Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reni Harni
"Investasi merupakan pengeluaran untuk pembelian kapital yang digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional. Investasi swasta sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sejak dahulu peranan investasi swasta semakin besar, karenanya faktorfaktor yang mempengaruhi investasi swasta menjadi penting untuk diperhatikan.
Tujuan penelitian dari tesis ini adalah untuk mengestimasi besaran koefisien dari variabel-variabel yang mempengaruhi investasi swasta, menguji signifikansi koefisien dari variabel-variabel tersebut, melakukan perarnalan terhadap besarnya investasi swasta, serta mengetahui arah hubungan antara variabel yang dipengaruhi (investasi swasta) dan variabel yang mempengaruhi (suku. bunga, PDB dan investasi asing langsung).
Dalam model umum ekonomi, investasi dipengaruhi oleh pendapatan nasional dan tingkat bunga, penambahan variabel investasi asing langsung adalah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh James Van Loo pada tahun 1976 di negara Kanada. Dalam tesis ini rancangan model yang digunakan adalah I=ß1SB+B2PDB+B3F(-1)+e. Dengan menggunakan sampel data-data Indonesia yang periode waktunya dari tahun 1970 sampai 2004 dan prosedur yang digunakan dalam menganalisis data dengan prosedur Ordinary Least Square (OLS), serta program yang digunakan untuk membantu analisa adalah E-views versi 4.1, diperoleh hasil sebagai berikut:
I= -2077.440 SB+6.741252 PDB+0.001214 F(-1)+e (1). Dimana Suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi swasta sedangkan produk domestik bruto dan investasi asing langsung periode sebelumnya berpengaruh positip terhadap investasi swasta yang artinya kenaikan suku bunga sebesar 1% akan menyebabkan penurunan investasi sebesar 2077.440 milyar rupiah, kenaikan PDB sebesar 1 milyar rupiah akan menyebabkan kenaikan investasi swasta sebesar 6.741252 milyar rupiah dan kenaikan investasi asing langsung periode sebelumnya sebesar 1 juta rupiah menyebabkan peningkatan investasi swasta sebesar 0.001214 milyar rupiah, dengan asumsi variabel lain tetap."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bisai, Charley Michael
"Papua merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah seperti pertambangan emas, tembaga, minyak bumi, potensi kelautan, dan hutan. Namun demikian, kondisi kehidupan masyarakat dan perekonomian Papua masih sangat jauh dan kondisi yang diharapkan. Struktur perekonomian Papua selama ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan, dimana keduanya tidak saling menunjang untuk memperkuat basis perekonomian Papua. Proses transformasi yang diharapkan bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder (sektor industri) maupun sektor tersier (sektor jasa) belum nampak, akibatnya Papua hingga kini masuk dalam kategori wilayah non-industri (non industries region) karena kontribusi sektor industrinya masih kecil. Dengan demikian, perekonomian Papua hingga saat ini masih bertumpu pada sektor primer yang mengandalkan resource based activities yaitu pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan.
Tujuan peneiitian secara umum adalah menganalisis seberapa besar peranan pembangunan sektor kehutanan terhadap perekonomian Propinsi Papua. Secara spesifik tujuan penulisan tesis ini yaitu untuk mengetahui, (1) berapa besar peran sektor kehutanan terhadap struktur perekonomian Papua; (2) dampak pembangunan sektor kehutanan dalam keterkaitannya dengan output; (3) dampak pembangunan sektor kehutanan dari penciptaan nilai tambah (produksi domestik regional bruto), dan; (4) dampak pembangunan sektor kehutanan terhadap pendapatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Dengan menggunakan model ini dapat digunakan untuk menjelaskan : (1) kinerja pembangunan ekonomi suatu negara seperti distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) atau PDRB untuk tingkat region atau propinsi, konsumsi, tabungan dan sebagainya; (2) distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi diantaranya, seperti tenaga kerja dan modal; (c) distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga; (4) pola pengeloaran rumah tangga (household expenditure pattern); dan (5) distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam proses produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sektor kehutanan cukup berdampak terhadap struktur perekonomian daerah yang meliputi kontribusinya terhadap PDRB, irnpor, dan penyerapan tenaga kerja serta kurang berdampak pada kegiatan ekspor dan pajak di Papua. Berdasarkan nilai multiplier, terlihat bahwa sektor kehutanan memberikan efek multiplier yang relatif besar terhadap penciptaan produk domestik, kenaikan pendapatan faktor-faktor produksi, peningkatan produksi sektor-sektor lainnya serta peningkatan pendapatan masyarakat atau rumah tangga di Papua. Dalam penelitian ini ditemukan pula beberapa masalah seperti ketimpangan pendapatan antara rumah tangga desa dan rumah tangga kota, dan terjadinya illegal logging. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah daerah melalui instansi terkait telah mendirikan wadah koperasi peran serta masyarakat di desa. Wadah ini diharapkan dapat mengakomodir kepentingan rumah tangga di desa dan menjembatani hubungan kerjasama antara masyarakat desa, pemerintah dan pengusaha hutan dalam rangka pengelolaan hutan yang memberikan manfaat kepada semua pihak. Selain itu, penyertaan kepemilikan modal bagi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan hutan merupakan salah satu cara untuk dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Cahyono
"ABSTRAK
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) telah berakhir dengan dicapainya kemajuan diberbagai bidang pembangunan. Hasil pembangunan di bidang ekonomi telah menaikan GNP dari US$ 70 pada permulaan PJP I ditahun 1969 menjadi US$ 700 diakhir PJP I tahun 1994. Selama 25 tahun pembangunan nilai ekspor meningkat 43 kali dari US$ 72 juta ditahun 1968 menjadi US$37.2 milyar ditahun 1993/1994.'
