Ditemukan 96 dokumen yang sesuai dengan query
Muh. Junaidi
"
ABSTRACTPoliteness, speech act and discourse have become an interest area of language use in context. Attention has been drawn to the universality of politeness strategies across the culture. This study examines the nature of pattern of communication in terms of politeness, speech acts and discourse in sasak speech community. The subject of the studi is 1 Tuan Guru giving religious speech in silkur village. Participantobservaton is used as the method of data collection in this study. A video recording was used to collect data. Result of the study shows that reminding and sugesting are not acts of indicating or threatening addressees' negative face, but possitive strategies used to minimized the threat for adresses' possitive face and negative one as means of saving addressees' negative face. These three variables were interrealted to dechiper the nature of speech pattern of language use in the sasak speech community. the notion of face should be analyzed according to norms and cultural values such acts in different speech communities. Hence, the universality of communicative action and the type of speech act in a given speech community are crucial variable to sctinize the language use in context."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Abdul Hakim
"
ABSTRACTPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan relasi nama diri dan posisi yang diraih dalam pemilihan rektor Universitas Gadjah Mada periode 2012-2017. Dengan tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan teori semiotik perice. Metode yang digunakan adalah metode interpretasi yang memandang bahwa nama diri adalah sebuah tanda yang hanya bermakna ketika diinerpretasi. Nama diri tersebut diinterpretasi untuk melihat relasinya dengan perolehan suara dalam memenangkan pemilihan. Penelitian ini menemukan bahwa praktikno menjadi rektor terpilih dengan perolehan suara paling banyak yang diikuti oleh Marsudi Triatmodjo dan Danang Parikesit. Dimenangkannya pemilihan oleh Praktikno adalah karena representasi nama diri yang di interpretasi sebagai tanda dengan tipe atau sifat tanda yang bermakna berbuat atau bertindak, Marsudi Triatmodjo dengan sifat tanda yang diinterpretasi sebagai konsep kemauan, sedangkan Danang Parikesit adalah tanda yang diinterpretasi sebagai sifat menemani. Dengan demikian, nama diri adalah tanda yang mengkonstruksi praktik sosial individu."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Kuwing, Miss Aseeyah. author
"
ABSTRACTPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud interferensi fonologi bahasa Melayu Pattani dalam berbahasa Indonesia mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara simak, rekam, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan metode padan jenis translasional dan metode analisis kontrastif. Ada satu hal yang perlu disampaikan pada penelitian ini. Wujud interferensi fonologi bahasa Melayu Pattani dalam berbahasa Indonesia mahasiswa Thailand di Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang ditemukan tiga jenis interferensi. (a) Interferensi fonologi fonologi terdapat pada unsur penggantian fonem, pelesapan fonem,penggantian suku kata, dan pelesapan suku kata. (b) Interferensi leksikon terdapat pada kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti, kata penunjuk, kata keterangan, kata depan, dan kata tanya.(c)Interferensi sintaksis terdapat pada jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah"
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muharipin
"
ABSTRACTPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis siswa kelas III Semester II SDN 1 Wanasaba Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester 2 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 13 orang. Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri atas beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket/tes dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati jalannya proses tindakan yang dilakukan. Angket/tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai. Dokumentasi digunakan untuk bahan penunjang proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan narasi berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik pada siswa kelas III semester 2 SDN 1 Wanasaba Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum dilakukan tindakan sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan persentase keberhasilannya adalah 26%. Setelah dilakukan tindakan penggunaan media gambar beseri hasil belajar tergolong sangat baik. Hal ini terbukti dengan persentasi keberhasilan pada variabel hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu 70% dan siklus 2 adalah 100%."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Menjamin, Sumaiyah
"
ABSTRACTPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sapaan dalam bahasa melayu dialek satun thailand selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif tentang sapaan BDMDSTS. DAta yang dikumpulkan merupakan bentuk bentuk sapaan yang digunakan oleh masyarakat yang menggunakan bahasa melayu dialek satun. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi tau simak libat cakap dan wawancara seta dianalisis dengan metode padanreferensial dan metode kontekstual. Hasil kajian ini adalah bentuk sapaan yang sering digunakan adalah bentuk sapaan dalam ranah kekerabatan keluarga, ranah keagamaan, dan ranah kemasyarakatan. Ranah yang paling sedikit digunakan adalah ranah pendidikan. Tetapi sapaan yang ada di masyarakat BMDSTS tidak ada yang absolut, tetapi dapat diubah dan dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Taufik Salamun
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata kognat berdasarkan kriteria penentuan kata kerabat dan menentukan tingkat persentase kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui metode pupuan lapangan dengan teknik wawancara dan catat. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi dan selanjutnya dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus perhitungan leksikostatistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan kata kerabat pada bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila dapat ditinjau berdasarkan pasangan kata identik, korespondensi fonemis, kemiripan secara fonetis, satu fonem beda, dan pelesapan fonem. Berdasarkan perhitungan leksikostatistik, persentase kekerabatan bahasa Hitu-Hila menduduki tingkat kekerabatan tertinggi, yaitu 90% dan dikategorikan sebagai satu bahasa dialek. Sedangkan persentase kekerabatan terendah, yaitu bahasa Wakal-Morela dengan persentase kekerabatan sebesar 77% dan dikategorikan sebagai subkeluarga bahasa.
