapa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atau tindak pidana pasar modal. Kejahatan yang diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berkaitan dengan transaksi efek dan dilarang oleh Undang-undang pada intinya terdapat 3 (tiga) kelompok yaitu; Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Manipulasi pasar tidak lain menciptakan gambaran semu atau menyesatkan terhadap harga dan aktivitas perdagangan-yang dapat mengakibatkan kegoncangan di pasar modal.
Salah satu sasaran yang dirumuskan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 adalah meningkatkan kepastian hukum di bidang pasar modal. Untuk meningkatkan kepastian hukum di pasar modal, salah satu strategi yang dapat dijalankan adalah peningkatan penegakan hukum terutama penegakan hukum terhadap tindak pidana pasar modal untuk meningkatkan kepercayaan pemodal yang mana merupakan aspek yang sangat panting bagi pengembangan industri efek nasional.
Bapepam merupakan lembaga dengan otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Salah satunya yang sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberikanlah wewenang khusus sebagai penyidik bagi pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan Bapepam. Mereka inilah yang dalam praktek sering disebut Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau Polisi dengan keahlian Khusus (Polsus), yang memang dimungkinkan oleh Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP); Pasal 6 ayat (1) huruf b dari KUHAP menentukan bahwa pejabat pegawai negeri sipil tertentu dapat diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk menjadi penyidik.
Dalam melakukan pemeriksaan, terdapat norma-norma yang disebut dengan norma pemeriksaan, yang diatur dalam Bab III PP No.46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal, yang terdiri dani_ (1) norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksa, (2) norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pelaksanaan pemeriksaan, dan (3) norma pemeriksaan yang menyangkut dengan para pihak yang diperiksa.
Dalam praktek, penanganan kasus-kasus pasar modal, jarang sekali pihak kepolisian selaku koordinator, memberikan bantuan penyidikan kepada penyidik bapepam, biasanya mereka hanya memberikan bantuan dalam tingkatpenyidikan ini hanya sepanjang menyangkut tindakan polisionil, seperti, penangkapan, penggeledahan. Begitu juga halnya didalam subsistem penuntutan yang dilakukan oleh kejaksaan didalam penanganan tindak pidana pasar modal mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan pihak Bapepam sebagai self regulator pasar modal dan aparat penyidik tindak pidana pasar modal untuk menggunakan sanksi administratif kepada para pihak yang melakukan tindak pidana pasar modal, dengan alasan efisiensi dan edukatif, meskipun sebenarnya pihak Bapepam dapat meneruskan perkara yang ditanganinya melalui sarana penal."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Arianto
"Sebagian masyarakat sadar bahwa dana yang mereka miliki dari waktu ke waktu nilainya akan berkurang apabila tidak dimanfaatkan atau dibiarkan menganggur ( time value of money ).
Menentukan tingkat harapan atau expected return dari sebuah sekuritas dapat dilakukan dengan beberapa metodae, salah satu di antaranya yang cukup popular digunakan oleh praktisi keuangan khususnya pasar modal adalah dengan menggunakan CAPM. Metoda ini pada dasarnya memerlukan asumsi - asumsi yang sebenamya sangat sulit dipenuhi oleh dunia nyata. Namun penggunaannya cukup dipercaya dan membantu dalarn menentukan tingkat pengharapan pengembalian atau expected return dari suatu sekuritas.
Metoda ini memperhitungkan aspek resiko sistematis dan risk premium yang dimiliki oleh suatu sekuritas serta opportity cost / suku bunga bebas resiko yang berlaku, di mana tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan tingkat resiko (diwalkikan oleh indeks tunggal beta ).
