Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesti Ariswati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi dividen dengan biaya agensi. Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu cara mengurangi biaya agensi yang timbuI akibat konflik antar agen di dalam perusahaan (Jensen&Meckling, 1976). Karenanya guna memberikan tarnbahan bukti empiric terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya (seperti : Rozeff, I982; Cruthley dan Hansen, 1989; Mollah, Keasey, Short, 2000), penelitian pengaruh biaya agensi terhadap dividen dilakukan mengambiI kasus pada perusahaan-perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada periode 1993 - 2000 dengan sampel sebanyak delapan puluh sembilan perusahaan.
.Biaya agensi yang diproksi dengan sejumlah karakteristik perusahaan (growth opportunity, hutang, floatation cost, size, kepemilikan saham pubik, dan kepemilikan mayoritas) dianalisa dengan menggunakan model estimasi pooled Generalized Least Square (GLS) untuk rnenjelaskan pengaruhnya terhadap dividen di Indonesia. Juga diteliti apakah dampak periode krisis ekoromi yang terjadi (1997-2000) dapat mempengaruhi karakteristik perusahaan tersebut sehingga memberikan pengaruhnya terhadap dividen.
Hasil penelitian mengindikasikasikan bahwa hanya hutang dan floatation cost yang berhubungan negatif secara konsisten dan signifikan terhadap dividen. Hal ini konsisten dengan penelitian Crutchley dan Hansen (1989) dan Rozeff (1982). Karakteristik perusahaan lainnya yaitu : growth opportunity dan kepemilikan saham mayoritas memberikan arah hubungan positif dan signifikan terhadap dividen, sedangkan size dan kepemilikan publik memberikan arah hubungan negatif dan signifikan terhadap dividen. Dan dummy waktu yang dipakai untuk memperlihatkan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen pada periode sebelum dan krisis memberikan pengaruh negatif yang signifikan.
Dampak krisis temyata memberi pengaruh terhadap karakteristik perusahaan sebagai proksi biaya agensi yaitu growth opportunity, floatation cost dan kepemilikan saham publik. Sedangkan proksi biaya agensi lainnya yaitu hutang, size dan kepemilikan saham mayorilas tidak rentan terhadap pengaruh krisis.

This research purpose to analyze relevancy of dividend policy and agency costs. Dividend policy is an alternative solution to reduce agency costs that arise from conflict between agents in a company (Jensen & Meckling, 1976). Thus in order to give empiric evidence support previous result (e.g : Rozeff, 1982; Cruthlcy dan Hansen, 1989; Mullah, Keasey, Short, 2000), research was done to examine the influence of the agency costs on dividend policy in Jakarta Stock Exchange for period 1993 - 2000 with eighty nine public firms.
Agency costs that proxy with several firm characteristics (growth opportunity, debt, floatation cost, size, public shareholder, and majority shareholder) was analyzed by pooled estimation model Generalized Least Square (GLS) to explain its influence to dividend in Indonesia. And also we analyze during the crisis period (1997-2000) to detect its influence to the firm characteristics that affected dividend policy.
The results indicate that only debt and floatation costs which have negatively related and significant to dividend. These results are consistent with Crutchley and Hansen (1989) and Rozeff (1982). Other firm characteristics like: growth opportunity and majority shareholders have positively and significant to dividend, size and public shareholders have negatively related and significant to dividend. And time dummy was used to perform its influence to dividend in prior crisis period and crisis period, have negatively related and significant. In fact, crisis effect has influence to firm characteristics that was being as proxy agency costs: growth opportunity, floatation cost, and public shareholders. Others proxies like: debt, size, and majority shareholders are not influenced by crisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Sayekti
"Dewasa ini sistem pengukuran kinerja yang paling banyak digunakan dan diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan di dunia adalah konsep Balanced Scorecard yang dipublikasikan pertama kali oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992. Konsep Balanced Scorecard memberikan kemudahan bagi manajer untuk mengetahui perusahaan secara cepat dan komprehensif termasuk didalamnya ukuran kinerja keuangan yang memberikan informasi atas langkah yang diambil dilengkapi dengan ukuran kinerja operasional berdasarkan kepuasaan pelanggan, proses internal dan inovasi yang telah dilakukan perusahaan serta kemajuan aktifitas perusahaan yang akan menjadi pemicu kinerja keuangan di masa yang akan datang.
