Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartono
Abstrak :
Kondisi Desa-desa setelah berlakunya Undang-undang Nomal 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa yang mengatur segi pemerintahannya; pada umumnya pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Desa masih dibawah standar karena rendahnya sumber-sumber pendapatan Desa di masing-masing Desa yang sumber-sumbernya telah ditetapkan dalam Undangundang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa. Walaupun disinyalir banyak dana-dana yang mengalir ke Desa-desa namun dana-dana tersebut tidak diperuntukkan bagi penyelenggaraan pemerintahan Desa. Tugas-tugas Pemerintah Desa yang berasal dari pemerintah atasnya kebanyakkan tidak disertai dana yang memadai; disamping itu tugas Pemerintah Desa untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri masih perlu dana, akibatnya beban Pemerintah Desa sangat berat. Dalam upaya meningkatkan pendapatan Desa yang bertujuan agar dapat membiayai kebutuhan lain dan pembangunan serta dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dari Pemerintah atasnya. Pemerintah Desa menghadapi permasalahan yaitu terbatasnya dana yang dimiliki oleh Pemerintah Desa. Keberhasilan peningkatan pendapatan Desa dapat diwujudkan apabila mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan Desa oleh karena itu dalam Tesis ini mencari Faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan pendapatan Desa. Setelah mengetahui kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan Desa. Mengingat keterbatasan dana, waktu dan tenaga Penelitian ini membatasi empat faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Desa, yaitu : 1) Kepemimpinan, 2) Motivasi, 3) Struktur Organisasi dan 4) Komunikasi. Tesis ini berhasil membuktikan bahwa : Variabel Kepemimpinan (X1) dengan Pendapatan Desa (Y). Variabel Motivasi (X2) dengan Pendapatan Desa (Y). Variabel Struktur Organisasi (X3) dengan Pendapatan Desa (Y). Variabel Komunikasi (Xa) dengan Pendapatan Desa (Y). Masing-masing Variabel (X1) (X2) (Xi) dan (XI) dengan (Y) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Secara parsial masing-masing Variabel (X) dengan Variabel (Y) mempunyai hubungan murni walaupun dikontrol secara bersama-sama oleh Variabel yang lain, Secara bersama-sama pula variabel (X1) (X2) (X3) dan Xd) mempunyai hubungan dengan Variabel Pendapatan Desa (Y). Dari analisis determinasi Variabel bebas (X) berpengaruh 83, 94 q/o terhadap variabel (Y).
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T2406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pejabat struktural Kantor Wilayah Departemen Agama Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dimana Jakarta merupakan salah satu pusat pemerintahan. Diharapkan instansi vertikal seperti Departemen Agama ini akan dijadikan parameter dalam mengukur kinerja di lingkungan Kantor Wilayah lain. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : motivasi, pelatihan, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem kerja dan sumber daya, sedangkan variabel terikat adalah kinerja pejabat. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada seluruh pejabat struktural di lingkungan Kantor Wilayah Departemcn Agama Daerah Khusus Ibukota Jakarta sejumlah 41 pejabat struktural. Analisis yang digunakan untuk mengolah data dari hasil kuesioner yang disebarkan adalah : Skala pengukuran likert. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa enam faktor menrpunyai korelasi dan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pejabat struktural dengan nilai tertinggi berturut-turut : sistem kerja, kepemimpinan, struktur organisasi, pelatihan, sumber daya dan motivasi. Korelasi dan signifikan tersebut secara prosentase dapat dilihat sebesar 93,7 %. Ini berarti bahwa hanya sekitar 6,3 % faktor yang kurang nlempengaruhi kinerja pejabat struktural. Agar faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pejabat struktural lebih berpotensi untuk meningkatkan kinerja pejabat dalam mencapai sasaran dan atau tujuan organisasi, maka perlu dilakukan pembinaan, pengembangan dan penyempurnaan aspek-aspek untuk memacu motivasi, peningkatan diktat, struktur organisasi, kepemimpinan dan sistem kerja dan peningkatan sumber daya (fasilitas kerja).