Kemajuan di bidang ekonomi tersebut dapat dicapai di samping berkat adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan makro ekonomi yang mendukung tentunya juga tidak lepas dari kemampuan pengelolaan perusahaan yang memadai. Di luar konteks adanya pemberian fasilitas yang luar biasa oleh pemerintah kepada sejumlah pelaku usaha selama PJP I, kemampuan pengelolaan perusahaan yang mereka miliki terbukti mempunyai peranan terhadap hasil pembangunan yang dicapai.
Memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) ini, dimana sistem perdagangan dunia akan semakin bebas, pelaku usaha Indonesia tidak dapat lagi untuk terus mengandalkan perlindungan pemerintah. Orientasi mendapatkan konsensi, proteksi, atau subsidi, harus mereka ubah dengan orientasi meningkatkan kemampuan berkompetisi. Ini berarti bahwa mereka harus lebih meningkatkan kemampuan pengelolaan perusahaan.
Pemerintah Renublik Indonesia. Repelita VI. Baku I. Jakarta: Percetakan Neaara RI. 1994.
Pada tahap ini studi empiris mengenai kemampuan pengelolaan perusahaan menjadi sangat penting. Studi-studi tersebut dapat memberi pemahaman lebih baik tentang kondisi pengelolaan perusahaan yang selama ini dilaksanakan, dan dengan demikian dapat diperoleh masukan mengenai bagaimana meningkatkannya dimasa yang akan datang. Salah satu aspek pengelolaan perusahaan yang penting untuk ditelaah adalah aspek manajemen keuangan.
Studi ini direncanakan untuk meneliti pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia selama ini. Fungsi manajemen keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Informasi tentang pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang telah dilakukan dimasa lalu diperoleh dari laporan keuangan yang setiap tahun diterbitkan oleh perusahaan. Mengingat ada perbedaan mendasar dalam penyusunan laporan keuangan antara perusahaan keuangan dan non-keuangan maka untuk memenuhi standar validitas penelitian maka studi terhadap kedua himpunan harus dilakukan secara terpisah. Studi ini dibatasi untuk meneliti pelaksanaan fungsi manajemen keuangan pada perusahaan-perusahaan non-keuangan saja.
1.2. Pendekatan Studi
Neraca perusahaan mencerminkan posisi aktiva dan kewajiban-ekuitas perusahaan pada saat tertentu. Nilai buku jumlah aktiva harus selalu sama dengan nilai buku jumlah kewajiban-ekuitasnya. Aktiva biasa dibedakan menjadi aktiva lancar (kas dan surat berharga, piutang, persediaan) dan aktiva tak-lancar. Sementara itu kewajiban-ekuitas terdiri atas kewajiban
lancar (hutang usaha, dan pinjaman jangka-pendek), kewajiban jangka-panjang, dan ekuitas.