Dalam karya akhir ini Balanced Scorecard digunakan sebagai kerangka pemikiran untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap penerapan Balanced Scorecard pada NK Indonesia, salah satu perusahaan pcnyedia infrastruktur jaringan te]ekomunikasi yang menguasai pasar terbesar dalam industri telekomunikasi Indonesia.
Balanced Scorecard diadaptasi oleh NK Indonesia scjak tahun 2004. Sejalan dengan konsep Balanced Scorecard, NK Indonesia tclah menetapkan visi, misi, nilai dan strategi perusahaan. Narnun berbeda dengan konsep aslinya yang hanya terdiri dari empat perspektif, NIC menfonnulasikan ke dalam tujuh perspektif.
Hasil evaluasi dan analisis dalam karya akhir ini menunjukkan belum adanya keterkaitan antara visi, misi dan strategi. Selain itu pernyataan visi NK Indonesia belum memenuhi kriteria visi yang baik, yaitu belum menggambarkan kondisi organisasi yang akan dicapai di masa yang akan datang.
Dalam konsep Balanced Scorecard setelah penetapan visa, misi dan strategi langkah sclanjutnya adalah membuat strategy mrraps, yaitu dengan mcnghubungkan strategic objective perusahaan dengan masing-masing Key Performance Indicator yang dikelompokkan ke dalam masing-masing perspektif. Hal ini akan membantu akan membanlu perusahaan dalam melaksanakan implementasi strateginya. Namun sayangnya NK Indonesia belum menerjemahkan strateginya ke dalam strategy maps.
Selain itu NK Indonesia menetapkan bahwa kepuasan pelanggan menjadi salah satu strategy utamanya, namun basil evaluasi dan analisis penerapan Balanced Scorecard menunjukkan bahwa manajemen NK Indonesia hanya fokus pads perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan saja dan cenderung mengabaikan sasaran dalam perspektif pelanggan.

Currently, the most usable and adopted performance measurement system by the companies in the world is Balanced Scorecard system which first published by Robert S. Kaplan and David P. Norton in 1992. Balanced scorecard concept gives easy way to the manager in order to understand the company performance in fast and comprehensive manner. including financial performance measurement which giving comprehensive information about undertaken action. supplemented with operational performance measurement base on customer satisfactions, internal processes and innovation had been done by the company with activity improvement which will be a trigger for the next financial performance.
In this thesis. Balanced Scorecard used as consideration framework to do evaluation and analysis toward Balanced Scorecard application at NK Indonesia, the prominent telecommunication vendor in Indonesia.
Balanced Scorecard adopted by NK Indonesia since 2004. In line with Balanced Scorecard concept. NK Indonesia was determining vision, mission, value and company strategy. However. disparate with the original concept which only consisting of four perspectives. NK makes the formulation into seven perspectives.
The result of evaluation and analysis in this thesis are showing no interconnection between vision, mission and strategy. Moreover, the statement of NK Indonesia vision is fulfilling the proper criteria yet, it is not representing organization condition which will be achieved in the future.
In the Balanced Scorecard concept, after quotion of vision, mission and strategy, further step is to make strategy maps, by connecting company strategic objective with respective Key Performance Indicator grouped into respective perspective. This will help the company to do the implementation of their strategy. Nevertheless, NK Indonesia translate their strategy into strategy maps yet.
Moreover NK Indonesia determines that customer satisfaction will be the main strategy, however the evaluation result and Balanced Scorecard application is showing the NK Indonesia management only focusing on the internal business perspective and market growth, and tends to neglect the objective in the customer perspective."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T 19725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruddin
"Sejak diberlakukannya Undang-Undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999 yang merubah sistem pcnyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi nasional dari monopoli ke sistem kompetisi pcnuh, make industn telekomunikasi nasional berkembang sangat pesat. Perkembangan ini seizing dengan persaingan pasar yang semakin terbuka, kemajuan teknologi telematika (telekomunikasi dan informatika) yang semakin tinggi dan pilihan jasa telekomunikasi yang semakin beragam bagi pelanggan.