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Pengukuran kinerja terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk PT Balai Pustaka (Persero) yang dilakukan selama ini dianggap belum mampu menggambarkan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Metode pengukuran kinerja yang dilakukan masih mengikuti rational goal model yang terukur secara kuantitatif. Kaplan dan Norton memperkenalkan sistem pengukuran yang mencoba menyeimbangkan alat ukur yang lama, yang tidak menekankan hanya pada aspek profitabilitas (finansial), tetapi juga kepada aspek-aspek yang lain, seperti aspek belajar dan bertumbuh, aspek proses bisnis internal, dan aspek pelanggan. Didasarkan atas alasan tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja PT Balai Pustaka (Persero) dengan memakai pendekatan Balanced Scorecard. Permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja PT Balai Pustaka (Persero) apabila diukur dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard ? Sedangkan tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Analisis data dilakukan dengan dua cara, yakni data keuangan dengan analisis rasio, sedangkan data primer yang bersumber dari jawaban responden diukur berdasarkan skala Liken. Setelah nilai rasio dan nilai rata-rata tersebut diperoleh, selanjutnya dicari nilai relatif dan keseluruhan indikator untuk mendapatkan nilai kumulatif berupa tingkat kesehatan atau kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja PT Balai Pustaka (Persero) tahun 1998 dari aspek belajar dan bertumbuh adalah cukup baik, aspek proses bisnis internal adalah baik, aspek pelanggan adalah kurang baik, dan aspek keuangan kurang baik. Sementara itu skor kinerja PT Balai Pustaka (Persero) untuk tahun 1998 adalah sebesar 63,60 %. Dengan demikian dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki tingkat kinerja yang kurang baik dan masuk dalam kategori perusahan kurang sehat BBB (50 < TS < = 65). Untuk lebih meningkatkan kinerja PT Balai Pustaka (Persero) di masa yang akan datang, maka beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian atau ditingkatkan adalah aspek belajar dan bertumbuh yang berkaitan dengan karyawan dengan berbagai indikatornya, aspek proses bisnis internal terutama yang berkaitan dengan aspek pelayanannya kepada pelanggan, aspek pelanggan terutama yang berkaitan dengan pihak yang terlibat dalam aktivitas perusahaan, dan aspek finansialnya terutama yang berkaitan dengan proses operasi internalnya.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T2909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Sebagai surfaktan, lesitin banyak digunakan di dalam berbagai industri sebagai senyawa pembentuk sistem emulsi. Pada tahun 1981 konsumsi lesitin dunia mencapai 100.000 ton, 30.000 ton diantaranya dalam bentuk telah dimodifikasi. Selain banyaknya jumlah kebutuhan, variasi pemakaian lesitin juga sangat beragam. Keadan ini mendorong upaya modifikasi karakter lesitin dari sifat awalnya. Dasar utama modifikasi lesitin adalah merubah komposisi senyawa-senyawa penyusun. Dan berbagai literatur dan laporan hasil penelitian terdahulu, modifikasi lesitin menggunakan enzim dapat dilakukan akan tetapi melibatkan jumlah dan konsentrasi lesitin sangat sedikit. Ternyata bahwa reaksi hidrolisis lesitin menggunakan enzim fosfolipase D dapat berlangsung pada jumlah dan konsentrasi lesitin 7,5 kali lebih banyak. Reaksi hidrolisis mencapai konversi optimum pada konsentrasi awal lesitin 600 mg dalam 8 ml pelarut dietileter. Sedangkan waktu aktiv optimum enzim fosfolipase D berlangsung hingga 180 menit. Lesitin awal mengandung 64,1 % senyawa fosfatidilkolin (PC) dan 26,3 % fosfatidiletanolamin (PE) serta 9,6 % berupa lima senyawa lain. PC dan PE sebagai dua senyawa utama penyususn lesitin temyata dapat dihidrolisis oleh enzim fosfolipase D. Secara umum kecepatan hidrolisis PE lebih besar dari PC. Dan jumlah kandungan tersebut menunjukkan [PC]/[PE] lesitin awal 2,4 mampu menurunkan tegangan permukaan air dad 71,6 dyne/cm menjadi 65,1 dyne/cm pada konsentrasi 2,0 g/f. Sedang kemampuannya