Pada kondisi pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Jakarta mempunyai karakter sekuensi tidak merata, hanya sedikit emiten yang mempunyai kapitalisasi besar menggerakan fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Mangasi
"Berdasarkan banyak hasil-hasil penelitian yang ada dan pendapat masyarakat umumnya, pasar modal di Indonesia masih belum efisien (weak form of efficient market hypothesis) dan oleh karenanya itu diduga bahwa strategi investasi berbasis data historis masih relevan diaplikasikan. Oleh karena itu, maka penelitian ini mengangkat fenomena momentum saham yang saat ini sedang ramai diperdebatkan di duna keuangan mengenai profitabilitas dan sumber-sumber penyebabnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan long-term momentum hypothesis bertujuan untuk menguji dan menganalisis : profitabilitas momentum saham dan eksistensi hipotesis momentum dari long-term momentum hypothesis serta faktor-faktor apakah yang mempengaruhi momentum saham di Bursa Efek Jakarta.
Guna pencapaian tujuan di atas, maka penelitian ini melakukan observasi terhadap tiga strategi momentum, yaitu : high momentum strategy (HMS), low momentum strategy (LMS) dan original momentum strategy (OMS) pada periode Juli 1997 sampai dengan September 2002 menggunakan data saham pada periode April 1994 sampai dengan Oktober 2003. Portfolio momentum dibentuk sebanyak 4 buah secara two-stage sorting atas dasar past long-term return dan past short-term return dan 2 buah secara one-stage sorting atas dasar past short-term return. Ke-enam portfolio tesebut kemudian digunakan untuk membentuk ke tiga strategi momentum di atas yang diinvestasikan selama 3, 6, 9 dan 12 bulan periode holding. Profitabilitas momentum diuji dengan metode one-sample T test (one tail), hipotesa momentum diuji dengan metode paired-sample T test (one tail) dan analisis somber penyebab momentum dilakukan dengan model regresi tiga-faktor Fama dan Franch (1996) serta untuk tujuan perbandingan basil maka dilakukan analisis yang sama terhadap sub-sample periode Juli 1997 sampai dengan Agustus 1999 dan September 1999 sampai dengan September 2002 yang merupakan representasi dari down dan up market di pasar modal Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas strategi momentum di BEJ adalah iemah. HMS dan LMS memiliki profitabilitas yang signifikan menguntungkan untuk periode holding 12 bulan selama periode penelitian September 1999 sampai dengan September 2002 dengan raw profit sebesar 11,87 % dan 12,18 % per tahun. Tetapi setelah diadjust dengan model Fama dan French, tidak ada lagi profitabilitasnya meskipun nilai excess return HMS masih positif (tidak signifikan)
Hipotesis momentum dari long-term momentum hypothesis yang mengatakan bahwa HMS lebih profitable dari LMS dan OMS serta bahwa LMS lebih menguntungkan dari OMS tidak terbukti (pada a = 5%) pads semua sampel penelitian.
Akhimya, sama dengan penelitian terdahulu di luar negeri, model tiga faktor Fama dan French tetap tidak mampu dalam menjelaskan phenomena momentum di Bursa Efek Jakarta.

According to results of financial literature that stock exchange in Indonesia is inefficient (weak form of efficient market hypothesis); the investment strategy based on historical data of stocks is still applicable to make money. Therefore, the purpose of this research is to provide empirical study of momentum profitability, existence of momentum hypothesis and to try to reveal economic sources of momentum phenomena in Jakarta Stock Exchange.
In order to achieve this objective, this research investigated three momentum strategies: (1) high momentum strategy (HMS), (2) low momentum strategy (LMS) and (3) original momentum strategy (OMS) on July 1997 to September 2002 period, based on the universe of JSE stocks data of April 1994 to October 2003.
To form four extreme portfolios, these strategies needed a two-stage procedures base on two consecutive compound returns: past long-term return and past short-term return to form HMS and LMS. On the other hand, a one-stage procedures of past short-term return to form OMS. These three strategies were then implemented into 3, 6, 9 and 12 months holding period.
For the empirical test of momentum profitability, this research used one-sample T test (one tail), and to test superiority in momentum hypothesis, we used paired-sample test (one tail). Three-factor Fama & French (1996) was used to test and to analyze explanatory variables of momentum (as economic sources). And to get some extension, analysis was expanded to sub-period: July 1997 to August 1999 as a down-market, and September 1999 to September 2002 as an up market in JSE.