Informasi komposisi komponen aktiva dan kewajiban-ekuitas merupakan bahan penting untuk memahami pelaksanaan manajemen keuangan perusahaan. Dibanyak kepustakaan teori keuangan modern dijelaskan bahwa dalam penentuan komposisi komponen aktiva dan kewajiban-ekuitas dilakukan secara tidak-terikat. Ketidak-terikatan antara pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan merupakan temuan penting dari studi manajemen keuangan yang dilakukan oleh Modigliani dan Miller (1958). Walaupun ketidak-terikatan antara pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan telah merupakan asumsi sangat berharga dalam menyederhanakan pengertian keputusan keuangan perusahaan, namun pada kenyataannya studi-studi investasi-pembiayaan tidak mampu membuktikan adanya ketidak-terikatan antara komposisi komponen sisi aktiva dan kewajiban-ekuitas.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perkembangan studi-studi berikutnya justru diarahkan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan terjadinya kesaling-hubungan antara komponen di dalam kedua sisi neraca Studi semacam ini tidak menggunakan asumsi ketidak-terikatan antara keputusan investasi dan pembiayaan dengan alasan bahwa apabila memang betul keputusan tersebut saling tidak-terikat, keputusan secara simultan dalam periode relatif singkat tetap harus dilakukan karena setiap keputusan investasi harus diikuti dengan keputusan pembiayaan atau sebaliknya. Sejalan dengan arah perkembangan tersebut, maka studi ini pun tidak memakai asumsi ketidak-terikatan antara keputusan investasi dan pembiayaan yang ditawarkan oleh Modigliani dan Miller.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atim Djazuli
"Tujuan dan kebijakan Pasar Modal di Indonesia ialah di samping untuk mendorong meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual saham dan obligasi di Bursa, mengerahkan dana dari masyarakat agar produktif, juga ikut mewujudkan pemerataan pendapatan melalui pemilikan saham-saham perusahaan yang telah memasyarakatkan sahamnya di Pasar Modal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan indeks harga saham sebagai petunjuk penilaiian saham perusahaan dan industri serta untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan berapa besar pengaruh return on equity, volume perdagangan, dividend payout ratio dan tingkat bunga deposito terhadap indeks harga saham di BEJ. Penelitian ini menggunnakan data primer dan sekunder terhadap 100 perusahaan dan 5 industri yang telah memasyarakatkan sahamnya di BEJ ; dengan periode penelitian tahun 1990 - 1993.
Berdasarkan pengujian dan analisa yang menggunakan metode regresi linier yang dilakukan secara serempak menunjukkan hasil yang signifikan, dimana return on equity dan dividend payout ratio berpengaruh positif sedangkan volume perdagangan dan tingkat bunga deposito berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham perusahaan dan industri. Pengaruh volume perdagangan terhadap indeks harga saham ini merupakan penyimpangan teori. dengan melihat faktor yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham, maka faktor yang dominan berturut-turut adalah return on equity, dividend payout ratio kemudian tingkat bunga deposito."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nashihin
"ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk (i)mengukur pengaruh aglomeration economies, yaitu : urbanization economies (UE) dan localization economies (LE) terhadap perbedaan produktivitas antar daerah sektor industri kertas. Selanjutnya, dari dua faktor aglomerasi tersebut, ingin diketahui faktor apa yang dominan dalam menentukan perbedaan produktivitas antar daerah sektor indsutri ini. (ii) Untuk mengetahui apakah pengaruh urbanization economies terus bertahan atau tidak sejalan dengan peningkatan ukuran daerah.
Estimasi dilakukan dengan model translog. Hasil estimasi menunjukkan bahwa model translog kurang sesuai dengan data set industri kertas yang dipakai dalam tesis. Hal ini terlihat nilai elastisitas input yang negatif dan masalah kolinearitas.
Dengan hasil seperti di atas, analisis selanjutnya menggunakan model Cobb-Douglas (CD). Sebelum menggunakan model CD ini, model translog diuji terlebih dahulu dengan merestriksi homotetik-homogen dan ternyata restriksi diterima. Dengan menggunakan fungsi produksi CD ini, dua komponen aglomerasi, LE dan UE, berpengaruh signifikan dan berbeda arah terhadap tingkat output industri kertas di Indonesia. LE menunjukkan pengaruh yang negatif, sedangkan UE menunjukkan pengaruh yang positif.
Dari hasil estimasi fungsi produksi, dapat dihitung perbedaan produktivitas antar daerah industri kertas di Indonesia. Dengan mendekomposisi perbedaan total produktivitas antar daerah tersebut menjadi dua komponen, yaitu localization economies (LE) dan urbanization economies (UE) maka dapat diketahui peranan (share) masing-masing komponen.