Dari sisi invcstasi, UU Telekomunikasi baru tersebut membuka kesempatan berinvestasi yang lebih luas bagi sektor swasta. Kondisi ini memicu pars investor balk domestik maupun asing untuk menanamkan dananya di industri ini. Akibatnya persaingan di industri telekomunikasi nasional menjadi Iebih terbuka, dinamis dan semakin ketat. Ini semua mendorong pars operator telekomunikasi di Indonesia untuk meningkatkan baik pelayanan maupun mutu jasa telekomunikasi.
Kondisi di industri telekomunikasi nasional di alas menuntut PT Indosat, Tbk untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalisasi sumber daya yang dimilikinya. Langkah pertama yang dilakukan oleh Indosat adaiah menentukan visi dan misi yang sesuai dengan perubahan dan tuntutan pasar di industri telekomunikasi nasional. Langkah berikutnya adalah meninjau ulang kebijakan pengelolaan perusahaan termasuk anak perusahaannya seperti PT Satelindo, PT IM3 (PT Indosat Multi Media Mobile) dan PT Bimagraha Telekomindo.
Melalui penggabungan usaha Satelindo, IM3 dan Bimagraha ke Indosat pada tanggal 20 November 2003 lalu, di harapkan Indosat mampu meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki sehingga keunggulan kompetitifnya pun meningkat.
Setelah hampir tiga tahun indosat Pasca Merger menjalankan operasinya dapat dilihat bahwa apakah kebijakan merger yang diambil merupakan langkah strategis yang tepat untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Lingkungan eksternal sepcrti faktor ekonomi, politik dan tcknologi sangat mcmpengaruhi industri telekomunikasi nasional. Perekonomian Indonesia yang semakin membaik, situasi politik yang semakin stabil dan kemajuan teknologi telematika (telekomunikasi dan informatika) yang semakin tinggi, serta kebijakan baru pemerintah di bidang telekomunikasi yang memungkinkan munculnya operator telekomunikasi baru, mengundang para investor untuk menanamkan dananya di industri telekomunikasi nasional khususnya bisnis seluler.
Berdasarkan analisis industri yang menggunakan "Five Force Model" dari Michael Porter, ancaman pelaku baru sangat kuat, kekuatan tawar menawar pemasok sangat kuat, kekuatan posisi pembeli sangat kuat. ancaman produk pengganti juga sangat kuat, dan persaingan antar operator telekomunikasi nasional sangat kompetitif.
Dalam analisis SWOT, kekuatan Indosat Pasca Merger antara lain memiliki "corporate image" yang sangat baik, jasa seluler yang mampu menjangkau hampir ke seluruh pelosok Nusantara, berpengalaman dalam menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi terpadu di Indonesia, dan mempunyai sistem perencanaan yang baik serta pengawasan intern dengan standard internasional. Kelemahannya antara lain hanya terfokus pada bisnis selular saja sedang bisnis yang lain kurang mendapat perhatian serius, jasa selular yang menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia tidak diimbangi dengan pembangunan BTS yang merata, kompetensi SDM yang tidak memadai dalam mengelola bisnis selular, banyaknya SDM yang beralih ke kompetitor dan berkurangnya kemampuan finansial pcrusahaan karma adanya merger. Kesempatan yang dimiliki antara lain masih terbukanya pasar yang luas di wilayah timur Indonesia, masih rendahnya angka penetrasi sambungan tclcpon di Indonesia, usia rata-rata SDM Indosat Pasca Merger yang mcmungkinkan adanya peningkatan baik " skill-set " maupun " mind-set " para karyawan, serta semakin membaiknya perekonornian Indonesia. Ancaman yang timbul antara lain semakin inovatif dan kreatifnya kompetitor serta munculnya banyak operator telekomunikasi baru, ketidak-seimbangan antara jumlah SDM dengan kompetensi yang dibutuhkan dengan jumlah bisnis baru yang harus dikcmbangkan, dan adanya perubahan kebijakan Pemerintah sewaktu-waktu yang mungkin akan mcnghambat laju pertumbuhan Indosat Pasca Merger.