mengemulsikan asam lemak C8/C10 dalam air pada perbandingan volume air : asam lemak 15 : 1 sebanyak 29,9 % volume asam lemak yang digunakan. Hasil modifikasi dengan variasi konsentrasi awal lesitin maupun waktu reaksi menghasilkan nilai [PC]/[PE] bervariasi. Kemampuan sampel basil modifikasi menurunkan tegangan permukaan air, menunjukkan pads nilai [PC]/[PE] sekitar 2,2 hingga 2,6 lebih rendah dad awalnya. Untuk nilai [PC]I[PE] diluar daerah tersebut menunjukkan kemampuan sebaliknya_ Sedang kemampuan sampel mengemulsikan asam lemak dalam air, pada nilai [PC]/[PE] di bawah 2,4 meningkat dari awalnya hingga lebih dari 50 % volume asam lemak yang diemulsikan. Pada nilai [PC]/[PE] lebih dari 2,4 kemampuan sampel mengemulsikan asam lemak ke dalam air lebih besar dari awalnya akan tetapi kurang dari 50 % volume asam lemak yang digunakan. Hasil pengukuran kedua aktivitas permukan pada berbagai sampel dapat disimpulkan bahwa modifikasi komposisi [PC]/[PE] mampu meningkatkan aktivitas permukaan lesitin. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa kemampuan PC membentuk sistem emulsi minyak dalam air (O/W) lebih besar dibandingkan PC.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T2433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Thesis ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kinerja perbankan Indonesia, khususnya bank yang telah go public. Pada dasarnya ada dua masalah utama perbankan, yaitu aspek penarikan dana dan aspek penyaluran / pengelolaan dana. Aspek kedua relatif lebih penting mengingat bahwa prestasi bank ditentukan oleh kemampuannya memperoleh penghasilan / income dari pengelolaan dana. Masalah pengelolaan dana adalah masalah pengambilan keputusan penentuan alokasi dana ke beberapa bidang investasi. Islam thesis ini, berdasarkan data aktual , terdapat tiga bidang alokasi yang dipertimbangkan karena memberikan kontribusi terbesar sedangkan bidang lainnya relatif tidak signifikan kontribusinya. Adapun tiga bidang alokasi tersebut adalah aktiva pemberian pinjaman, aktiva surat berharga , dan aktiva penempatan. Aspek strategis dari alokasi dana adalah eksisensi trade off dalam hal pencapaian tujuan keuntungan, likuiditas, dan keamanan (safety). Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih lanjut berkaitan dengan ketentuan dalam Paket Februari 1991 yang mengharuskan bank memenuhi standard kinerja tertentu dengan batas akhir December 1993. Substansi pembahasan thesis ini adalah penentuan kombinasi proporsi dana yang harus dialokasikan ke tiga bidang alokasi sedemikian rupa sehingga mampu mencapai tingkat ROA ( indikator keuntungan ), LDR ( indikator likwiditas ) dan CAR (indikator keamanan/safety) sesuai ketentuan Bank Indonesia. Bila ini tercapai berarti alokasi sudah efisien atau optimal. Untuk mengukur pencapaian efisiensi alokasi, perlu diperbandingkan antara hasil riil dengan hasil potensiil - potensiil. Aplikasi program linear goal programming (LGP) memungkinkan untuk menghitung hasil optimal yang secara teoritis seharusnya bisa dicapai. Keunggulan program LGP adalah kemampuannya untuk mencapai beberapa tujuan secara simultan, sehingga cocok digunakan sebagai alert analisa dalam thesis ini. Hasil operasional periode 1989 - 1993 secara rata-rata menunjukkan bahwa sebagian besar bank yang dijadikan sample telah mampu memenuhi ketentuan standard minimal Bank Indonesia. Namun hasil komputasi program LGP memberikan indikasi bahwa hasil operasional yang rill masih dibawah potensi yang sesungguhnya. Dalam kondisi tanpa memberikan prioritas pada salah satu tujuan , menunjukkan hasil atau tingkat efisiensi yang lebih tinggi bila di bandingkan dengan kondisi pemberian priozitas pada salah satu tujuan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank yang go public belum efisien dalam mengalokasikan dananya.