Share LE lebih besar dari share UE dalam menjelaskan perbedaan total produktivitas antar daerah, yaitu masing-masing 72,8% dan 27,2%. Tetapi perlu diingat, bahwa koefisien LE dalam fungsi produksi bertanda negatif, sementara koefisien UE positif. Walaupun peranan LE lebih besar dari UE dalam menjelaskan perbedaan total produktivitas antar daerah tetapi karena koefisien LE yang negatif, maka hal ini berarti, keuntungan aglomerasi masih banyak ditentukan oleh UE.
Di samping peranan LE yang dominan, juga terlihat adanya pola yang menunjukkan bahwa peranan LE semakin meningkat. Pola ini terlihat pada daerah-daerah yang produktivitasnya di bawah base region. Hal ini berarti produktivitas perusahaan pada daerah-daerah tersebut semakin jauh di bawah produktivitas base region. Sementara itu, untuk daerah-daerah yang produktivitasnya di atas base region tidak menunjukkan pola-pola tertentu
Peningkatan jumlah penduduk suatu daerah ternyata tidak diikuti dengan urbanization economies yang semakin besar. Dengan menggunakan dummy variable untuk daerah-daerah: (i) dengan penduduk kurang dari 1 juta, dan (ii) dengan penduduk lebih dari 1 juta dan metode dummy yang slope shifter, hasil estimasi menunjukkan bahwa slope koefisien urbanization economies untuk penduduk besar tidak berbeda secara signifikan dengan koefisien penduduk kecil.
Pada beberapa penelitian menunjukkan, keuntungan dari urbanization ini pada suatu titik tertentu akan hilang. Untuk itu, digunakan dummy variable untuk daerah-daerah: (i) dengan penduduk kurang dari 1 juta, (ii) dengan penduduk antara 1 juta sampai 2 juta, dan (iii) dengan penduduk lebih besar dari 2 juta. Dengan menggunakan metode dummy yang slope shifter, hasil estimasi menunjukkan bahwa urbanization economies tetap masih berlaku. Seperti pada di atas, koefisien urbanization economies tidak berbeda secara signifikan antara ketiga koefisien dummy tersebut. Ini berarti, hipotesa yang menyatakan bahwa pada titik tertentu urbanization economies akan hilang tidak mendapat pembenaran secara empiris di Indonesia, khususnya untuk indutri kertas."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Penelitian ini mengidentifikasi dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Sumatera, Indonesia. Digunakan tiga model regresi untuk menganalisa data panel lima indikator utama desentralisasi fiskal periode 2007-2013 yaitu: OLS, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Dtatistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Temuan empiris penelitian ini menunjukkan bahwa tiga indikator berupa pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan jumlah penduduk memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara tingkat pendidikan dan tingkat serapan tenaga kerja berkorelasi positif terhdap pertumbuhan ekonomi di Sumatera, Indonesia.

This paper analyzes the impact of fiscal decentralization on regional economic growth in Sumatera, Indonesia. Within the framework of an OLS, Fixed Effect Model and Random Effect Model was employed in this thesis on a set of dynamic panel data models with latent variables over a period 2007- 2013. Two indicators of fiscal decentralization, local revenue, and local expenditure were used to measure impact of fiscal decentralization in Sumatera. Data for this study comes from secondary sources; BPS and DJAPK ministry of Finance Republic of Indonesia. The empirical finding of this study suggests that two fiscal decentralization indicators and number of population have a negative significant impact on regional economic growth. However, number of education and employment rate are positively correlated with economic growth. Finally, there is a little consensus on the relationship between fiscal decentralization and economic growth in Sumatera, Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T46158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusumawati
"Tesis ini adalah mengenai ekspor manufaktur Indonesia ke Amerika Serikat selama periode 1979-1996. Model yang digunakan diadopsi dari Model Luis Catao dan Elisabetta Falcetti (1999) yang kemudian disesuaikan dengan keberadaan data dan kondisi perekonomian Indonesia. Secara umum, bila dilihat dari sisi harga ekspor dapat dikatakan bahwa harga luar negeri, pendapatan mitra dagang, dan permintaan ekspor manufaktur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga ekspor manufaktur. Dalam hal ini untuk harga luar negeri dan pendapatan mitra dagang berkorelasi positif, sedangkan untuk permintaan ekspor manufaktur berkorelasi negatif. Dari sisi kuantitas ekspor, variabel tingkat penyerapan domestik dan ketidakpastian nilai tukar secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan harga relatif dan tingkat kapasitas produksi domestik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuantitas ekspor manufaktur. Dalam hal ini untuk harga relatif berkorelasi negatif, sedangkan untuk tingkat kapasitas produksi domestik berkorelasi positif.