Tujuan utama penggabungan usaha Satelindo, IM3 dan Bimagraha ke Indosat antara lain untuk menyatukan strategi dan mengkonsilidasikan sumber daya yang dimiliki Indosat dengan fokus pada perkembangan usaha seluler yang pesat dengan melakukan reposisi Satelindo, 1M3 dan Bimagraha, sera menyatukan strategi penggabungan dalam Sambungan Langsung Intemasional (SLI) dan VoIP (" Voice Over Internet Protocol ) yang berasal dart Indosat dan Satelindo, dengan memperhatikan perkembangan pasar dan kemajuan teknologi.
Melalui tujuan utama penggabungan usaha di atas diharapkan terdapat penghematan belanja modal dan biaya serta peningkatan efisiensi jaringan melalui perencanaan terpadu dan penggunaan modal, terdapat penghematan biaya operasional dalam pemeliharaan, pemasaran. pembelian dan administrasi, terdapat peningkatan fleksibilitas dalam struktur keuangan dan kemampuan untuk mendapatkan pembiayaan baru, terdapat peningkatan performa anus kas Indosat guna mendapatkan pembiayaan dengan syarat yang lebih menarik. Serta terdapat kombinasi yang optimal antara pengembangan organisasi yang kuat dan sumber daya manusia yang handal dart seluruh jajaran Indosat.
Permasalahan-permasalahan yang perlu mendapat perhatian agar tujuan merger dapat tercapai antara lain meliputi budaya perusahaan, struktur organisasi, restrukturisasi hutang, kepemilikan asing, sumber daya manusia dan aspek teknis.

Since going into effect telecommunications regulation No. 36 year 1999 which changing management system of telecommunications service and network from monopolies to full competition system, hence national telecommunications industry expand very fast. This growth along with market emulation which is open progressively, technological progress of telematika (telecommunications and informatics) which excelsior and telecommunications service choice which immeasurable progressively for customer.
From invesment side, the new regulation of telecommunications open opportunity to invest to private sector_ This condition rece both foreign and domestic investor to inculcate their fund in this industry. As a result emulation in national telecommunications industry become barely, dynamics and progressively tighten. All of these make telecommunications operator in Indonesia tend to increase both service and telecommunications quality.
Condition in national telecommunications industry above claiming PT. Indosat. Tbk to increase performance and optimize owned resource. First step which conducted by Indosat is to determine mission and vision matching with market demand and change in national telecommunications industry. Next step is to avaluate to revising policy of company management including its subsidiary company like PT. Satelindo. PT. IM3 (PT. Indosat Multi Media Mobile) and PT. Bimagraha Telekornindo.
Through business combination Satelindo, IM3 and Bimagraha to Indosat on November 20. 2003 then expecting that Indosat can improve performance and maximize owned resource so that its competitive advantage increased.
After almost three year Indosat Pasca merger run its operation can be seen that do merger policy which taken represent correct strategic step to increase its competitive advantage.
External environment like economic, technology and politic's ['actors is very influencing to national telecommunications industry. Economics of Indonesia which progressively goodness. polical situation which progressively stavilize and technological progress of telecommunications and Informatics which is excelsior, and also new policy of government in conducive telecommunications area of new telecommunications operator appearance, inviting all investors to inculcate is fund in national telecommunications industry specially cellular business.
According to industrial analysis which used "Five Force Model" from Michael Porter, new threat very strong, strength of supplier drive a bargain very strong, strength of buyer position very strong, substitution product threat also very strong. and emulation between national telecommunications operator very competitive.
In SWOT Analysis. strength of Indosat Pasca merger for example owning "Image Corporate" which very good, Cellular service capable to reach almost to entire J all Nusantara. experienced in carrying out inwrought telecommunications service and network in Indonesia, and have good planning system and also internal control with international standard. Its weakness for example only focused at just cellular business and other less getting serious attention. cellular service which reaching almost entire Indonesia region that is not balance with l3TS development which platten, human resource interest which is not adequate in managing cellular business, the number of human resource changing over to competitior and decreasing company financial ability caused by merger.