This study aimed to describe the cognate words based on the determined criterion of relative word and determine the percentage of kinship towords Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hilalanguage. This study used descriptive qualitative and quantitative approach. The data were collected through interview techniques and field note method. The data that had been obtained were classified and described qualitatively and quantitatively by using calculational lexico statistic formula. The results showed that the pair of relative word in the language of Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila could be reviewed by the pairs of identical, correspondences phonemic, phonetic resemblance,a different phoneme,and deleted phonemes. Based on the calculational lexicostatistic, the percentage of Hitu-Hila language kinship was in the highest level of kinship, which wa90% and had been categorized as a dialect. While the lowest percentage of kin ship was Wakal-Morela with the percentage of kinship about77% and had been categorized as sub-family language."
ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018
400 JIKKT 6:1 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yuliani
"Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah sedikit sekali novel yang mengisahkan tentang perjuangan di dunia pendidikan. Melalui penokohan yang dibangun oleh pengarang, perjuangan para tokoh dalam mengarungi hidup di dunia pendidikan terasa sangat mengharukan. Tidak ada kata putus asa apalagi menyesali hidup. Mereka tetap bersemangat dalam kesederhanaan dan keterbatasan untuk mencari ilmu pengetahuan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perjuangan para tokoh dalam dunia pendidikan. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik kajian pustaka. Berdasarkan kajian dapat diketahui bahwa perjuangan para tokoh dalam dunia pendidikan telah menjadikan kehidupan mereka menjadi lebih baik di kemudian hari.
“Laskar Pelangi” novel by Andrea Hirata is one of novel that tell us about the struggle in education field. Through the characterizing made up by the writer, the struggle of the leading figures in facing educational world was very touching. There was no “give up” mental more over regretting their lives. They still had courage in simplicity and limitedness to get an education. This study used pragmatic approach. The aim was to figure out the struggle among the leading figures in educational field. This study used descriptive method through literature review technique. Base on the study it was found out that the struggle of the leading figures in educational field could make their lives better in the future."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Anas Ahmadi
"Artikel ini memaparkan tentang cerita rakyat jerman yang dikaji melalui perspektif psikoanalis Jungian. Penelitian ini menggunakan teori archetype untuk membedah pola archetype perempuan dalam cerita rakyat Jerman (yang ditulis oleh Grimmm bersaudara). Penelitian berpendekatan kualitatif ini menggunakan sumber data buku Dongeng Jerman (2011) yang diterbitkan/diterjemahkan oleh Elex Media Komputindo. Hasil temuan menunjukkan bahwa pola archetype perempuan dalam dongeng Grimm bersaudara secara makro/utama terbagi menjadi dua, yakni (1) archetype perempuan sakral (sacred) dan (2) archetype perempuan profan (profane. Secara mikro/spesifik archetype perempuan sakral meliputi (1) ibu/istri/nenek yang baik, dan (2) putri/gadis yang baik. Adapun archetype perempuan profan meliputi (1) ibu/nenek penyihir, (2) ibu tiri, (3) istri serakah, (4) perempuan dungu, (5) dayang, dan (6) putri/gadis. Jika dikaitkan dengan archetype arch, archetype dalam dongeng Grimm bersaudara mengarah pada Athena, Hestia, Artemis, Hecate, Hera, Aphrodite, dan Psyche.
