Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ova Maratus Shafwah
"Proses produksi pada reaktor biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sering menghadapi masalah karena keterbatasan laju hidrolisis. Keterbatasan ini terjadi akibat terbentuknya lumpur dan gumpalan yang mengurangi voulme efektif digester biogas serta mengurangi potensi biogas yang dihasilkan. Lumpur dan gumpalan yang dihasilkan berasal dari tingginya kandungan dan juga serat yang ada pada POME. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pengambilan secara manual maupun pengadukan secara mekanik atau dengan turbulensi melalui pemompaan cairan dengan kuat. Namun, upaya tersebut memerlukan tambahan alat, SDM dan energi sehingga biaya proses produksi terus meningkat. Sebagai alternatif lain, maka pemanfaatan lipase dan xilanase menjadi alternatif yang menjanjikan untuk pretreatment yang dapat meminimalisir kandungan padatan hemiselulosa dan minyak atau lemak di dalam POME. Lipase dapat menghidrolisa lemak dan minyak menjadi asam lemak rantai pendek dan xilanase dapat menghidrolisa hemiselulosa menjadi monomernya, sehingga memudahkan produksi biogas. Pada penelitian ini telah terbukti bahwa pretreatment dengan xilanase dan lipase mampu menurunkan total suspended solid (TSS) sebesar 49,21 %; total solid (TS) sebesar 34, 52 % dan meningkatkan gula pereduksi sebesar 44,37 %, selain itu mampu menurunkan minyak dan lemak sebesar 88,82 pada konsentrasi 4 %. Serta menignkatkan produksi biogas sebanyak 52,17 % dan penghilangan chemical oxygen demand (COD) sebesar 49,7 %.

The production process at biogas reactors from Palm Oil Mill Effluent (POME) often faces problems due to limited hydrolysis rates. This limitation occurs due to the formation of mud and lumps which reduce the effective volume of the biogas digester and reduce the potential for biogas produced. The sludge and lumps produced come from the high content and fiber present in the POME. Various treatments have been made such as manual extraction or mechanical stirring or by turbulence through strong fluid pumping. However, these treatments require additional tools, human resources and energy so the production process costs continue to increase. As an alternative, the use of lipase and xylanase is a promising alternative for pretreatment that can minimize the content of hemicellulose and oil or fat in POME. Lipase can hydrolyze fat and oil into short-chain fatty acids and xylanase can hydrolyze hemicellulose into its monomer, thus facilitating biogas production. In this study it was proven that pretreatment with xylanase and lipase was able to reduce total suspended solid (TSS) by 49.21%; total solid (TS) of 34, 52% and increasing reducing sugar by 44.37%, besides that it can reduce oil and fat by 88.82 % at a concentration of 4%. As well as increasing biogas production by 52.17% and removal chemical oxygen demand (COD) by 49.7%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasson, Albert
Paris: UNESCO, 1993
338.4 SAS b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Michigan: Ann Arbor Science , 1974
620.8 DES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Glynn, Henry J.
New Jersey: Prentice-Hall, 1996
620.8 Hen e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jusni Djatin
Jakarta: PDII-LIPI, 1993
620.82 JUS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Valenshya Alfa Susanto
"Permintaan pasar terhadap vanilin alami sebagai senyawa perisa dan pengaroma sangat tinggi padahal produksi vanilin alami sangatlah rendah sehingga dibutuhkan metode alternatif produksi vanilin secara alami. Salah satunya adalah dengan metode biokonversi dengan bantuan mikroorganisme. Pseudomonas merupakan salah satu bakteri yang dapat melakukan biokonversi vanilin dari bahan dasar eugenol. Untuk mendeteksi jenis bakteri Pseudomonas yang dapat melakukan biokonversi vanilin, diperlukan sebuah metode skrining. Metode PCR memadai untuk digunakan sebagai metode pendeteksi secara molekuler bakteri Pseudomonas yang memiliki gen-gen yang berperan dalam biokonversi vanilin dari eugenol, yaitu gen ech (enoyl coA-hydratase) dan fcs (feruloyl coA-synthetase). Gen-gen tersebut mengkode enzim yang berperan dalam tahap terminal biokonversi vanilin dari eugenol pada Pseudomonas. Gen tersebut dikembangkan untuk menjadi penanda molekuler potensi suatu bakteri Pseudomonas yang dapat melakukan biokonversi vanilin dari eugenol. Namun, proses skrining dengan PCR membutuhkan kondisi yang optimum untuk mendapatkan hasil PCR yang spesifik. Ulasan artikel ini membahas mengenai skrining molekuler bakteri tanah Pseudomonas dengan penanda gen ech dan fcs dengan metode PCR konvensional.