Opportunity owned for example leaving open wide of market in Indonesia east region, still lower penetrating number of phone extension in Indonesia, mean age of human resource of Indonesia Pasca merger conclusive existence of good improvement both cmployess "skill-set" and also "mind-set", and also the recovery of Indonesia economic progressively. Threat arising out for example progressively inovatif and creativity of competitor and also appearance many new telecommunications operator, inbaiance between the number of human resource with required interest with amount of new business which must be developed, and existence of change governmental policy at any times which possibly will pursue Indosat Pasca merger growth rate.
Main purpose of business combination of Satelindo, IM3 and l3imagraha to Indosat for example to unite strategy and consolidate resource owned Indosat with focus at growth of cellular business by conducting reposition of Satelindo, IM3 and I3imagraha, and also unite SLI and Volt' (Voice and Internet Protocol) coming from Indosat and Satelindo, by paying attention market growth.
Through main purpose of business combination above expected there are thrift of capital expense and also the make-up of network efficiency through inwrought planning and usage of capital, there are operational cost-saving in conservancy, marketing, administration and purchasing. there are make-up of flexibility in monetary structure and ability to get new defrayal on condition that more interesting, and also there arc optimal combination between strong development and reliable human resource from entire overall Indosat.
Problems which need to get attention so that target of merger can be reached for example covering company culture, organization chart, debt restructuring, foreign ownership. human resource and technical aspect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hafika Prafiani
"Keputusan mengenai seberapa besar andil perusahaan dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dipengaruhi oleh karakteristik Presiden Direktur dan struktur kepemilikan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kesibukan dan masa jabatan Presiden Direktur, serta struktur kepemilikan perusahaan keluarga terhadap nilai ESG perusahaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 221 pengamatan dari 50 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan ESG Scores Refinitiv database pada periode 2016 – 2020 dan dianalisis menggunakan metode regresi. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa perusahaan yang memiliki presiden direktur yang sibuk dan struktur kepemilikan keluarga memberikan pengaruh buruk pada nilai ESG, sementara penulis tidak menemukan bukti memadai yang mendukung Presiden Direktur yang menjabat lebih dari lima tahun memberikan pengaruh baik pada nilai ESG. Hal ini karena perusahaan keluarga cenderung fokus untuk memperkaya keluarga mereka. Perusahaan dapat membatasi rangkap jabatan dan merekrut Presiden Direktur yang memiliki pengalaman tinggi. Penelitian ini berkontribusi dalam menginvestigasi hubungan nilai ESG dengan rangkap jabatan Presiden Direktur serta struktur kepemilikan perusahaan.

The decision on how much the company contributes to environmental, social, and governance (ESG) related activities is influenced by President's characteristics and the company ownership structure. Present study was undertaken to investigate the effects of the President's busyness and tenure, as well as the ownership structure of family companies, on the ESG scores of companies in Indonesia. The present study used 221 observations from 50 companies listed in the Indonesia Stock Exchange and Refinitiv ESG Scores database from 2016 – 2020 and analyzed them by the Regression method. The findings suggested that companies that have busy presidents or CEOs and family ownership structures give low ESG scores. While the authors do not find sufficient evidence to support the President Director serving more than five years has a good influence on ESG scores. It is because family companies tend to focus on enriching their families. Companies can limit the number of concurrent positions held by the President and recruit a President who has extensive experience. This study contributes to investigating the correlation between ESG scores with the President's concurrent positions and the company ownership structure."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Andrew Ailliam
"Pembagian deviden merupakan salah satu event spesifik perusahaan yang menarik minat peneliti untuk dijadikan obyek penelitian. Hal ini dikarenakan adanya mixed result antara paperpaper teoritis dengan riset-riset empiris di pasar modal. Pengumuman deviden itu sendiri merupakan sinyal yang dipercayai investor sebagai sinyal untuk nilai perusahaan. Basil studi yang ada selama ini menunjukan adanya abnormal return disekitar pengumuman deviden. Abnormal return terbukti ada pada sekitar pengumuman keputusan pembagian dividen, tidak seperti yang dibuktikan secara teoritis dimana dividend policy sama sekali tak beq)engamh terhadap harga saham. Berapa laimsiabnonnal return tersebut muncul, temyata juga beibeda-beda antar hasil penelitian. Penelitian ini mengambil obyek emiten saham perbankan yang masih terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang aktif diperdagangkan yang melakukan paigumuman pembagian dividend di tahum 2007.
