ABSTRAKPenelitian ini fokus pada tokoh utama dalam tiga dongeng kanak-kanak: Cinderella; Bawang Putih Bawang Merah; dan Putri Satarina yang mengalami imbas dari kebencian tokoh perempuan lain dalam cerita teranalisis. Misoginisme menghantui perempuan dan perjuangan-perjuangan mereka. Penelitian ini mengkaji: (1) bagaimana peran misogini mengkonfrontasi para tokoh dan menciptakan pertarungan-pertarungan antarsesama perempuan; (2) bagaimana peran orang tua dalam menghadapi isu misogini dalam dongeng kanak-kanak. Penelaahan menggunakan sudut pandang misogini. para perempuan hampir selalu diselamatkan oleh nasib baik dan kebetulan-kebetulan. Hal ini melegitimasi bentukan citra perempuan yang lemah. Alih-alih menyelamatkan diri dari penindasan sosial yang digerakkan laki-laki, mereka sibuk mereproduksi pergesekan antarsesama perempuan. Kondisi ini menjauhkan perempuan dari ruh suci feminisme yang berusaha menyamaratakan kualitas dan martabat mereka dengan laki-laki. Kenyataan ini membantu orang tua untuk jeli mengoreksi kembali bahan bacaan anak. Tentu saja ini erat kaitannya dengan program menanamkan pesan-pesan perdamaian kepada anak dalam rangka menciptakan generasi penerus yang berbudi pekerti luhur demi penguatan karakter bangsa.