The main results of this research is that momentum profitability in JSE is weak and most of them are not significant to make profit, except for HMS and LMS is profitable for up market period for 12 month-holding period with raw return 11,87 percent and 12,18 percent annually.
Secondly, empirical result of superiority performance of long-term momentum hypothesis does not significantly exist in JSE.
Finally, none of these new findings is consistent with financial-distress premium hypothesis of Fama and French (1996) since their three-factor model failed to account for them.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Thresna Biyanti
"Penelitian ini mengangkat masalah aplikasi dari strategi short-run momentum (momentum) dan long-run reversal (Contrarian). Uji test yang dilakukan merupakan pengembangan dari model behavioral dari Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (1998, DHS) dan Hong dan Stein (1999, HS). Dimana kedua penelitian tersebut masing-masing mengetengahkan penjelasan potensial mengenai kedua strategi perdagangan di atas terhadap stock return. Kedua model dari DHS dan HS menganalisis kemungkinan profit yang dihasilkan dari strategi lagged return berkaitan dengan kondisi pasar yang sedang berjalan (the state of the market).
Pada penelitian keduanya diatas ditemukan bahwa momentum profit secara ekslusif mengikuti kondisi market gain dan contrarian profit lebih kuat mengikuti kondisi market losses.
Penelitian yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta dengan periode waktu Januari 1998 hingga Desember 2001 membawa basil yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Dengan membuat simulasi portfolio berdasarkan strategi lagged return, dengan membedakan periode K (6, 12, dan 24) bulan, penulis mendefinisikan portfolio loser dan winner untuk masing-masing periode. Matra didapatkan untuk strategi portfolio 6 bulan terdapat 27 portfolio; masing-masing 9 portfolio loser, 9 portfolio winner, dan 9 portfolio winner-loser. Untuk Strategi portfolio 12 bulan terdapat 12 portfolio; 4 portfolio winner, 4 portfolio loser dan 4 portfolio winner-loser. 1Jntuk strategi portfolio 24 bulan terdapat 3 portfolio; 1 portfolio loser, 1 winner, dan 1 portfolio winner-loser.
Pengukuran kinerja dari ketiga jenis portfolio tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga model, yaitu ; CCRs (Continous Cumulative Return of Stocks), CAP Alpha dan lama-trench Alpha.
Hasil akhir menunjukkan bahwa strategi momentum dengan representasi portfolio 6 bulan dan 12 bulan dalam full sample period secara ekslusif mengikuti market gain (UP market), begitu juga dengan strategi contrarian yang diwakili oleh portfolio 24 bulan. Akan tetapi pada kondisi market loss (DOWN market) strategi momentum tidak terlihat signifikan mengikuti kondisi tersebut. Penemuan ini mengemukakan bahwa teori behavioral yang ada tidak dapat menjelaskan secara penuh mengenai kompleksitas fenomena strategi momentum dan contrarian."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramina Mersiana
"Penelitian ini menyelidiki keberadaan contrarian profit dan sumber-sumber dari profit tersebut pada Bursa Efek Jakarta. Analisa empirisnya menjelaskan tentang dekomposisi dari contrarian profit yang bersumber dari reaksi common factor, overreaction pada firm specific information, dan profit yang tidak berhubungan dengan kedua hal tersebut. Hai ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Jegadesh dan Titman (1995).
Dalam penelitian ini, yang akan diamati adalah: (i) sub-sampel yang diurutkan berdasarkan ukuran yang telah disesuaikan setiap tahunnya, serta (ii) mencari sumber dari penelitian apakah contrarian profit berhubungan dengan musim Januari (January Effect).
Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika komponen Januari di keluarkan dari penelitian, kontrarian profit di BEJ lebih terpengaruh pada sumber common factor daripada reaksi firm specific overreaction. Hal ini menunjukan adanya reaksi fenomena yang tertunda di BEJ terbatas pada pengaruh komponen januari.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menemukan bahwa: (1) Contrarian profit lebih bereaksi terhadap current return. (2) overreaction/ underreaction terhadap firm specific overreaction common factor lebih banyak memberikan kontribusi contrarian profit kepada kelompok saham besar. (3) Kelompok saham besar dilihat dari nilainya yang paling besar menunjukkan bahwa kelompok saham ini undefined terhadap contrarian profit.
Hasil penelitian ini akan lebih kuat apabila peneliti diberikan kesempatan untuk mengembangkan variasi waktu dalam faktor sensitifitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakara, Minarnita Yanti Verawati
"Perhatian akademisi maupun peneliti yang mempelajari sistem ekonomi dan keuangan terutama untuk tujuan prediksi mulai tertuju pada topik chaos. Pencarian struktur chaos dalam sistem ekonomi dan keuangan menjadi penelitian menarik akhir-akhir ini. Adanya chaos dalam pasar keuangan merupakan pertanyaan panting karena dapat menjadi titik awal pemahaman perilaku sistem ekonomi dan keuangan yang belum terpecahkan dengan berbagai teori dan asumsi.
Beberapa bukti menyarankan return saham terbentuk dad proses deterministic nonlinear (chaos). Studi empiris lainnya membuktikan nonlinearity baik deterministic maupun stochastic dalam financial time series. Beberapa penelitian memberikan bukti empiris adanya chaos dalam capital market index time series. Temuan tersebut merupakan tantangan bagi berbagai teori di bidang ekonomi dan keuangan seperti teori pasar efisien dan menjadi pertanyaan bagi penelitian yang berdasarkan asumsi statistik standar: independence (random) dan normalitas. Sistem low dimensional deterministic chaos memungkinkan penggunaan nonlinear dynamics untuk prediksi.
Penelitian ini mempelajari adanya bukti empiris keberadaan chaos dalam pasar keuangan dengan pengujian yang mencari low dimensional chaos pada indeks dan beberapa saham individual pada pasar modal di Indonesia. Menggunakan perangkat pengujian BDS statistic, RJS analysis, Correlation Dimension dan Lyapunov Exponent, tesis ini mencoba mendeteksi adanya struktur chaos di Bursa Efek Jakarta. BDS statistic merupakan pengujian nonlinearity untuk mendeteksi deviasi hipotesa HD. RJS analysis diterapkan untuk uji persistensi atau long memory. Penerapan Correlation dimension dari Grassberger dan Procaccia untuk pengujian self similarity yang merupakan karakteristik chaos. Untuk menguji sensitive dependence on initial condition yang merupakan karakteristik chaos lainnya diterapkan Lyapunov exponent dad Wolf. Untuk mengatasi noise dalam data diterapkan filter proses stochastic dan filter simple noise reduction.
Diperlukan range titik data yang panjang dalam pencarian struktur chaos. Maka diamati harga dan return saham harian, mingguan dan bulanan sampai akhir Nopember 2003 pads indeks IHSG sejak awal Januari 1988 dan 11 emiten BATA, DLTA, GDYR, JIHD, MERK, MLBI, PGIN, SCCO, SHDA, SMCB, SQBI sejak awal Januari 1989. Emiten yang dipilih adalah yang telah go public sebelum Januari 1989 dan masih terdaftar pads Nopember 2003.
Hasil penelitian membukrtikan adanya nonlinearity, persistensillong memory dan low dimensional chaos pada IHSG dan beberapa emiten. Tetapi masalah noise dan temporal correlation belum dapat teratasi sepenuhnya karena keterbatasan jumlah titik data.