Berdasarkan hasil sampling ini terdapat 11 emiten perbankan yang melakukan pengumuman pembagian dividen tersebut. Penelitian ini menggunakan metode event study serta applikasi statistic E Views. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respons pasar teihadap corporate action pengumuman pembagian dividen.dan mengetahui apakah ada Cummulatif Abnormal Return (CAR) pada periode event terhadap emiten saham perbankan yang melakukan pengumuman dividen di tahun 2007. Periode studi dibagi menjadi dua periode, yaitu periode estimasi {estimation window) dan penode event {event window). Periode estimasi digunakan sebagai dasar penyusunan model
Dividend distribution is one of the company-specific events that attracts researchers to be the object of research. This is due to the mixed results between theoretical papers and empirical research in the capital market. The dividend announcement itself is a signal that investors believe is a signal for the value of the company. The results of existing studies have shown abnormal returns around dividend announcements. Abnormal returns are proven to exist around the announcement of dividend distribution decisions, unlike theoretically proven where dividend policy has absolutely no effect on stock prices. How much the abnormal return appears, it turns out that it also varies between research results. This study takes the object of issuers of banking stocks that are still listed on the Jakarta Stock Exchange, which are actively traded, which made dividend distribution announcements in 2007.
Based on the results of this sampling, there were 11 banking issuers who announced the dividend distribution. This research uses event study method and statistical application of E Views. The purpose of this research is to find out how the market responds to the corporate action of dividend distribution announcements. estimation period (estimation window) and event penode (event window). The estimation period is used as the basis for modeling.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Setyo Cahyo G.
"Penarikan sumber dana melalui emisi saham tentunya
telah dipertimbangkan secara matang oleh manajemen perusahaan dengan memperhatikan berbagai faktor, sehingga akan memberikan dampak yang akan memperkuat struktur keuangan dalam rangka mendukung perkembangan usahanya, mengamati hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti sejauhmana perubahan struktur keuangan sebagai hasil dari emisi saham melalui pasar modal akan memperkuat posisi keuangan di masa mendatang. Dalam hal penelitian terhadap satu perusahaan dipandang kurang representatif, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap satu industri. Metode penelitian yang digunakan adalah membandingkan prestasi perusahaan sebelum dan sesudah go Public dan membandingkan prestasi perusahaan yang go public dengan yang tidak go public.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi perusahaan yang meliputi CAR, ROA, rasio BO/PO dan LDR untuk kelompok perusahaan yang go public relatif lebih bagus dan cenderung menunjukkan peningkatan, kecuali untuk rasio KL/AL yang menunjukkan pola yang tidak teratur dan menurut penulis, hal ini lebih disebabkan oleh manajemen likuiditas jangka pendek dari masing- masing perusahaan.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian bahwa pada umumnya setelah go public, perusahaan memiliki struktur permodalan yang kuat sebagai akibat dari peningkatan modal disetor dan agio saham. Dengan struktur permodalan yang kuat akan memungkinkan perusahaan untuk berekspansi lebih jauh dan akan memudahkan bagi perusahaan tersebut untuk mendapat tambahan hutang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledya Marleyn
"Pada saat dikeluarkannya Paket Deregulasi di bidang Perbankan tahun 1988 atau lebih dikenal dengan PAKTO 1988, maka jumlah bank yang ada di Indonesia makin bertambah. Dari sekian banyak bank yang beroperasi di Indonesia, ada satu bank yang melakukan operasinya tidak berdasarkan tingkat bunga yang selama ini dilakukan oleh bank-bank konvensional, melainkan melakukan operasionalnya sesuai dengan hukum Islam yaitu Bank "M", dimana bank ini selanjutnya disebut Bank Syariah.