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T2367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Globalisasi telah merubah dan menyajikan realita baru beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan, menggeser fungsi pemerintah dari memiliki, membangun dan menyelenggarakan telekomunikasi menjadi hanya menentukan kebijakan, mengatur, mengawasi dan mengendalikannya. Hal ini meningkatkan peran swasta sebagai investor prasarana dan penyelenggara jasa telekomunikasi. Sebagai BUMN bidang Telekomunikasi, TELKOM seperti halnya BUMN bidang telekomunikasi di sejumlah negara lain seperti Amerika, Amerika Latin, Asia, Afrika termasuk di negara bekas Uni Soviet yang disebut CIS (Commonwealth Of Independent State), dituntut meningkatkan produktif dan daya saing, BUMN harus dikelola secara efisien, dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate gevermance, oleh sebab itu swastanisasi sebagai necessary condition tidak terhindarkan lagi. Sebagai BUMN bidang telekomunikasi di Indonesia, swastanisasi TELKOM dilaksanakan sejak tahun 1995 melalui penjualan 33,75 % saham modal yang dikenal dengan IPO (Initial Public Offering). Selanjutnya dengan maksud mempertahankan laju pembangunan pada REPELITA VI, mempercepat target pembangunan jaringan telekomunikasi, mempercepat kesiapan memasuki pasar bebas,. agar lebih cepat mencapai peringkat World Class Operator, swastanisasi dilanjutkan dengan pola Kerja Sama Operasi (KSO) yang melibatkan perusahaan swasta Nasional dan Asing sebagai MITRA USAHA KSO melalui perjanjian KSO. Sebagai suatu perjanjian, sesuai ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sebagai suatu perbuatan hukum, perjanjian KSO merupakan perjanjian yang sah, untuk menimbulkan ikatan-ikatan, yang merupakan prestasi timbal balik, Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya', ayat (3) menegaskan "perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik". Apa yang sudah disepakati wajib ditaati. Pelanggaran asas ini di sebut wanprestasi. Sejak awal pelaksanaan Perjanjian KSO menimbulkan banyak persoalan operasional. Gejolak keuangan tahun 1997 dijadikan justifikasi keadaan memaksa oleh MITRA USAHA atas tidak dipemenuhinya prestasi perjanjian, yang ditolerir TELKOM melalui MOU, padahal sewajamya bila risiko tersebut menjadi tanggung jawab MITRA USAHA. Masalah timbul setelah masa MOU berakhir MITRA USAHA enggan kembali ke perjanjian induk. Puncak perselisihan terjadi dengan diputusnya secara sepihak PT. Aria West, sebagai MITRA USAHA di Divisi Regional III Jawa Barat. Akibatnya TELKOM diadukan ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Berdasarkan penelitian diketahui perjanjian KSO secara juridis memiliki beberapa kelemahan, ada beberapa pasal yang multi interpretation, selain halangan prestasi M1TRA USAHA, sehingga terjadi gugat menggugat. Untuk kepastian hukum, sewajarnya TELKOM kembali ke perjanjian induk. MITRA USAHA yang kooperatif dan menunjukan itikad baik menyelesaikan kewajibannya patut diberi keringanan dan ditingkatkan kerjasarnanya, sedangkan MITRA USAHA yang selama ini tidak menunjukan itikad baik, dan tidak kooperatif, sebaiknya divonis saja.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
T16675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengkaji hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional (2) untuk mengkaji hubungan sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional dan (3) untuk mengkaji hubungan motivasi kerja dan sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan pada pustakawan fungsional Perpustakaan Nasional RI. Ada tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini Pertama, terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional. Kedua, terdapat hubungan positif antara sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional. Ketiga, terdapat hubungan positif antara rnotivasi kerja dengan sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pustakawan fungsionaI Perpustakaan Nasional RI berjumlah 125 orang. Penarilkan sarnpel penelitian dilakukan dengan teknik propusive sampling, dengan demikian jumlah responden yang ditetapkan sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan instrumen pengumpulan data adalah seperangkat angket yang menggunakan skala Likert. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi Tinier sederhana dengan mengaplikasikan rumus korelasi Pearson Product Moment (PPM) dilanjutkan dengan Uji-t, sedangkan hipotesis ketiga menggunakan teknik regresi dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan uji I. Hasil analisis yang dilakukan pads taraf kepercayaan 95% menunjukan bahwa : (1) koefisien korelasi antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional adalah 0,62 dan koefisien determinasinya sebesar 0,39 (2) koefisien korelasi antara sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional adalah 0,75 dan koefisien determinasinya sebesar 0,56 dan (3) koefisien korelasi antar motivasi kerja dan sikap terhadap profesi pustakawan secara bersama-sama dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional adalah 0,62 dan koefisien determinasinya sebesar 0,38. Kontribusi yang diberikan antara variabel motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pustakawan fungsional adalah 39% dan sikap terhadap profesi pustakawan terhadap kepuasan kerja pustakawan fungsional sebesar 56%. Kemudian kontribusi secara bersama-sama menjadi 38%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional artinya semakin tinggi nilai motivasi kerja pustakawan maka semakin tinggi pula kepuasan kerja pustakawan fungsional (2) Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap profesi pustakawan dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional, artinya semakin tinggi nilai sikap terhadap profesi pustakawan maka semakin tinggi pula nilai kepuasan kerja pustakawan fungsional (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja pustakawan fungsional secara bersama-sama artinya semakin tinggi nilai kedua variabel babas tersebut maka semakin tinggi pula kepuasan kerja pada pustakawan fungsional di Perpustakaan Nasional RI. Hasil penelitian menginformasikan bahwa variabel motivasi kerja dan sikap terhadap profesi pustakawan merupakan dua faktor panting yang dapat meningkatkan kepuasan kerja pustakawan fungsional. Untuk meningkatkan kepuasan kerja pustakawan fungsional maka harus ditingkatkan pula motivasi kerja dengan Cara (1) pemberian imbalan balk materiil maupun non materiil (2) peningkatan disiplin dengan sistem sangsi (punishment system) (2) peningkatan pengawasan. Sedangkan untuk meningkatkan sikap terhadap profesi pustakawan dilakukan (1) sosialisasi jabatan fungsional secara intensif (2) analisis tugas (job analysis) pustakawan fungsional (3) analisis kebutuhan (need analysis) tenaga pustakawan fungsional di Perpustakaan Nasional RI.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T14844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Non Performing Financing (NPF), merupakan salah satu alat penilaian kesehatan Bank Syariah, oleh karena itu harms dikelola sedemikian rupa agar tidak melampaui batas maksimal ketentuan Bank Indonesia yakni 5%. NPF dalam perbankan syariah juga merupakan refleksi dari bagi basil yang akan diberikan bank syariah. Dalam masa pertumbuhan bank syariah yang masih bare dengan karakteristik produk dan pola FDR (Financing to Deposit Ratio) dalam memaksimalkan bagi basil, Berta keberadaan dual banking system dan dual monetary system di Indonesia, perlu untuk mengetahui f orfaktor yang mempengaruhi fluktuasi NPF yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Suku Bungs Sertifikat Bank Indonesia (SBI) I bulan. Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) terjadi fluktuasi (naik-turun) NPF, sementara DPK meningkat dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) I bulan berfuktuasi. Peningkatan DPK berpengaruh terhadap penurunan NPF BMI, sementara peningkatan Suku Bungs 5B1 berpengaruh terhadap peningkatan NPF BMI. ...... Non Performing Financing (NPF), is one of tool to assess the soundness of a syaria bank. that must be carefully managed so that it is not exceeded the limit set by Bank Indonesia i.e. 5%. NPF in syaria banking is also a reflection of revenue sharing given by a syaria bank. During the growing phase for this new syaria bank with its unique product characteristics and its Financing to Deposit Ratio (FDR) pattern to maximize revenue sharing, also the enactment of dual banking system and dual monetery system in Indonesia, it is important to understand factors affecting the fluctuation of NPF i.e Dana Pihak Ketiga (DPK) and Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate (I month). In Bank Muamalat Indonesia (BMI), NPF fluctuates, while DPK increases and SBI rate (1 month) fluctuates. The increase in DPK affects the decrease in NPF of BMI, while the increase in SBI rate gives impact on the increase in NPF of BMI.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