Researchers start to turn their attention to a new and interesting topic, chaos. The possibility of chaos structure in the economic and financial system is becoming an important question, as it can be a starting point to understand the behaviour of the system. Recent evidences suggest that returns are formed by deterministic non-linear process or chaos. Empirical studies prove the existence of deterministic as well as stochastic non-linear in financial time series. Researchers provide empirical evidences of the presence of chaos in capital markets index. These findings possess new challenges for the prevailing Economic and Financial theories, and a question to researches that are based on statistical standard assumptions. A low dimensional deterministic chaos system opens the possibility to use non-linear dynamics for prediction or forecasting.
This research thesis seeks empirical evidence of the existence of chaos - low dimensional chaos - in financial market by testing individual stocks and index of the Indonesia 's Capital Market. By using BDS statistic to test non-linearity, RJS analysis for persistence (long memory) testing, Correlation dimension of Grassberger and Procaccia for self similarity testing, and Lyapunov exponent of Wolf to test sensitive dependence on initial condition, this study attempts to detect chaos in Jakarta Stock Exchange. Stochastic process filtering and simple noise reduction filtering are applied to handle noise in data set.
The observations are on the JSKIndex from January 1988 to November 2003 and on stocks prices & returns of eleven-selected listing companies from January 1989 to November 2003, which are sampled daily, weekly, and monthly. These companies have listed before January 1989 and were still listing on November 2003.
The result shows that non-linearity, persistence/long memory, and low dimensional chaos do exist on the Jakarta Stocks Exchange Index and in some selected listing companies.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faruq Rohma Suha
"Suatu pasar modal dinyatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga segera mencerminkan nilai perusahaan secara akurat berdasarkan informasi relevan yang tersedia. Berdasarkan informasi yang tersedia di pasar modal, Fama membagi tingkat efisiensi pasar menjadi tiga kategori yakni : Weak form,Semi strong, Strong form market. Pembedaan pasar disini dilakukan berdasarkan asumsi tentang jumlah dan jenis informasi yang masuk ke pasar dan cepat atau lambatnya informasi tersebut berpengaruh pada pasar, seperti tercermin dari adanya perubahan harga. Semakin cepat informasi sampai ke pasar dan semakin cepat informasi tersebut berpengaruh pada pasar, semakin mendekati ciri efisiensi pasar bentuk kuat. Semakin lengkap dan merata informasi tersebar ke semua pelaku pasar, semakin mendekati ciri efisiensi pasar bentuk kuat.
Penelitian mencoba meneliti dari sudut pandang pasar dan tidak mengamati struktur yang mendasarinya. Uji yang dilakukan adalah uji kerandoman(runs test) dan uji autocorrelation lest dengan nilai statistik Ljung Box(LB). Penelitian mengambil renlang return harian, return mingguan, return bulanan. Hasil kedua uji dapat menyimpulkan apakah BEJ sudah mencapai random walk untuk bisa dikategorikan pasar yang efisien.
Uji kerandoman dan autocorrelation test dengan daily return menunjukkan bahwa THSG dan indeks LQ45 dalam kurun waktu 1999-2004, bergerak tidak random dan tidak independen dengan data sebelumnya untuk lag 1-10, sedangkan uji runs test dan autocorrelation test dengan data weekly return menunjukkan IHSG dan LQ45 bergerak secara random dan tidak berkorelasi dengan data sebelumnya(lag 1-10, kecuali lag5&6) dan didukung oleh sampel sebanyak 4I saham(91,2%). Jika menggunakan data monthly return IHSG dan LQ45 bergerak random dan tidak berkorelasi dengan data sebelumnya yang didukung oleh 43 saham(95,6%). Menurut hipotesa efisien market dengan data daily return maka bursa saham di BEJ dapat dikategorikan sebagai pasar yang tidak efisien dalam bentuk lemah.

Jsx Indeces reached his top of his history at 815,17 on 21 April 2004. This moment show that Jakarta Stock Exchange git high interest of investor to invest his money. So absolutely each investor must try to get highest his return to beat the market. And each investor compete to get abnormal return and increase his wealth. This Excellent moment should be point of view as opportunity to have optimal return.
Capital Market is categorized as efficient if price of securities reflect all available information immediately. So each any changes in information should be reflect on changing price of securities.