"
2000
T3666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saibani
"Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh kebijakan moneter di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi pada tahun 1985-1993, dengan menggunakan model Ekspektasi Rasional (RATE]{). Seberapa besar pengaruh pertumbuhan kapasitas output dan kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi, merupakan hasil dari penelitian ini. Selain itu, pada penelitian ini juga diuji validitas model RATEX.
Landasan teori penelitian ini adalah teori ekonomi makro yang memuat perbedaan pandangan kelompok-kelompok ekonom tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap perekonomian. Adapun perbedaan pandangan tersebut, disebabkan oleh perbedaan masing-masing kelompok ekonom dalam menggunakan asumsi bentuk ekspektasi yang digunakan oleh para pelaku ekonomi, khususnya tenaga kerja, dalam mengantisipasi perubahan variabel ekonomi.
Ada tiga bentuk ekspektasi yang biasa dikenal, yaitu Ekspektasi Naif atau Naive Expectations (NAEX), Ekspektasi Adaptif atau Adaptive Expectation (ADEX), dan Ekspektasi Rasional atau Rational Expectation (RATE}[). Masing-masing bentuk ekspektasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bentuk Kurva Penawaran Agregat (Kurva AS). Akibatnya, kebijakan moneter pemerintah akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi, tergantung pada bentuk ekspektasi yang digunakan oleh pelaku ekonomi.
Secara sederhana, pengaruh kebijakan moneter dengan menggunakan asumsi masing-masing bentuk ekspektasi adalah sebagai berikut. Dengan menggunakan NAEX dan ADEX, kebijakan moneter berpengaruh terhadap tingkat output dan tingkat inflasi. Namun, keduanya mempunyai perbedaan. Kebijakan moneter, dengan menggunakan bentuk ekspektasi NAEX, memberikan pengaruh lebih besar terhadap tingkat output dibandingkan bila menggunakan bentuk ekspektasi ADEK. Hal yang sebaliknya terjadi pada pengaruh kebijakan moneter terhadap tingkat inflasi. Kebijakan moneter, dengan bentuk ekspektasi RATEX, hanya perpengaruh terhadap tingkat inflasi, dan tidak berpengaruh terhadap tingkat output.
Namun, tidak berpengaruhnya kebijakan moneter terhadap tingkat output, hanya terjadi apabila pelaku.ekonomi yang rasional, secara sempurna mampu memperkirakan bentuk kebijakan moneter. Dalam kenyataannya, ada dua macam bentuk kebijakan moneter, apabila ditinjau dari sudut kemampuan pelaku ekonomi membuat perkiraan terhadap kebijakan moneter tersebut. Adapun kedua bentuk kebijakan moneter tersebut adalah kebijakan moneter yang dapat diantisipasi (anticigated monetary policy) dan yang tidak dapat diantisipasi (unanticipated monetary policy). Kebijakan moneter yang unanticipated tersebut dapat mempengaruhi tingkat output.
Sejak tahun 1963, pemerintah telah mengeluarkan paket-paket deregulasi dalam rangka mengantisipasi perkembangan perekonomian Indonesia. Dua diantaranya yang populer adalah deregulasi di bidang perbankan tahun 1923 dan 1920.
Deregulasi besar tahun 1988, atau biasa disebut PAKTO 1980, disamping berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, juga telah menimbulkan ketegangan-ketegangan dalam iklim perbankan di Indonesia yang meningkatkan unsur risiko dan ketidakpastian. Selain itu PAKTO 1988 tersebut menyebabkan perekonomian menjadi panas, atau biasa disebut dengan overheated economy.
Di samping itu, dalam kurun waktu 1905-1993, sektor keuangan dan perbankan di Indonesia diwarnai oleh dua kali kebijakan, yang oleh banyak pakar ekonomi disebut dengan kebijakan yang bersifat gebrakan.
Dengan penilaian terhadap kondisi perekonomian seperti tersebut di atas, khususnya di bidang keuangan maka muncul pertanyaan tentang tingkat pengaruh kebijakan moneter di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Bagaimanakah pengaruh kebijakan moneter tersebut jika masyarakat hanya dapat mengantisipasi sebagian kebijakan moneter tersebut?