ABSTRAK
Gardu induk merupakan salah satu komponen utama dalam sistem ketenagalistrikan. Peranannya sangat vital dalam penyaluran energi listrik. Dalam proses pembangunan gardu induk, seringkali terjadi keterlambatan yang mengakibatkan kerugian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respon terhadap faktor-faktor risiko yang berpengaruh pada waktu pelaksanaan, sehingga bisa dilakukan mitigasi dini agar keterlambatan dapat dihindari. Metode yang dilakukan adalah interview dengan para pelaksana pembangunan gardu induk dan divalidasi oleh para pakar. Hasil interview diolah secara statistik menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 23. Variable penelitian sebanyak 52 faktor risiko. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat 6 faktor risiko tinggi yang meliputi , 26 faktor risiko menengah, dan 5 faktor risiko rendah. Faktor-faktor risiko tinggi meliputi: perubahan desain engineering berkali-kali selama fase approval desain, keterlambatan pada submit dokumen approval, perubahan desain yang merubah kebutuhan alat dan sumber daya, kontradiksi risalah rapat selama proses desain, keterlambatan pengiriman pada peralatan utama, dan pencurian material di lapangan. Selanjutnya diberikan rekomendasi tindakan terhadap faktor-faktor risiko tinggi tersebut.
ABSTRACT
Substation is one of the main components in the electricity system. Its role is very vital distribute electrical energy. Delay in the process of constructing substations can result in losses. This study aims to get a response to the risk factors that influence the implementation time, so that early mitigation can be done so that delays can be avoided. The method used is an interview with the stake holder of the construction of the substation and validated by experts. The interview results were processed statistically using IBM SPSS 23 software. The research variables were 52 risk factors. The results showed that there were 6 high risk factors which included, 26 medium risk factors, and 5 low risk factors. High risk factors include: repeated engineering design changes during the design approval phase, delays in submitting approval documents, design changes that change equipment and resource requirements, minutes of meeting contradictions during the design process, delivery delays in major equipment, and material theft in the field. Furthermore, recommendations for action on these high risk factors are given.
2019
T55169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
Abstrak :
Kelemahan sistem interkoneksi Jawa Bali adalah tipisnya cadangan pembangkit dan minimnya saluran transmisi (saat terjadi black out interkoneksi Jawa Bali hanya mengandalkan jalur tengah Saguling-Cibinong sementara jalur utara dan selatan belum selesai). Jaringan interkoneksi yang ada (jalur tengah) sudah tidak bisa lagi menambah arus listrik yang disalurkan karena sudah mendekati batas yang diijinkan. Seharusnya mekanisme operasi pada kondisi 1 tetap mencoba mempertahankan agar arus saluran memenuhi kriteria N-1. Apabila kriteria kondisi 1 hendak dipenuhi, aliran daya saluran Saguling-Cibinong seharusnya dibatasi sebesar 1000 A pada masing-masing saluran. Dengan penambahan jalur utara Muaratawar-Cawang dan Muaratawar-Cibinong, pasokan daya dari PLTGU Muaratawar ke Region 1 pada kondisi 3 tahap 5 akan menyebabkan pengurangan arus yang besar pada saluran Saguling-Cibinong.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T38865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>