Adanya sederetan deregulasi dibidang moneter dan keuangan menyebabkan bank-bank harus lebih mementingkan pengelolaan dana yang efektif dan efisien. Oleh karena itu bank harus merencanakan aliran dananya untuk dapat memprediksi ada tidaknya tekanan likuiditas, sehingga penanggulangannya akan mudah dilakukan. Untuk ini bank harus melakukan manajemen portfolio dana yaitu yang menyangkut portfolio aktiva maupun pasiva. Portfolio tersebut meliputi portfolio yang sesuai dengan jangka waktu, tingkat likuiditas, jenis instrumen dan jenis valutanya. Hal ini harus dilakukan karena pada tahun-tahun terakhir ini sumber dana yang didapat oleh bank menjadi relatif mahal terutama disebabkan karena adanya gejolak tingkat bunga. Manajemen aktiva dan pasiva ini kemudian disebut dengan Asset-Liabi1 ities Management (ALM). Pentingnya pengelolaan ALM bagi setiap bank merupakan alasan dari penelitian ini. Sedang kan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui performance bank dalam hal manajemen dana dan performance secara keseluruhan untuk dapat mencapai tujuan bank tersebut. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode riset perpustakaan dan penelitian langsung dilapangan.
Dalam pengelolaan manajemen dana, pihak bank masih melu-pakan resiko yang timbul dari pengelolaan dana dalam arti luas. Resiko tersebut dapat berupa tingkat Maturity, fluktuasi tingkat bunga, dan sebagainya. Untuk menghindari pengelolaan ALM yang tidak efektif dan efisien diperlukan suatu pendekatan sederhana yang nantinya akan memperlihatkan apakah pengelolaan ALM bank sudah baik atau belum. Pendekatan yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan Gap Management. Manajemen Gap ini melihat perbedaan antara Interest Sensitive Assets dengan Interest Sensitive Liabilities. Dengan kata lain, bank, ingin menyelaraskan tingkat maturity antara aktiva dan pasiva nya.
Penggunaan Gap Management ini juga dapat diterapkan pada bank Islam yang dasar operasionalnya tidak menggunakan tingkat bunga melainkan tingkat bagi hasil. Sehingga dengan mengguna-kan cara analisa ALM yang sederhana pun, bank dapat melakukan manajemen dana (ALM) untuk menjaga tingkat likuiditasnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan bank.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia adalah bahwa performance bank selama tahun 1992 adalah baik. Ini dicerminkan dari analisa rasio keuangan bank selama tahun 1992. Dalam hal pengelolaan Asset-Liabilities Management (ALM) dengan menggunakan pendekatan Gap Management juga dinilai baik selama tahun 1992. Ini menandakan bah wa bank selalu menata pengelolaan manajemen dana-nya dari waktu kewaktu. Sehingga pengelolaan ALM lebih baik. Ini dicerminkan dari semakin efisiennya bank dalam hal pengelolaan ALM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Darmawati
"Analisa rasio klasik yang berintikan analisa Dupont merupakan analisa yang banyak digunakan oleh berbagai kalan-gan- dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Analisa Dupont yang menekankan pada pentingnya Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) dapat memberikan analisa kondisi perusahaan yang bertolak belakang dengan kondisi yang sebenarnya. Analisa rasio dengan metoda radar yang dikembangkan oleh Asian Productivity Organization merupakan analisa rasio yang menyempurnakan analisa rasio klasik yang sudah ada. Oleh sebab itu tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memperkenalkan analisa rasio radar sebagai alat penilaian kinerja perusahaan, mengadakan studi perbandingan antara analisa rasio klasik dan analisa radar dan menperlihatkan posisi perusahan-perusahaan yang dianalisa dalam industrinya. Perhitungan skala interval nisbi dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata dua decil. Hasil penelitian dengan analisa Dupont menunjukkan bahwa kinerja PT Ever Shine lebih bagus dibandingkan dengan PT Argo Pantes. Sedangkan hasil Penelitian dengan menggunakan analisa radar menunjukkan bahwa PT Ever Shine lebih stabil dibandingkan PT Argo Pantes dan ROI PT Argo Pantes yang berada dibawah standar industri masih berada dalam tahap yang wajar karena hal ini juga diikuti dengan produktivitas perusahaan yang tinggi. Penulis berkesimpulan bahwa penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan analisa rasio klasik yang menekankan pada nilai ROI dapat memberikan keadaan yang bertolak belakang dengan kondisi_perusahaan yang zelpenarnya,_selain itu, penekanan ROI yang berlebihan dapat mengarahkan manajemen untuk berwawasan jangka pendek dengan melakukan berbagai cara untuk meningkatkan ROI dan akan mengabaikan faktor penting seperti investasi modal dan sumberdaya manusia yang justru akan bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Sebaiknya manajemen perusahaan menggunakan analisa radar dalam menilai kinerja perusahaan sehingga manajemen dapat memperoleh gambaran mengenai posisi perusahaan dalam industri. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maengkom, Sera K.