Behind of information which available on market, Fama classified market efficiency on three categories : Weak, Semi Strong, Strong Market. Any categorizing here based on assumption quantity and kind of information that available on market and reflect to the market, as happen on changing on price of securities. Information reflect changes on price quickly, it's capital market more efficient. All information its became complete and distribute on wide range, it's closely to efficient market.
Random test and autocorrelation test based on historical data1999-2004, which used daily return show that IHSG and LQ 45 move correlated and not random. So BEJ and LQ 45 can be categorized as uneficient in Weak Form."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Wahyu Hidayati
"Struktur modal yang optimal telah menjadi perdebatan dalam banyak studi pustaka. Bagaimanapun, tidak ada satu pun teori yang dapat menjelaskan struktur modal yang optimal pada kondisi yang umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2001-2004. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi tipe cross section dan melakukan obsevasi 94 perusahaan. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari empat variabel yang diajukan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan penjualan, profitabilitas, pertumbuhan total aktiva dan kepemilikan saham manajerial hanya variabel profitabilitas, pertumbuhan total aktiva dan kepemilikan saham manajerial saja yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal atau leverage dimana profitabilitas berpengaruh negatif sedangkan pertumbuhan total aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal atau debt ratio.
Hasil ini mencerminkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen mungkin dapat digunakan untuk memperkecil konflik keagenan. Adanya interaksi antara variabel dummy (kepemilikan saham manajerial) dengan variabel babas lainnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sehingga dapat diartikan adanya derajat kepemilikan saham manajerial tidak memberikan pengaruh terhadap hubungan antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan pertumbuhan total aktiva dengan struktur modal.

Optimal capital structure or leverage has been extensively debated in the literatures. However, there is no theory which can explain optimal leverage satisfactorily in general condition. This research attempt to investigate factor-factor that influenced leverage on companies listed in Bursa Efek Jakarta.
The research is focused on companies listed in Bursa Efek Jakarta for period 2001-2004. The method of data collection is done by using cross section documented technique and giving 94 firm observation. The statical method is used in this research is the multiple regression. The result of this research shows that from four variable that are sales growth, profitability, total assets growths and managerial ownership only profitability, total assets growths and managerial ownership that have significant effect to capital structure or leverage which profitability has negative effect and total assets growth has positive effect to capital structure.
This result shows that managerial ownership has negative and significant effect to the debt ratio or capital structure. It means that managerial ownership may replace in order to minimize the agency conflict. Interaction between managerial ownership and other independent variable don't have significant effect to capital structure. So it means that degree of managerial ownership don't have effect to relationship between sales growth, profitability and total assets growth with capital structure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachruddin
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk menguji efisiensi pasar modal di Indonesia dalam hal ini adalah pasar saham-saham syariah. Pengujian efisiensi pasar dilakukan melalui pengamatan reaksi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh emiten. Jadi akan dilihat apakah pengumuman laporan keuangan tahunan mengandung informasi yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar syariah, kemudian dilanjutkan dengan melihat bagaimana reaksi pasar terhadap pengumuman tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan metode event study dan market model untuk melihat hasil abnormal return.Berdasarkan data-data yang sudah diolah, didapatkan hasil sebagai berikut, reaksi terhadap pengumuman laba naik tampak nilai AAR beraksi negatif sejak t -7. Pada t 0 (-0.00813) reaksi tetap negatif walaupun informasi yang dikeluarkan merupakan berita baik. Pada t 2 (0.00384) pasar bereaksi positif tapi tidak signifikan dan kembali negatif pada t 3 (-0.00899), t 4 (-0.00447) dan t 7. Reaksi terhadap pengumuman laba menurun tampak nilai AAR menunjukkan nilai neatif dari t -7 (-0.00095), t -6 (-0.01678), t -3 (-0.00142), t -2 (-0.01232), t 0 (-0.01470), t 1 (-0.01368), t 4 (-0.01597), t 5 (-0.0006) dan t 7 (-0.00160). Nilai positif terjadi pada t -5, t -4, t -1 (0.00631), t 2 (0.00154), t 3 (0.00422), t 6 (0.00193)
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah laporan keuangan kurang berhubungan dengan perkembangan harga saham, reaksi pasar terhadap informasi kenaikan laba ternyata bersifat negatif, sedangkan reaksi pasar terhadap informasi penurunan laba bersifat negatif.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Iqbal
"Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji karakteristik pasar BEJ. Utama (1992), meneliti efisiensi pasar dalam bentuk lemah di BEJ dengan menggunakan data harian dari Indeks Harga Saham Gabungan selama dua tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Bursa Efek Jakarta tidak efisien dalam bentuk lemah karena temyata perubahan indeks harga saham tidak independen. Artinya, indeks harga saham masa lalu dapat digunakan untuk memprediksikan indeks harga masa depan.