The market demand for natural vanilin, as flavour and fragrance compound, is very high even though the production of natural vanilin is very low so that alternative methods of natural vanilin production are needed, one of which is the bioconversion method with the help of microorganisms. Pseudomonas is one of the bacteria that can perform bioconversion of vanilin from the basic ingredient of eugenol. A screening method to detect Pseudomonas bacteria that is able to carry out vanilin bioconversion is needed. The PCR method is adequate to be used as a molecular detection method for Pseudomonas bacteria which carries genes that play a role in the bioconversion of vanilin from eugenol, namely the ech (enoyl coA-hydratase) and fcs (feruloyl coA-synthetase) genes, genes that encode enzymes in the terminal stage of vanilin bioconversion of eugenol in Pseudomonas. These genes were developed to be a potential molecular marker of a Pseudomonas bacteria which can perform bioconversion of vanilin from eugenol. However, the screening process with PCR requires optimum conditions to get specific PCR results. This article review discusses the molecular screening of Pseudomonas soil bacteria using the ech and fcs gene as screening parameter by conventional PCR methods.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarila Malik
Depok: UI-Press, 2014
PGB 0086
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor : Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, {s.a.}
JBIOTEKTA 2:1 (1997)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggalawe Suryasaladin
"Perkembangan Bioteknologi, khususnya teknologi rekayasa genetika menyumbangkan berbagai manfaat bagi sektor pertanian dari pangan di dunia dalam dua dasawarsa terakhir ini. Rekayasa genetika dimanfaatkan untuk menciptakan keungugulan-keunggulan tertentu dari tanaman, maupun produk pangan, yang dinamakan Geneticaly Modified Organism (GMO) maupun produk-produk derivat dari GMO.
Salah satu komoditas hasil rekayasa genetik yang sering diperbincangkan adalah tanaman transgenik. Tanaman transgenik memilki berbagai keunggulan dari tanaman-tanaman konvensional karena kemampuan menghasilkan pertahanan terhadap hama dan tanaman secara mandiri, maupun keunggulan-kunggulan lain seperti kandungan nutrisi yang lebib banyak, mudah beradaptasi terhadap Iingkungan,dsb. Namun demikian kemanfaatan bioteknologi maupun GMO juga mendapatkan kritik dari berbagai pengamat lingkungan hidup, maupun pemrhati pembangunan ditingkat internasional. Hal ini dikarenakan terdapat kekhawatiran bahwa dibalik keuntungan GMO juga terkaandung resiko maupun dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, serta dampak ekonomi bagi negara berkembang.
Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang disepakati di Rio de Janeiro tahun 1992, para peserta Konferensi Bumi menyepakati perlunya negara membuat aturan-aturan mengenai penanganan bioteknologi. Khusus mengenai masalah prasedur keamanan hayati dari pergerakan lintas batas dari GMO diatur secara khusus dalam sebuah kesepakatan bernama: Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity pada tahun 2000.
Indonesia merupakan negara penandatangan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang juga telah memiliki peraturan mengenai keamanan hayati dan keamanan pangan produk rekayasa genetik di tingkat kementrian (peraturan menteri). Namun demikian ketika masyarakat menggugat keputusan dari Menteri Pertanian untuk melepas varietas kapas transgenik, ditemukan berbagai permasalahan hukum yang membuat permasalahan bioteknologi semakin meruncing. Peraturan tersebut tidak memadai untuk memberikan ruang bagi pembuat kebijakan maupun masyarakat dalam menilai kemanan hayati produk transgenik dan bioteknologi, maupun dampak bagi lingkungan hidup dan pembangunan di Indonesia. Kepentingan tersebut perlu dijembatnidengan peratifikasian Cartagena Protokol, dan adanya Undang-Undang Kemanan Hayati Bagi Produk Bioteknologi/Rekayasa Genetik.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
T18223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarila Malik
Universitas Indonesia, 2014
PGB 0086
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library