This article presented about German folktale that studied through the perspective of Jungian psychoanalyst. This study used the theory of archetypes, archetype to dissect patterns of women in the German folktale (written by Grimmm brothers). The Qualitative study used book Tales of Germany (2011) as the data source which had published/translated by Elex Media Komputindo. The result showed that the pattern archetype of women in fairy tale brothers Grimm macro/major was divided into two, they were(1) archetype female sacral (sacred) and (2) archetype of women profane (profane. The micro/specific archetype female sacral include (1) good mother/wife/ grandma, and (2) good women /girls. the archetype of women profane include (1) the witch, (2) stepmother, (3) the greedy wife, (4) dumb women, ( 5) maids, and (6) /girl. If it is related with the archetype arch, archetype in the Grimm brothers' fairy tale reffered to Athens, Hestia, Artemis, Hecate, Hera, Aphrodite and Psyche"
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Anas Ahmadi
"Artikel ini memaparkan tentang cerita rakyat jerman yang dikaji melalui perspektif psikoanalis Jungian. Penelitian ini menggunakan teori archetype untuk membedah pola archetype perempuan dalam cerita rakyat Jerman (yang ditulis oleh Grimmm bersaudara). Penelitian berpendekatan kualitatif ini menggunakan sumber data buku Dongeng Jerman (2011) yang diterbitkan/diterjemahkan oleh Elex Media Komputindo. Hasil temuan menunjukkan bahwa pola archetype perempuan dalam dongeng Grimm bersaudara secara makro/utama terbagi menjadi dua, yakni (1) archetype perempuan sakral (sacred) dan (2) archetype perempuan profan (profane. Secara mikro/spesifik archetype perempuan sakral meliputi (1) ibu/istri/nenek yang baik, dan (2) putri/gadis yang baik. Adapun archetype perempuan profan meliputi (1) ibu/nenek penyihir, (2) ibu tiri, (3) istri serakah, (4) perempuan dungu, (5) dayang, dan (6) putri/gadis. Jika dikaitkan dengan archetype arch, archetype dalam dongeng Grimm bersaudara mengarah pada Athena, Hestia, Artemis, Hecate, Hera, Aphrodite, dan Psyche.
This article presented about German folktale that studied through the perspective of Jungian psychoanalyst. This study used the theory of archetypes, archetype to dissect patterns of women in the German folktale (written by Grimmm brothers). The Qualitative study used book Tales of Germany (2011) as the data source which had published/translated by Elex Media Komputindo. The result showed that the pattern archetype of women in fairy tale brothers Grimm macro/major was divided into two, they were(1) archetype female sacral (sacred) and (2) archetype of women profane (profane. The micro/specific archetype female sacral include (1) good mother/wife/ grandma, and (2) good women /girls. the archetype of women profane include (1) the witch, (2) stepmother, (3) the greedy wife, (4) dumb women, ( 5) maids, and (6) /girl. If it is related with the archetype arch, archetype in the Grimm brothers' fairy tale reffered to Athens, Hestia, Artemis, Hecate, Hera, Aphrodite and Psyche"
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Andriadi
"Degradasi apresiasi terhadap film Western mutakhir melatarbelakangi penelitian ini. Para produser film mencoba merevitalisasi elemen film Western agar menghasilkan karya yang lebih menarik dengan atmosfer yang berbeda. Penelitian ini menelaah invensi dan interaksi budaya melalui eksplorasi unsur-unsur eksternal yang menyebabkan perubahan pada formula genre Western dalam film Wild Wild West (1999) dan Django Unchained (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pembalikan tipe struktur estetika dalam kedua film tersebut. Pertama, latar karya menunjukkan ruang yang semakin modern dan cenderung mengurangi ruang kebudayaan liar; kedua, ikon persenjataan dan transportasi yang digunakan oleh para tokoh semakin modern; ketiga, tokoh hero yang ditampilkan semakin marjinal; keempat, ide cerita semakin variatif dan dinamis; kelima, situasi dan pola tindakan yang disuguhkan menunjukkan formula kekerasan yang semakin brutal. Evolusi yang terjadi pada kedua film teranalisis dipengaruhi oleh politisasi produksi, perubahan jaman, dan perubahan selera penonton/masyarakat.
The degradation of appreciation toward Western movies now days became the backround of this research. The film producers tried to revitalize the elements of Western movies in order to produce more interesting films in different atmosphere. The problems of this research were to investigate inventions and cultural interaction to explore external elements which caused the changes of Western formulas in films Wild Wild West (1999) and Django Unchained (2012). The result of the research showed that the reversal of aesthetic structure types in both films happened: firstly, the setting becomes more and more modern, and it is far from savage culture; second, the iconography -weapon and transportation -got modernization; third, both films showed marginal heros; fourth, the story ideas becameome more various and dynamic; and fifth, situations and types of actions become more and more brutal. The evolutions in both Western films were influenced by politization in production process, the age evolution, and the change of audience’s/society’s taste."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library