Husnan (1993), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman emisi saham baru oleh perusahaan terhadap perubahan harga sekuritas. Hasilnya menunjukkan bahwa harga sekuritas di BEJ belum bisa mencerminkan informasi tersebut. Husnan, Hanafi dan Wibowo (1996), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat return. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laporan keuangan memberikan sedikit dampak terhadap kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan di BEJ sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.
Suatu pasar didefinisikan tidak efisien karena asumsi-asumsi yang mendukung efisiensi pasar tidak terpenuhi. Reilly (1989), asumsi yang memungkinkan terj adinya pasar modal yang efisien adalah (1) terdapat banyak peserta dengan tujuan memaksimumkan laba dan (2) informasi baru diterima pasar secara random dan timbulnya informasi tersebut secara umum independen satu sama lain. Dari asumsi - asumsi tersebut dapat diimplikasikan bahwa pasar yang efisien memerlukan tingkat likuiditas yang dinyatakan dengan jumlah transaksi perdagangan yang cukup tinggi.
Semakin banyak transaksi perdagangan oleh banyak investor akan menyebabkan penyesuaian harga yang lebih cepat. Hal ini didukung oleh penelitian Lawrence Fisher yaitu terdapat korelasi positif antara perubahan harga saham dengan volume transaksi, dimana saham dengan volume transaksi rendah rnenyebabkan proses penyesuaian harga tidak berjalan dengan cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara varian return saham dengan tingkat likuiditas perdagangan di Bursa efek Jakarta selama periode Juli 1999- Juli 2002. Penelitian dilakukan pada semua saham yang beredar yang diwakili dengan IHSG (Indeks Harga saham Gabungan) dan berdasarkan sektornya masing-masing antara lain pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, proeprti dan real estate, infrastruktur dan keuangan.
Dengan menggunakan indeks harga saham /portfolio baik gabungan maupun setiap sektor akan ada kekurangan karena tidak semua saham yang beredar itu sering diperdagangkan. Oleh karena itu digunakan indeks LQ 45 sebagai tambahan perhitungan. Indeks LQ 45 ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
Adapun variabel yang digunakan antara lain return harga saham, varian return saham, volume dan frekwensi perdagangan, variabel dummy dan hi-low spread (perbedaan indeks harga tertinggi dan terendah pada suatu saham pada waktu t). Semua variabel menggunakan data harian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varian return saham memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap volume dan frekwensi perdagangan, hanya sektor pertanian dan sektor perdagangan yang tidak signifikan. Akan tetapi, jika volume dan frekwensi perdagangan diregresikan bersamaan estimasi koefisien regresinya tidak konsisten, hanya sektor property yang tetap konsisten. Frekwensi perdagangan memiliki pengaruh lebih besar dari volume perdagangan terhadap varian return saham.
Hasil penelitian ini menyarankan untuk penelitian mendatang antara lain yaitu: (1) volume dan frekwensi perdagangan sebagai variabel endogen, (2) perbedaan kwalitas informasi yang beredar dalam volume perdagangan maupun frekwensi perdagangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>