"Akibat pasaran saham yang sedang lesu, bank-bank yang amat selektif dalam penyaluran kredit, ditambah lagi dengan pembatasan pinjaman ke luar negeri yang diberlakukan pemerintah, perusahaan mengalami kesulitan dalam perolehan dana. Perusahaan didorong untuk mencari sumber dana lain untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Salah satu alternatif yang paling sesuai dengan keadaan tersebut adalah dengan menerbitkan obligasi yang merupakan Instrumen hutang. Penggunaan hutang atau leverage dalam struktur modal bisa berpengaruh positif dan negatif pada nilai perusahaan. Dan implikasi dan penggunaan hutang adalah perusahaan harus dapat menentukan seberapa banyak perusahaan dapat menggunakan hutang dalam struktur modal sehingga berdampak positif, agar biaya modal menurun dan pada gilirannya meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan dari penulisan ini adalah melihat pengaruh penambahan pemakaian hutang akibat emisi obligasi terhadap prestasi keuangan dan nilai perusahaan. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan studi lapangan dan studi literatur. Karena PT. A mengadakan penawaran umum obligasi konversi pada bulan Maret 1991, maka penulis menggunakan laporan keuangan tahun 1990 untuk melihat prestasi keuangan sebelum emisi dan laporan keuangan tahun 1991 dan 1992 untuk melihat prestasi keuangan perusahaan sesudah emisi. Dari penelitlan diperoleh bahwa perusahaan A mengadakan kebijakan penggunaan hutang yang ekstensif dalam struktur modalnya. Pemakalan hutang tersebut membawa pengaruh tidak baik pada prestasi keuangan yang ditunjukkan oleh rasio leverage yang makin meningkat, rasio likuiditas yang semakin menurun dan efisiensi yang juga mengalarni kernunduran. Peningkatan leverage membawa pengaruh pada peningkatan biaya modal perusahaan. Akibat selanjutnya adalah nilai perusahaan A mengalami penurunan. Perusahaan berada dalam keadaan di mana debt equtly ratio sangat besar sehingga penambahan hutang yang seharusnya memberikan dampak positif berupa perlindungan pajak, malah menurunkan nilai perusahaan. Leverage berpengaruh negatif pada nilai perusahaan karena keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada beban bunga yang harus dibayar perusahaan. Tindakan menerbitkan obligasi konversi dipandang sebagai tindakan yang paling sesuai oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, karena obligasi konversi menawarkan investor untuk ikut serta menikmatl pertumbuhan perusahaan dengan memiliki saham perusahaan bila konversi dilakukan. Saran yang dapat diberikan adalah bahwa pihak manajemen hendaknya tidak menambah hutang, karena peningkatan leverage lebih lanjut akan makin meningkatkan biaya modal rata-rata tertimbang dan menurunkan nilai perusahaan. Disamping kreditor akan berpikir dua kali untuk memberikan pinjaman pada PT. A karena kondisi debt ratio yang sangat tinggi. Saran yang kedua adalah bahwa manajemen harus meninjau kembali penggunaan dana untuk investasi. Jangka waktu pemakalan dana harus disesuaikan dengan jangka waktu pinjamannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9   >>