Hasil penelitian ini menjawab pertanyaan di atas. Hanya kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pengaruh kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi tersebut hanya memberikan pengaruh yang relatif lebih kecil dibandingkan.pengaruh pertumbuhan kapasitas output."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sukarno
"Studi ini tentang penilaian harga saham berdasarkan analisa fundamental dengan pendekatan PER. Meskipun ada modifikasi, tapi model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik dalam maupun luar negeri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui relevansi penentuan PER dalam keputusan investasi di BEJ. Kemudian dirinci, untuk mengetahui : apakah growth rate, dividen payout ratio dan financial leverage mempengaruhi besarnya PER; variabel manakah (earning growth atau dividen growth) yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER; apakah pengaruh masing-masing variabel eksplanatori terhadap PER tetap konsisten dari tahun ke tahun dan apakah model empiris yang diajukan dapat dipakai sebagai security selection serta mengkaji apakah kebijaksanaan BAPEPAM tentang PER maksimal 15 kali memadai.
Hasil analisa tahun 1989-1993 maupun keseluruhan menunjukkan bahwa semua persamaan regresi (kecuali 1989) memiliki F-test signifikan dan adjusted R2 minimal 75%. Berarti di samping secara serentak berpengaruh, perubahan variabel eksplanatori mampu menjelaskan perubahan variabel PER paling rendah 75%. Pengaruh secara parsial, berdasarkan t-test, umumnya variabel growth rate dan dividen payout ratio signifikan berpengaruh. Tapi variabel financial leverage tidak signifikan berpengaruh.
Akan tetapi bila ditinjau koefisien regresi masing-masing variabel eksplanatori menunjukkan bahwa umumnya terdapat arah dan hubungan positif antara variabel growth rate dan dividen payout ratio terhadap PER. Sebaliknya terdapat arah dan hubungan negatif antara variabel financial leverage dengan PER . Jadi meskipun pengaruhnya kurang signifikan, dengan semakin meningkatnya financial leverage akan mendorong risiko financial makin tinggi dan PER menjadi makin menurun.
Sementara itu variabel earning growth diketahui lebih berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER daripada variabel dividen growth. Hanya pada 1990 saja variabel dividen growth memiliki adjusted R2 dan t-test lebih signifikan. Diketahui pula bahwa variabel growth rate dari tahun ke tahun tetap dominan berpengaruh terhadap besarnya PER. Namun demikian besar dan arah pengaruhnya berubah-ubah. Dan model empiris yang diajukan ternyata kurang cocok untuk security selection.
Akhirnya, bertolak dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa anjuran BAPEPAM tentang batas PER tidak lebih dari 15 kali untuk perusahaan yang akan go public semua sektor industri adalah kurang tepat. Memang rata-rata PER empiris dibawah 15 kali bila variabel eksplanatori konstan (=0). Yaitu 6,1271 kali (1989); -0,0027 kali (1990); -35,6735 kali (1991); 0,1289 kali (1992); 12,2483 kali (1993) dan 0,099 kali(1989-93).
Tapi jika salah satu variabel, misalnya growth rate, bernilai positif maka hasil P/NE menjadi diatas 15 kali. Tentunya setiap perusahaan memiliki prospek untuk tumbuh. Karenanya BAPEPAM disarankan meninjau kembali himbauan tentang batas PER."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Umar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal syariah yang terbentuk melalui saham-saham syariah yang tercatat pada Jakarta Islamic Index (JII) sudah merupakan pasar modal yang efisien. Pasar modal yang efisien di mana harga yang terbentuk menyesuaikan secara cepat dengan informasi yang diterima merupakan pasar yang ideal yang sangat sesuai dengan syariah Islam.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode event study dan kejadian atau informasi yang dilakukan pengamatan adalah tanggal pengumuman dividen oleh emiten yang terdaftar pada JII dan disebut tanggal kejadian (event date).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten syariah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return dari saham-saham yang terdaftar pada Ill atau tidak terdapat abnormal return (excess return) yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah belum merupakan pasar modal yang efisien karena adanya informasi pengumuman dividen tidak tercermin dalam harga maupun return dari saham-saham yang terdaftar pada JII.
Dari tujuh emiten yang termasuk dalam sampel rata-rata abnormal return tertinggi hanya mencapai 1,01% yang dicapai pada hari ketiga setelah tanggaI kejadian dan kerugian terbesar yang terjadi mencapai sebesar 1,16% yang dicapai pada had kelima sebelum tanggal kejadian.
Dui 21 hari pengamatan hanya 10 hari mencatat adanya abnormal return sedangkan 11 hari justru mencatat kerugian. Sedangkan dari perhitungan terhadap cumulative abnormal return tercatat hanya 5 hari yang mencatat cumulative abnormal return positif sedangkan 16 hari lainnya tercatat negatif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library